Hitstat

31 January 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 2 Kamis

Menafsirkan Mimpi Juru Minuman dan Juru Roti
Kejadian 40:8
“Jawab mereka kepadanya: ‘Kami bermimpi, tetapi tidak ada orang yang dapat mengartikannya.’ Lalu kata Yusuf kepada mereka: ‘Bukankah Allah yang menerangkan arti mimpi? Ceritakanlah kiranya mimpimu itu kepadaku.’”

Kejadian 40:1-2 mengatakan, “Sesudah semuanya itu terjadilah, bahwa juru minuman raja Mesir dan juru rotinya membuat kesalahan terhadap tuannya, raja Mesir itu, maka murkalah Firaun kepada kedua pegawai istananya, kepala juru minuman dan kepala juru roti itu. Firaun lalu memenjarakan mereka. Kepala pengawal raja menempatkan Yusuf bersama-sama dengan mereka untuk melayani mereka. Pada suatu kali bermimpilah baik juru minuman maupun juru roti raja Mesir sehingga mereka bersusah hati. Keesokan harinya, bertanyalah Yusuf kepada mereka, “Mengapa hari ini mukamu semuram itu?” Jawab mereka kepadanya: “Kami bermimpi, tetapi tidak ada orang yang dapat mengartikannya.” Kata Yusuf, “Bukankah Allah yang menerangkan arti mimpi? (Kej. 40:7-8). Setelah mereka masing-masing menceritakan mimpinya kepada Yusuf, Yusuf pun segera mengartikan mimpi mereka, dan terjadilah kepada juru minuman dan juru roti itu tepat seperti apa yang ditafsirkan Yusuf itu: Juru minuman dikembalikan ke dalam jabatannya, dan juru roti dihukum gantung (Kej. 40:20-22).
Di sini, Yusuf melambangkan Kristus, sebagai orang yang dicampakkan ke dalam penjara maut bersama dua penjahat, yang satu dikembalikan dan yang lainnya dihukum (Kej. 39:20; Kis. 2:23). Meskipun mimpinya sendiri (Kej. 37:5-11) belum tergenapi, Yusuf memiliki iman dan berani menafsirkan mimpi kedua temannya. Yusuf mengakui bahwa hanya Allah yang dapat menafsirkan mimpi. Dalam 1 Korintus 2:13, Paulus mengatakan, “Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani... dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh.” Dari ayat ini kita tahu, baik Yusuf maupun Paulus, keduanya pastilah orang yang dipenuhi dengan Roh Allah.

Pengujian Sebelum Penobatan
Kej. 41:1; Rm. 8:28; 1 Ptr. 1:7

Walaupun kita tidak mengetahui dengan pasti berapa lama Yusuf berada di dalam penjara, tetapi yang pasti ia berada di sana lebih dari dua tahun (Kej. 41:1). Kita mungkin berpikir bahwa Yusuf tidak seharusnya dipenjarakan, karena ia adalah orang yang murni, dan kejahatan yang dituduhkan kepadanya tidaklah benar. Ditinjau dari sudut pandang alamiah kita, hal itu memang benar. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Rm. 8:28). Segala sesuatu di sini tentu saja meliputi penjara yang dialami oleh Yusuf. Penjara merupakan bagian dari pengujian yang Allah berikan kepada Yusuf, sebelum ia layak dinobatkan menjadi penguasa atas seluruh tanah Mesir. Satu Petrus 1:7 mengatakan, “Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu — yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api — sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya kelak.” Alkitab memperlihatkan kepada kita, tidak ada satu iman yang tidak melalui pengujian.
Pertama, Allah menguji iman kita supaya kita bertumbuh. Tidak ada orang Kristen yang bertumbuh yang imannya tidak melalui pengujian. Semua orang Kristen di dunia ini yang bertumbuh, imannya pasti melalui pengujian iman. Kita datang ke hadapan Allah dan menerima semua anugerah Allah melalui iman. Ketika iman kita melalui pengujian, kita dengan sendirinya mengalami pertumbuhan. Kedua, Allah menguji iman kita, tidak hanya supaya kita bertumbuh, tetapi juga supaya kita memuaskan hati Allah. Kesungguhan iman kita membuat hati Allah puas. Iman yang telah melalui pengujian ini membuat nama Allah dimuliakan. Tak peduli kita telah melewati penderitaan macam apa, penganiayaan macam apa, rintangan macam apa, kegelapan macam apa, setelah kita melalui pengujian tetapi masih bisa percaya, setelah kita melalui pengujian masih tidak jatuh, iman semacam ini yang memuliakan nama Allah. Ketiga, Allah menguji iman kita, bukan hanya supaya kita bertumbuh, memuaskan hati Allah, juga supaya menyumbat mulut Iblis. Allah menguji iman kita, supaya Iblis tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ketika ia melihat kita tidak mudah kompromi, dia akan mundur. Supaya menyumbat mulut Iblis, Allah harus menguji iman kita. Terakhir, Allah menguji iman kita ialah supaya kita bisa membantu orang lain. Iman yang tidak pernah melalui pengujian tidak bisa membantu orang lain. Saudara saudari lain bisa mendapatkan bantuan kita, karena iman kita telah melewati ujian. Iman yang benar-benar telah melalui pengujian, membuat Iblis tidak berdaya, Iblis tidak bisa menjatuhkannya. Iman semacam ini yang bisa membantu gereja. O, saudara saudari, iman yang telah melalui pengujian lebih berharga daripada emas yang dapat rusak.

Penerapan:
Orang yang berhikmat dapat menjadi sempurna. Akan tetapi, jika kita tidak memiliki hikmat, kita bisa menyinggung orang lain dengan perkataan kita yang bodoh. Pembicaraan kita bisa menyatakan bahwa hikmat kita tidak memadai. Ketika kita kekurangan bikmat, kita perlu memintanya dari Allah, maka Ia akan memberikannya dengan murah hati, dengan hati yang tulus, penuh kemurahan, tanpa sisa (Rm. 12:8; 2 Kor. 8:2).

Pokok Doa:
Ya Tuhan, terima kasih atas setiap ujian yang Kau berikan demi kemajuan rohaniku. Aku bersyukur bahwa ujian-Mu tidak melampaui kekuatanku dan Engkau senantiasa menyediakan suplai yang aku butuhkan saat aku datang kepada-Mu.

No comments: