Hitstat

19 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 3 Rabu

Hidup Menurut Hukum Hayat
Ibrani 8:10b
Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:4; Ibr. 8:10; 10:16; Rm. 8:6; Flp. 2:12; Ef. 4:19; 1 Tim. 1:19

Begitu kita menerima Putra Allah menjadi Juruselamat, kita pun segera mempunyai hayat, karena hayat berada di dalam Putra Allah. Yohanes 1:4 mengatakan, “Dalam Dia ada hayat, dan hayat itu adalah terang manusia” (TL.). Sebab itu setelah kita mempunyai hayat, kita juga mempunyai terang hayat menyinari batin kita. Kita, orang-orang yang telah memiliki hayat Allah, tidak perlu mencari “terang” yang lain, karena di dalam kita ada satu terang ajaib, yaitu hayat Allah yang mulia.
Dalam Perjanjian Lama, hukum Allah ditulis di loh batu yang di luar manusia. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa dalam Perjanjian Baru, Allah menaruh hukum-Nya di dalam kita, dituliskannya dalam hati kita (Ibr. 8:10; 10:16). Dulu di gunung Sinai, Allah melarang manusia berzinah, mencuri, berbohong; kesemuanya adalah hukum yang tertulis di luar. Sekarang Allah datang, melalui hayat-Nya menaruh hukum-Nya ke dalam kita, menulisnya dalam hati kita. Dalam hayat-Nya terkandung hukum-Nya. Ketika Allah menaruh hayat-Nya ke dalam kita, berarti Dia juga menaruh hukum yang ada di dalam hayat-Nya ke dalam kita.
Sebab itu, hukum yang Dia tulis di dalam kita, adalah hukum hayat. Hukum hayat ini dengan sendirinya di dalam kita membuat kita tidak berzinah, tidak mencuri, tidak berbohong, dan tidak melakukan perkara yang tidak diperkenan Allah. Tidak perlu Dia secara visual (kasat mata) memerintah kita, karena hukum hayat-Nya di dalam kita membuat kita mengenal Dia dan hukum-Nya.
Setelah Allah menaruh hayat-Nya dan menuliskan hukum-Nya di dalam kita, lalu apakah tanggung jawab kita? Tanggung jawab pertama kita terhadap hukum hayat, adalah dalam segala sesuatu hanya menurut roh, menaruh pikiran di atas roh (Rm. 8:6). Terhadap hukum hayat, yang paling penting adalah taat. Ketika kita taat kepadanya, hukum itu akan membuat kita merasakan sukacita dan damai sejahtera. Inilah cara kita dalam mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar (Flp. 2:12). Aktivitas apa pun yang membuat kita merasakan maut di batin, harus segera kita hentikan. Kalau tidak, maka lama kelamaan perasaan hayat di dalam kita akan menjadi tumpul dan kurang peka, sehingga akhirnya kandaslah iman kita (Ef. 4:19; 1 Tim. 1:19).

No comments: