Hitstat

07 October 2006

Kejadian Volume 7 - Minggu 1 Sabtu

Memanggil Nama Yehova El-Olam (1)
Kejadian 21:33
“Lalu Abraham menanam sebatang pohon tamariska di Bersyeba, dan memanggil di sana nama TUHAN, Allah yang kekal (Yehova, El-Olam - TL.).”

Ketika Abraham tinggal di Bersyeba, ia harus mengerjakan banyak perkara. Tetapi di sini Alkitab hanya memberi tahu kita satu perkara — yaitu Abraham menanam sebatang pohon tamariska di Bersyeba dan menyeru nama Yehova El-Olam, Allah yang kekal, yang tersembunyi sebagai hayatnya. Kata penghubung “dan” yang dipakai untuk menghubungkan kedua bagian kalimat dalam Kejadian 21:33. Abraham menanam sebatang pohon tamariska “dan” disana memanggil nama Yehova, El-Olam. Menurut pikiran manusiawi kita, menanam pohon tidak ada hubungannya dengan perihal memanggil nama Tuhan, terlebih pula tidak ada hubungannya dengan sebutan nama Allah yang baru diwahyukan ini. Namun di dalam Alkitab, di sini memberi kepada kita satu dasar yang tepat untuk menyeru nama Tuhan. Jika kita akan menyeru nama Tuhan, kita memerlukan pohon tamariska. Jika kita tidak memiliki pengalaman pohon tamariska ini, kita hanya dapat menyeru nama lama Allah, Yehova, bukan nama baru-Nya yang tersingkap sebagai El- Olam.
Dalam perkataan Perjanjian Baru, Abraham telah mengalami hayat kekal itu mengalir dengan segala kelimpahannya seperti pohon tamariska yang mengekspresikan kelimpahan dari sumur yang olehnya dia hidup. Hidup kekristenan kita dan hidup gereja yang normal, keduanya adalah pohon tamariska, mengekspresikan pohon hayat yang olehnya kita hidup. Dan ini terjadi bersamaan dengan menyeru nama Tuhan yang adalah hayat kekal kita, Yehova kita, El-Olam kita.

Memanggil Nama Yehova, El-Olam (2)
Kej. 21:33; Mzm. 90:2; Yes. 40:28; Yoh. 1:1, 4

Kejadian 21:33 mengatakan kepada kita bahwa Abraham menanam sebatang pohon tamariska di Bersyeba, selain itu juga mengatakan ia “di sana memanggil nama Tuhan (Yehova - TL.), Allah yang kekal (El-Olam)”. Di sini kita melihat nama lain yang istimewa bagi Allah — Yehova, El-Olam. Dalam Kejadian pasal 17 kita melihat El-Shaddai, Sang Maha Kuasa yang serba cukup. Di sini kita melihat El-Olam. Dalam bahasa Ibrani Olam berarti kekekalan atau kekal. Akan tetapi, akar kata dalam bahasa Ibraninya berarti menyembunyikan, bersembunyi atau terselubung dari pandangan. Segala hal yang diselubungi secara spontan menjadi rahasia. Akhirnya Abraham mengalami Allah sebagai Sang kekal, sebagai persona yang misterius. Kita tidak dapat melihat-Nya, namun Ia sangat riil. Keberadaan-Nya/eksistensi-Nya adalah kekal, karena Ia tidak mempunyai awal maupun akhir. Ia adalah Allah yang kekal (Mzm. 90:2; Yes. 40:28).
Di sini kita menemukan benih lain yang kemudian berkembang di dalam Perjanjian Baru. Allah yang dialami Abraham dalam Kejadian pasal 21 sama dengan yang diwahyukan di dalam Yohanes 1:1, 4, “Pada mulanya ada Firman . . . dan Firman itu adalah Allah . . . dalam Dia ada hidup.” Hidup ini adalah El-Olam. Allah yang misterius di dalam kekekalan ini adalah hayat kekal kita. Hidup kekal ini adalah Person ilahi yang sangat tersembunyi, terselubung, misterius, rahasia, namun sangat riil, selamanya ada, dan selamanya hidup, tanpa permulaan dan tanpa akhir. Nama El-Olam mengandung arti hidup yang kekal. Di sini bukannya Allah diwahyukan kepada Abraham, melainkan dialami olehnya sebagai hayat kekal. Melalui pohon tamariska di Bersyeba, Abraham dapat mempersaksikan kepada seluruh alam semesta bahwa dia mengalami Sang tersembunyi, yang selamanya hidup, sebagai hayat misteriusnya. Di Bersyeba ia menyeru nama Yehova, tetapi tidak mengalami-Nya sebagai Allah yang misterius, yang selamanya hidup. Tetapi di dalam Kejadian pasal 21 ini, setelah mempunyai banyak pengalaman, dia dengan Ishak di Bersyeba di bawah pohon tamariska, mengalami Sang Misterius, yang selamanya hidup sebagai hayat yang di dalam dan menyeru, “Oh Yehova El-Olam!” Sekalipun tidak seorangpun dapat melihat Sang Misterius ini, namun Ia sangat riil di dalam pengalaman Abraham. Dia yang kita miliki di batin kita hari ini adalah El-Olam, Sang tersembunyi, rahasia, terselubung, misterius, dan yang selamanya hidup. Ia adalah hayat kita. Kita bisa memiliki kenikmatan yang sama dengan Abraham hanya dengan menyeru “Oh Tuhan Yesus”.

Penerapan:
Berseru kepada nama Tuhan merupakan jalan yang Tuhan berikan kepada kita agar kita dapat menikmati segala kelimpahan Tuhan. Kita perlu belajar untuk setiap saat terbuka kepada Tuhan; membuka mulut, hati, dan roh kita melalui seruan kita. Saat kita berseru, kelimpahan hayat Tuhan akan tersalur ke dalam kita dan segera memuaskan rasa haus dan lapar kita di batin.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih untuk nama-Mu yang manis; nama yang menyelamatkan dan berkuasa. Dalam segala situasi, aku boleh berseru kepada-Mu dan aku tahu Engkau pasti mendengarkan seruanku. Tuhan, buatlah aku mengalami keselamatan di dalam nama-Mu ini.

No comments: