Hitstat

08 January 2007

Kejadian Volume 10 - Minggu 3 Senin

Yakub Membagi Keluarganya Menurut Kasih Sayangnya
Kejadian 33:1
“Yakubpun melayangkan pandangnya, lalu dilihatnyalah Esau datang dengan diiringi oleh empat ratus orang. Maka diserahkannyalah sebagian dari anak-anak itu kepada Lea dan sebagian kepada Rahel serta kepada kedua budak perempuan itu.”

Setelah bergelut dengan Allah yang menghampirinya dalam bentuk rupa manusia, “Yakubpun melayangkan pandangnya, lalu dilihatnya Esau datang dengan diiringi oleh empat ratus orang” (Kej. 33:1). Setelah menerima segala janji Allah, setelah berdoa, dan setelah bergulat dengan Tuhan, Yakub masih saja menemukan hal-hal baru untuk dikerjakan. Dia memisahkan lagi istri-istri dan anak-anaknya. Pertama kali ia memisahkan keluarganya menjadi dua pasukan, meniru dua pasukan malaikat. Kedua kali ia memisahkan pemberiannya menjadi sembilan kelompok. Sekarang, setelah menimbang dan menimbang lagi urusannya, lalu ia membagi keluarganya menurut kasih sayangnya. “Maka diserahkannyalah sebagian dari anak-anak itu kepada Lea dan sebagian kepada Rahel serta kepada kedua budak perempuan itu. Ia menempatkan budak-budak perempuan itu beserta anak-anak mereka di muka, Lea beserta anak-anaknya di belakang mereka, dan Rahel beserta Yusuf di belakang sekali” (Kej. 33:1-2).
Yakub masih tetap menggunakan akalnya untuk menghadapi situasi. Dua budak perempuan dan anak-anak mereka berjalan pertama, bila perlu dijadikan korban. Kelompok kedua yang menyusul adalah Lea beserta anak-anaknya. Karena Yakub paling mengasihi Rahel dan Yusuf, maka ia menaruh mereka di paling belakang. Sebagaimana Yakub, walaupun kita telah memiliki janji-janji Allah, pemberesan dan sengsara, doa yang amat indah, pergumulan yang hebat dengan Allah, tetapi seringkali kita masih tetap saja mengerjakan sesuatu menurut cara kita sendiri. Di manakah keyakinan kita akan janji-janji Allah?

Penyambutan Esau terhadap Yakub
Kej. 33:3-4

Sesudah membagi anggota keluarganya menurut kasih sayangnya, Yakub sendiri berjalan di depan. Ketika Yakub melihat Esau, dengan berani dan rendah hati ia tampil ke depan menjumpainya (Kej. 33:3-4). Kejadian 33:3 berkata, “Dan ia sendiri berjalan di depan mereka dan ia sujud sampai ke tanah tujuh kali, hingga ia sampai ke dekat kakaknya itu.” Melihat sikap Yakub dalam menghampirinya, Esau pasti tercengang. “Esau berlari mendapatkan dia, didekapnya dia, dipeluk lehernya dan diciumnya dia” (Kej. 33:4). Lalu Yakub dan Esau bertangis-tangisan. Dari sini kita nampak bahwa ketakutan Yakub yang timbul dari kekhawatirannya sendiri, ternyata sia-sia. Strateginya dalam membagi keluarganya menjadi dua pasukan, membagi ternaknya menjadi sembilan kelompok untuk dihadiahkan kepada Esau, maupun pembagian kedua kalinya atas istri, anak, dan budak perempuannya sebenarnya sama sekali tidak perlu. Kalau ia memang mengenal Allah, mutlak bersandar kepada-Nya, niscayalah ia terus-menerus dalam kedamaian, sambil berkata, “Aku tidak usah khawatir tentang Esau, sebab Allah telah berjanji akan membawa aku kembali ke negeri ayahku. Allah bahkan menyuruh aku pulang ke rumah, dan aku merasa tenteram bahwa Dia akan membawa aku ke sana. Tidak peduli Esau akan berbuat apa terhadapku, aku tidak cemas, karena Allah telah mengaruniakan firman-Nya kepadaku.”
Kita semua harus belajar dari pengalaman Yakub. Kita tidak perlu berbuat sebanyak itu. Bukankah kita ini Yakub hari ini, orang-orang yang terpilih? Sudahkah Tuhan memberi kita janji-Nya? Benar, sudah. Bukankah malaikat-malaikat-Nya berkemah melindungi kita? Kita harus yakin, memang demikian. Mungkin kita mengira beberapa orang itulah musuh-musuh kita. Setan, si seteru itu, bisa saja menyuntikkan ke dalam pikiran kita mengenai Laban dan Esau. Pikiran semacam ini semuanya sia-sia. Kenanglah kembali hari-hari kita yang sudah-sudah. Bukankah kita sudah mengerjakan banyak perkara yang akhirnya terbukti tidak berguna belaka? Apa pun yang Yakub rencanakan dan kerjakan adalah percuma. Tuhan tidak memakai satupun dari cara itu. Yakub tentunya tidak pernah memikirkan bahwa Esau akan mendekatinya dengan kasih yang begitu mesra. Allah menggagalkan Laban melalui berbicara kepadanya di dalam mimpi; dan pula Allah membuat Esau menaruh kasih persaudaraan terhadap Yakub. Sebab itulah Esau tidak menghampiri Yakub dengan kedengkian atas nafsu ingin membalas dendam, malahan dengan kasih persaudaraan yang mesra hangat. Esau sudah lupa akan penderitaannya yang ditimbulkan oleh Yakub. Sebaliknya Yakub, si perebut itu, tidak akan lupa akan perbuatannya terhadap saudaranya. Di sini kita nampak perbuatan Allah yang ajaib.

Penerapan:
Tanpa pimpinan dan penyertaan Allah, apapun yang kita kerjakan tidak akan berguna bagi Allah, sia-sia belaka. Pekerjaan Allah tidak dibangun di atas pemikiran manusia yang alamiah, melainkan dibangun di atas jalan hayat. Karena itu, marilah kita belajar berdoa dan menaruh keyakinan yang bulat terhadap janji-janji Allah. Jadilah pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah aku yang sering melupakan janji-janji-Mu, sehingga banyak perkara telah kulakukan menurut selera dan caraku sendiri. Tuhan, aku tidak ingin mengerjakan sesuatu yang sia-sia. Pimpinlah dan berkatilah aku.

No comments: