Hitstat

04 October 2006

Kejadian Volume 7 - Minggu 1 Rabu

Ismael Melambangkan Perbuatan Alamiah Kita
Kejadian 21:12
“Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.”

Kita perlu melihat makna rohani pengusiran Hagar dan Ismael. Seperti semua orang-orang Kristen, sejak hari kita beroleh selamat kita mencoba berbuat baik. Tetapi Allah akan menanggulangi kita, kerap kali kita diajar dan dikerat. Jika kita adalah seorang saudara yang sudah menikah, tidak dapat disangsikan lagi bahwa Allah menggunakan istri untuk mengerat hayat alamiah kita. Setiap istri merupakan “pisau yang tajam” di tangan ilahi Allah. Banyak suami Kristen yang hanya dapat ditanggulangi dan didisiplinkan secara keseluruhan melalui pengeratan “pisau” istrinya ini. Tidak seorang suami pun yang bisa melarikan diri dari padanya. Dengan jalan ini, para saudara bisa belajar pelajaran membenci hayat alamiah dan semua perkara baik yang dapat kita kerjakan.
Sekalipun kita telah membenci kehidupan alamiah kita dan semua yang dapat kita kerjakan, namun kita belum membencinya secara mutlak. Di dalam batin kita, kita masih menghargai dan berkata, “Ismael yang kuhasilkan ini sangat baik, ia lahir dariku.” Konsepsi semacam inilah yang selalu menunda kelahiran Ishak. Kristus telah lahir di dalam hidup kekristenan kita, tetapi kita masih memiliki “Ismael”, perbuatan baik kita yang alamiah. Karena itulah Allah harus membawa kita melewati berbagai ujian dengan tujuan agar kita nampak bahwa Allah hanya menghendaki Kristus, bukan perbuatan alamiah kita yang berasal dari daging. Hanya setelah melalui penanggulangan demi penanggulangan, dan kegagalan demi kagagalan, akhirnya kita menjadi jelas bahwa Kristuslah yang dikehendaki Allah untuk kita perhidupkan.

Kebaikan Alamiah Berlawanan dengan Memperhidupkan Kristus
Gal. 5:1

Ketika Kristus yang berhuni di dalam kita mulai bertumbuh besar, kebaikan alamiah kita akan menganiaya Dia. Hari ini tidak banyak orang Kristen yang mempunyai keberanian berkata seperti Sara, “Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya.” Tidak banyak orang Kristen yang mau mengatakan, “Usir taurat, daya upaya daging, dan semua perbuatan baikku.” Namun sebaliknya kita masih tetap melekat pada kesuksesan dan kebaikan alamiah kita. Tetapi cepat atau lambat Allah akan memaksa kita meninggalkan taurat, daya-upaya kita, dan semua yang telah kita hasilkan. Cepat atau lambat kita harus melakukan hal ini. Pada suatu pagi hari, kita harus bangun memberi “sekirbat air” pada hukum taurat dan berkata, “Hukum taurat, pergilah engkau, dan bawalah yang satu ini, hasil pertolonganmu kepadaku. Janganlah kau tinggalkan dia bersamaku, sebab aku tidak menginginkan dia sedikitpun. Aku mengasihinya pada waktu yang lampau, tetapi sekarang aku mengusirnya.” Hukum taurat dan hasil daya-upaya dari daging harus diusir emuanya.
Apa yang disebut diusir? Galatia 5:1 mengatakan, “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” Makna ayat ini adalah Tuhan Yesus telah memerdekakan kita, Tuhan Yesus telah hidup di dalam kita, kehidupan yang telah kita terima adalah kehidupan yang merdeka. Kita adalah orang-orang yang telah mempunyai kemerdekaan, sebab itu kita jangan berkeinginan “melakukan” sesuatu untuk mencari perkenan Allah. Begitu kita “melakukan”, segera kita menjadi Ismael. Begitu kita berencana ingin “melakukan” sesuatu untuk mencari perkenan Allah, diri alamiah kita datang, dosa dan maut juga datang. Anak perempuan merdeka tidak perlu bersandarkan diri sendiri “melakukan”, karena di dalam kita ada satu hayat, dan hayat itu dengan sendirinya bisa melakukan.
Kita “adalah” orang Kristen, kita bukan “melakukan/berbuat” menjadi orang Kristen. Kita “adalah” anak-anak Allah, bukan “melakukan/berbuat” menjadi anak-anak Allah. Kita adalah hidup di dalam keberadaan fakta itu, bukan hidup di dalam melakukan agar menjadi fakta itu. Bila kita “melakukan menjadi”, kita sudah “dikenakan kuk perhambaan”, menjadi anak hamba perempuan. Kalau kita hidup dalam kedudukan Ishak, kehidupan itu dengan sendirinya terekspresi di atas diri kita. Inilah yang dikehendaki Allah – kita memperhidupkan Kristus sebagai hayat di dalam kita, bukan berusaha melakukan sesuatu yang menyenangkan Allah menurut kekuatan alamiah kita.

Penerapan:
Walau kita memiliki kebajikan alamiah, namun kita harus mengakui bahwa kebajikan kita terbatas, tidak murni, dan tidak tahan uji. Hanya kebajikan yang berasal dari Tuhan yang tidak terbatas, murni, dan tahan uji. Karena itu kita harus belajar menyangkal kebaikan dan kekuatan diri sendiri. Berdoa adalah salah satu tanda bahwa kita menolak kemampuan diri sendiri dan membiarkan Allah yang bekerja.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, kebaikanku tidak terhitung apa-apa di hadapan-Mu. Tidak peduli bagaimana aku berusaha, itu tidak lebih dari kain yang kotor. Tuhan, Bawalah aku melewati ujian dan penanggulangan-Mu, agar hayat-Mu semakin bertumbuh dan diperhidupkan melalui aku.

No comments: