Hitstat

26 June 2010

Kisah Para Rasul Volume 8 - Minggu 4 Minggu

Penyakit Sampar dan Penyebab Kekacauan
Kisah Para Rasul 24:5
Kami dapati bahwa orang ini adalah penyakit sampar, seorang yang menimbulkan kekacauan di antara semua orang Yahudi di seluruh dunia dan bahwa ia adalah seorang tokoh dari aliran Nasrani.

Ayat Bacaan: Kis. 24:5; 1 Kor. 9:22; Rm. 10:1

Tertulus adalah seorang pengacara, pembela, dan orang yang mengerti prosedur hukum Romawi, malahan menuduh Paulus sebagai penyakit sampar. Penyakit sampar artinya penuh dengan kuman-kuman jahat yang mudah menular kepada orang lain. Namun, Paulus penuh dengan “kuman-kuman yang positif” yaitu diri Kristus yang bangkit, sehingga ia dapat “menularkan” Kristus kepada orang lain bagi perkembangbiakan-Nya. Kita semua harus menjadi “penyakit sampar” yang demikian. Paulus adalah orang yang bergairah merebut jiwa orang. Ia berkata, “. . . supaya aku sedapat mungkin memenangkan (menyelamatkan) beberapa orang dari antara mereka” (1 Kor. 9:22). “Keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka (orang Israel) diselamatkan” (Rm. 10:1). Sekujur dirinya penuh dengan “kuman Injil”, dalam pandangan orang, ia seperti penyakit sampar (Kis. 24:5).
Sorang yang melayani Tuhan harus memiliki satu karakter yaitu kecintaan untuk mengontaki orang. Kontak kita dengan Tuhan adalah satu hal, dan kontak kita dengan orang adalah hal lain. Tuhan tidak pernah pergi ke mana pun tanpa mengontaki orang. Ke mana pun Dia pergi, Dia mengontaki orang. Dia mengontaki orang di setiap tempat. Dia siap sedia di segala waktu; oleh karena itu, Dia dapat memberi kasih karunia di segala waktu dan dapat mengontaki semua jenis orang. Di antara kita, kasih karunia ini tidak cukup menjalar, karena kita terlalu menyendiri.
Kita sebaiknya datang lebih awal di setiap sidang. Mengapa? Ini bermanfaat untuk mengontaki orang-orang, sekalipun hanya lima atau sepuluh menit. Jika kita mengontaki dua orang sebelum dan sesudah tiap sidang, satu minggu kita telah mengontaki paling sedikit sepuluh orang dalam lima kali sidang. Jika kita memiliki karakter ini, kita akan secara spontan senang berkontak dengan orang. Kita dapat berbincang-bincang dengan mereka, bertanya tentang pekerjaan mereka dan keadaan mereka di hadapan Tuhan. Terkadang percakapan yang sederhana ini justru dapat memberi pertolongan yang sangat besar pada orang-orang. Kita perlu kasih karunia untuk berkontak dengan orang lain dan membagikan kasih karunia yang kita nikmati kepada orang lain pula.

....Pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. (Ef. 4:29)

No comments: