Hitstat

12 October 2006

Kejadian Volume 7 - Minggu 2 Kamis

Tidak Berselisih dengan Allah
Kejadian 22:5
“Kata Abraham kepada kedua bujangnya itu: ’Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu.’”

Kini Abraham sudah mencapai taraf kematangan. Ketika ia mendengar Allah menyuruhnya mempersembahkan Ishak, ia segera melakukannya tanpa sedikitpun perbantahan. la berkata kepada hambanya, “Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu” (Kej. 22:5). la sama sekali tidak menyinggung kata “korban”, karena dalam pandangannya, ini adalah beribadah kepada Allah. Allah menyuruhnya mempersembahkan Ishak, dan ia pun mempersembahkannya. Sedikitpun ia tidak berselisih dengan Allah.
Allah memberkati orang-orang yang taat kepada-Nya; Allah akan mengaruniakan berkat yang terbaik kepada mereka. Dalam Ibrani 12:9 dikatakan bahwa kita akan hidup (beroleh hayat) jika kita taat kepada Allah. Mempersembahkan Ishak sebagai kurban bakaran tentu adalah suatu penderitaan baginya. Tetapi Abraham telah belajar taat. Setiap situasi yang sulit dan pahit yang kita alami adalah pengaturan Allah dengan tujuan supaya kita belajar taat dan beroleh manfaat darinya. Taat yang sejati adalah taat yang tahan menderita, tidak bersungut-sungut, tidak melawan, tidak mengelak, tidak manja diri. Bukan taat di bibir saja, melainkan taat sejati yang ternyata dalam penderitaan. Melalui ini hayat akan bertumbuh dewasa. Kita tidak terjemur matahari hingga layu (Mat. 13:6), melainkan menjadi matang (Ul. 33:14). Hanya orang-orang yang taat kepada Allah yang berguna. Orang yang menuntut kemudahan dan kenikmatan, tidak akan berguna. Kita semua harus belajar taat dalam penderitaan. Allah menyelamatkan kita dengan harapan agar kita taat kepada kehendak-Nya.

Mengenal Allah yang Membangkitkan Orang Mati
Kej. 22;5; Ibr. 11:19; 2 Kor. 1:9; Rm. 4:17

IIbrani 11:9 memperlihatkan kepada kita, ketika Abraham mempersembahkan Ishak, dia juga mengenal Allah adalah Allah yang membangkitkan orang mati. la menuruti perintah Allah mempersembahkan Ishak. Dari dalam kematian ia seakan-akan telah menerima anaknya kembali. Memang kenyataannya Abraham tidak membunuh Ishak, Ishak tidak mati. Tetapi Ibrani 11:19 mengatakan, “dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.” Abraham nampak bahwa Allah bukan hanya Allah Pencipta, tetapi juga Allah yang membangkitkan orang mati. la percaya, meskipun anaknya mati, Allah juga akan membangkitkannya. la mengenal Allah adalah Bapa, adalah permulaan segala sesuatu, Allah adalah yang menjadikan dengan firman-Nya segala sesuatu yang tidak ada menjadi ada, adalah Allah yang membangkitkan orang mati. la mengetahui Allah adalah Bapa, sebab itu ia percaya kepada Allah, ia menengadah kepada Allah.
Dalam 2 Korintus 1:9 Paulus menuliskan, “Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.” Allah yang kepada-Nya kita percaya itu bukan hanya Dia yang menciptakan langit dan bumi. Sebaliknya, kepercayaan kita terletak pada Allah kebangkitan, pada Allah yang membangkitkan orang mati. Di sini Paulus tidak berkata, “Aku memanggil Allah yang menciptakan langit dan bumi untuk bersaksi bagiku.” Dalam ayat sembilan ini Paulus tidak menyebut Allah yang menciptakan, melainkan menyebut Allah kebangkitan.
Allah yang kepada-Nya Abraham percaya adalah Allah yang menghidupkan orang mati (Rm. 4:17). Kita perlu percaya kepada Tuhan Yesus dengan cara yang sama. Kita percaya kepada Allah Pencipta, yang menjadikan apa yang tidak ada menjadi ada. Kita juga percaya kepada-Nya sebagai pemberi kehidupan, sebagai Yang dapat membangkitkan orang mati. Dia dapat menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada, dan Dia dapat memberi kehidupan kepada orang mati. Kita dapat menerapkan iman Abraham ini di dalam hidup gereja. Kita mungkin merasa bahwa keadaan gereja di tempat kita berada sangat kasihan dan memang sangat kasihan, bahkan tidak ada apa-apanya. Berkatalah kepada Tuhan, “Ya Tuhan, mari datanglah. Pada-Mu selalu ada harapan karena Engkau adalah Allah kebangkitan.” Mengapa banyak orang Kristen yang penakut? Umumnya bukan karena situasinya betul-betul menakutkan, melainkan di dalam orang tersebut tidak ada iman bahwa Allah sanggup membangkitkan orang mati. Paulus adalah seorang rasul yang berani karena ia menaruh kepercayaannya pada Allah kebangkitan.

Penerapan:
Di manakah sebenarnya ekspresi ketidaktaatan manusia? Pertama, pada tutur kata; kedua, pada alasan; dan ketiga, pada pikiran. Karena itu, jika kita ingin terlepas dari ketidaktaatan, haruslah kita menanggulangi ketiga perkara tersebut. Jika tidak, kita akan sulit untuk menanggulanginya dengan tuntas. Terhadap firman Tuhan dan gerakan-Nya, marilah kita belajar dengan sederhana menurutinya.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, karuniakanlah kepadaku hati yang lembut, hati yang taat kepada setiap permintaan-Mu, walaupun hal itu mungkin adalah penderitaan bagiku. Tuhan, beri aku hati yang sederhana, percaya bahwa Engkau tidak pernah salah.

No comments: