Hitstat

16 October 2006

Kejadian Volume 7 - Minggu 3 Senin

Ishak Melambangkan Kristus (1)
Kejadian 22:8
“Sahut Abraham: ‘Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.’ Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.”

Jika kita meninjau dari sudut pandang wahyu Allah, kita akan melihat bahwa apa yang diperbuat Abraham terhadap Ishak merupakan gambaran hidup dari apa yang diperbuat Bapa terhadap Anak yang dikasihi-Nya. Ketika Abraham melakukan perjalanan ke gunung Moria bersama Ishak, dua orang pelayan menemaninya (Kej. 22:3). Pada hari ketiga, Abraham menyuruh kedua pembantunya berhenti dan berkata, “Aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu” (Kej. 22:5). Sejak itu, ceritanya bukan lagi kisah empat orang: ayah, anak, dan dua orang pembantu; melainkan sekarang adalah kisah Abraham dan anaknya, Ishak.
Abraham mengambil kayu untuk kurban bakaran dan meletakkannya ke bahu Ishak, yang memikulnya ke puncak gunung Moria. Bandingkan hal ini dengan Yohanes 19:17 yang mengatakan, “Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, yang dalam bahasa Ibrani disebut Golgota.” Ishak berjalan menuju ke gunung Moria, Tuhan Yesus berjalan menuju ke Golgota. Sebelum Kristus memikul salib dan berjalan ke Golgota, Ishak telah memikul kayu untuk kurban bakaran dan menempuh jalan yang sama. Jadi, kita melihat bahwa Abraham melambangkan Allah Bapa, dan Ishak dengan kayu di atas bahunya melambangkan Yesus, Putra tunggal Allah. Ibrani 12:2 mengatakan bahwa Yesus telah mengabaikan kehinaan dan dengan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia. Kalau Tuhan Yesus sendiri telah menempuh jalan yang demikian, patutkah kita menuntut jalan yang lain?

Ishak Melambangkan Kristus (2)
Kej. 22:2-16; Yoh. 3:16; Mat. 3:17; 26:39; Flp. 2:8; Kis. 2:24

Ketika Ishak dan Abraham mendaki gunung Moria, Ishak berkata, “Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk kurban bakaran itu?” (Kej. 22:7). Jawab Abraham, “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk kurban bakaran bagi-Nya, anakku” (Kej. 22:8). Di sini kita melihat seorang anak bersekutu dengan ayahnya. Abraham dan Ishak melambangkan Bapa dan Anak, dan persekutuan mereka sepanjang jalan ke gunung Moria merupakan suatu gambaran yang hidup yang menggambarkan bagaimana Yesus, Anak itu, bersekutu dengan Bapa ketika Ia memikul Salib ke gunung Golgota.
Ishak adalah putra tunggal Abraham (Kej. 22:2, 12, 16). Ini melambangkan Kristus sebagai Putra tunggal Allah (Yoh. 3:16). Ishak adalah anak yang dikasihi Abraham (Kej. 22:2), dan Kristus pun adalah Putra yang dikasihi Bapa, kepada-Nyalah Bapa berkenan (Mat. 3:17). Di dalam Kejadian 22:5 kita melihat Ishak menerima kehendak bapanya, dan di dalam Matius 26:39 kita mengetahui Kristus memilih kehendak Bapa. Menurut catatan dalam pasal 22, dalam hal mempersembahkan Ishak, Abraham tidak pernah mendiskusikan hal itu dengan istrinya ataupun dengan Ishak, putranya. Perhatikan pula gambaran itu: Ishak taat sampai diletakkan di atas mezbah. Ia bukan hanya mengikuti ayahnya sampai ke kaki gunung, ia juga taat untuk mengangkat kayu, pun ketika diikat, ia tidak melawan. Bahkan ketika ayahnya mengangkatnya ke atas mezbah, mengambil pisau, dan mengayunkan tangannya untuk membunuhnya, ia tidak memberontak. Ia taat sampai mati (Kej. 22:9-10). Demikian juga, ketika Tuhan Yesus akan ditangkap, Ia berdoa, “Janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Mat. 26:39). Dalam Filipi 2:8 kita tahu bahwa Kristus telah taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib.
Walaupun Ishak tidak sampai terbunuh di atas mezbah, tetapi dalam pandangan Allah, Ishak telah dibunuh. Tepat ketika Abraham hampir membunuh anaknya, malaikat Tuhan dari langit menghalanginya dan berseru, “Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku” (Kej. 22:12). Tetap hidupnya Ishak melambangkan kebangkitan. Untuk mengalami kebangkitan, kita perlu mempersembahkan diri. Setiap anggota tubuh kita perlu kita persembahkan kepada Allah, agar mati terhadap dosa dan hidup terhadap Allah. Allah akan memakai tubuh kita sebagai senjata kebenaran di dalam kebangkitan dan dosa tidak lagi berkuasa atas tubuh kita. Inilah pengalaman kita atas kebangkitan!

Penerapan:
Kenyamanan dan kelancaran mudah membuat kita kendor; sebaliknya penderitaan membuat kita bersandar erat kepada Allah.‘ Marilah kita belajar menempuh jalan yang sempit, belajar menanggung kehinaan karena Tuhan, sebagaimana Tuhan telah menanggung hina bagi kita. Bersaksilah bagi Tuhan kepada orang-orang di sekitar kita tentang keselamatan yang Tuhan sediakan bagi orang yang percaya.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, bagi aku orang berdosa ini Engkau rela menempuh jalan yang jauh dari kenyamanan duniawi. Bahkan Engkau telah mengabaikan kehinaan, dengan tekun memikul salib bagiku. Tuhan,bila jalanku mulai menyimpang, ingatkanlah aku akan jalan yang telah Kau tempuh ini.

No comments: