Hitstat

28 August 2008

Markus Volume 7 - Minggu 4 Jumat

Kristus: Inti Pengajaran Perjanjian Baru
Kolose 2:8
Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.

Ayat Bacaan: Mrk. 9:7; Rm. 7:15-24; Flp. 1:20; Kol. 2:8; 1 Tim. 6:20-21

Dewasa ini banyak orang Kristen menekankan pengajaran tentang etika, moralitas, filsafat, atau mujizat. Itukah inti dari Perjanjian Baru Allah? Walaupun hal-hal itu berguna bagi peradaban manusia, namun itu bukanlah inti Perjanjian Baru Allah. Inti dari Perjanjian Baru adalah Kristus sendiri sebagai hayat tertabur di dalam kita, bertumbuh dan berkembang di dalam kita, sehingga menghasilkan gereja sebagai Kerajaan Allah. Kerajaan Allah ini merupakan suatu ruang lingkup di mana Allah dapat melaksanakan pemerintahan-Nya dan menyatakan kemuliaan-Nya.
Kita tidak mengatakan bahwa etika, moralitas, filsafat, dan mujizat sama sekali tidak ada gunanya bagi manusia. Namun, menurut sejarah umat manusia, hal-hal tersebut tidak berhasil mengubah manusia menjadi seperti yang dikehendaki Allah. Generasi demi generasi, manusia telah banyak belajar etika, moralitas, dan filsafat di sekolah; juga tidak sedikit yang telah melihat mujizat. Tetapi, dapatkah hal-hal itu mengubah susunan batiniah seseorang yang berdosa? Tidak. Rasul Paulus mengatakan bahwa usaha manusia tidak mungkin memenuhi standar kebenaran Allah (Rm. 7:15-24).
Etika, moralitas, filsafat, dan mujizat mungkin dapat membantu orang menjadi lebih luhur dan berkelakuan baik, tetapi yang dikehendaki Allah bukan itu. Allah menghendaki Kristus diperhidupkan melalui kita, Kristus dengan nyata dimuliakan (diperbesar) di dalam kita (Mrk. 9:7; Flp. 1:20). Hasil dari kehidupan yang demikianlah yang mampu menghasilkan Tubuh Kristus sebagai perbesaran dan ekspresi Kristus. Inilah inti dari Perjanjian Baru Allah.
Setelah menyadari semua hal di atas, maka yang perlu kita lakukan hari ini adalah berpaling kepada Kristus, terbuka kepada-Nya, dan berdoa, “Tuhan Yesus, Engkaulah hayatku, hiduplah di dalamku. Hanya Engkaulah yang sanggup memenuhi hukum Allah. Aku mau bersandar kepada-Mu dan bersatu dengan-Mu melaksanakan kehendak Allah.” Kita semua perlu belajar memanjatkan doa yang demikian. Kiranya Tuhan merahmati kita agar tidak disimpangkan oleh berbagai angin pengajaran dan filsafat manusia yang kosong yang membuat kita terpisah dari Kristus (Kol. 2:8; 1 Tim. 6:20-21).

No comments: