Hitstat

21 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 3 Selasa

Mengharapkan Kebangkitan Orang Mati
Kisah Para Rasul 23:6
Karena tahu bahwa sebagian dari mereka orang Saduki dan sebagian orang Farisi, ia berseru... Saudara-saudara, aku adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi; aku dihadapkan ke Mahkamah ini, karena aku mengharapkan kebangkitan orang mati.

Ayat Bacaan: Kis. 16: 22-26; 2 Kor. 1:8-10; 4:8-11

Di depan Mahkamah Agama Paulus dihakimi oleh orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki. Orang-orang Saduki adalah orang-orang yang tidak percaya kepada kebangkitan dan roh, tetapi orang-orang Farisi mengakui kedua-duanya. Paulus mengetahui perkara ini, dan memanfaatkannya untuk menyelamatkan nyawanya dari para penganiaya. Dengan hikmat, ia mengumumkan bahwa dirinya adalah orang Farisi dan bahwa ia dihakimi karena mengharapkan kebangkitan orang mati.
Kepercayaan Paulus akan kebangkitan, bukanlah kepercayaan yang kosong. Allah seringkali menaruh rasul Paulus ke dalam situasi maut (Kis. 14:5, 16:22-23, 21:30). Namun Allah pun membimbing rasul masuk ke dalam pengalaman kebangkitan. Dalam 2 Korintus 1:9-10 Paulus berkata, “Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati. Ia telah dan akan menyelamatkan kami dari kematian yang begitu ngeri.”
Fakta Alkitab membuktikan Tuhan Yesus tidak berhenti pada kematian, tetapi Ia bangkit dari antara orang mati. Di dalam-Nya ada hayat kebangkitan yang lebih kuat daripada maut. Fakta ini adalah suatu prinsip yang harus dibuktikan dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen. Ada seorang saudara yang secara alamiah sangat sabar, ramah, dan baik. Suatu hari, Allah membawanya ke dalam “situasi maut” dengan membiarkan teman-teman, sanak keluarga, dan rekan kerjanya menekan, menipu, dan melukainya, sampai dirinya tidak tahan dan mulai marah. Saat itu barulah ia nampak bahwa kesabaran dan kebaikan alamiahnya tidak mampu bertahan menghadapi maut (ujian yang besar). Ia mengangkat kepalanya dan berkata kepada Allah kebangkitan, “Ya Allah, kesabaranku telah habis; nyatakanlah kesabaran-Mu dari dalamku.” Inilah kebangkitan, yaitu ketika kita dengan takjub menemukan kesabaran di tengah-tengah situasi maut. Segala sesuatu yang kita kira dapat kita lakukan, kita tahan atau kita lawan, semuanya itu bisa gagal dan lenyap. Satu-satunya yang sanggup bertahan adalah hayat kebangkitan Kristus di dalam kita.

Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. (2 Kor. 4:10)

No comments: