Hitstat

10 January 2011

Roma Volume 5 - Minggu 4 Senin

Memandang Diri Menurut Ukuran Iman
Roma 12:3b
Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi daripada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir sedemikian rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing masing.

Ayat Bacaan: Rm. 12:3; Flp. 2:3b; 1 Ptr. 5:5

Frase kata “memikirkan hal-hal yang lebih tinggi” dalam bahasa aslinya mengacu kepada “menganggap, menilai, atau memandang diri sendiri lebih tinggi”. Setiap orang selalu memandang tinggi dirinya sendiri. Mungkin pada luarnya tampaknya kita rendah hati, tetapi dalam batin, kita sering memandang tinggi diri kita sendiri dan berpikir orang lain lebih rendah. Ini adalah satu masalah bagi kehidupan gereja. Ketika Tuhan Yesus memberitahukan tentang kematian-Nya dan murid-murid-Nya akan terguncang imannya, Petrus berpikir bahwa anggota yang lain akan jatuh dan gagal sedangkan dirinya tidak. Namun ketika ujian datang, dia gagal sama seperti yang lain. Jadi mereka yang berpikir terlalu tinggi mengenai dirinya dan memandang rendah anggota-anggota lainnya cepat atau lambat akan mendapatkan kesulitan.
Dalam Tubuh Kristus, setiap orang adalah satu anggota dan tidak lebih daripada satu anggota. Dengan demikian, tidak ada satu anggota pun dapat hidup tanpa anggota-anggota lainnya, apalagi merendahkan mereka. Jika kita ingin menempuh satu kehidupan gereja yang wajar, hal pertama yang harus kita hancurkan adalah rasa tinggi diri / kesombongan. Kita perlu “memandang diri dengan pikiran yang wajar”. Kalau kita memandang diri sendiri tinggi, itu berarti pikiran kita tidak wajar dan tidak normal. Dengan kata lain, di dalam pikiran kita ada unsur yang tidak sewajarnya. Karena itu, pikiran kita perlu disesuaikan dan diperbarui, dan segala unsur negatif di dalamnya perlu ditelan oleh hayat Kristus. Dengan demikian barulah pikiran kita dapat menjadi wajar, diperbarui.
Sebaliknya kita perlu memandang diri sendiri “menurut ukuran iman yang dikaruniakan Allah kepada kita masing-masing”. Kata “ukuran iman” tidak sukar untuk dipahami. Berapa banyak diri Allah yang ditransfusikan dan diinfuskan ke dalam kita, itulah yang menjadi ukuran iman kita. Saudara saudari, mulai hari ini kita harus memandang diri dengan pikiran yang wajar, setiap hari menerima penginfusan diri Allah ke dalam kita, senang berkoordinasi dengan orang lain, berfungsi menurut ukuran kita sendiri dan tidak melangkahi orang lain atau meremehkan diri sendiri. Jika demikian, Tubuh Kristus akan terbangun.

Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri. (Flp. 2:3b)

No comments: