Hitstat

05 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 1 Rabu

Kristus Menjadi Batu Penjuru
Efesus 2:19-20
Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.

Ayat Bacaan: Mzm. 118:22-24; Kis. 4:11-12; 1 Ptr. 2:4-7; Yes. 28:16

Mazmur 118:22-24 mengatakan, “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!” .
Berguna tidaknya sebuah batu tergantung pada tukang bangunan; jika tukang bangunan mengatakan batu ini tak berguna, ia tak berguna. Namun ada satu hal yang ajaib, yaitu “batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan” telah Allah jadikan “batu penjuru”. Kapankah hal ini terjadi? Allah melakukan ini pada hari kebangkitan Kristus dari antara orang mati.
Apakah kegunaan dari batu penjuru? Menurut Efesus pasal dua, fungsi dari batu penjuru adalah menyatukan dua tembok. Dipandang dari sudut rohani, tembok yang satu adalah kaum beriman Yahudi dan tembok yang lain adalah kaum beriman kafir. Tatkala tukang-tukang bangunan orang Yahudi menolak Kristus, mereka menolak-Nya sebagai batu penjuru (Kis. 4:11; 1 Ptr. 2:7), yaitu menolak orang yang akan menyatukan orang kafir dengan mereka untuk pembangunan rumah Allah. Tetapi pada hari kebangkitan-Nya, batu (Kristus) yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan itu telah menjadi batu penjuru, batu yang menyatukan orang Yahudi dengan orang kafir.
Kehendak Allah dalam menyelamatkan kita bukan untuk membawa kita ke suatu tempat yang material, melainkan menyatukan kita agar Dia beroleh bangunan-Nya (Kis. 4:11-12). Entah kita Yahudi atau kafir, kita telah diselamatkan untuk disatukan di dalam Kristus, bersama-sama menjadi bangunan Allah. Kalau Kristus adalah batu penjuru, lalu siapakah kita? Petrus mengatakan bahwa kita adalah batu-batu hidup bagi pembangunan suatu rumah rohani (1 Ptr. 2:5). Setelah menerima Kristus sebagai benih hayat (1 Ptr. 1:23), kita perlu bertumbuh agar kita dapat mengalami Dia sebagai batu yang hidup di dalam kita (1 Ptr. 2:4). Karena itu, melalui kita terus datang kepada-Nya, menikmati Dia, maka Dia juga akan membuat kita menjadi batu hidup; diubah dengan sifat batu-Nya, supaya kita dapat terbangun bersama orang lain menjadi rumah rohani di atas diri-Nya sendiri sebagai dasar dan batu penjuru (Yes. 28:16).

No comments: