Hitstat

01 January 2007

Kejadian Volume 10 - Minggu 2 Selasa

Allah dalam Rupa Manusia
Kejadian 32:24
“Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing.”

Mengapa Allah harus dalam rupa manusia bergulat dengan Yakub? Apa perlunya demikian? Ketika Allah menampakkan diri kepada Abraham, Dia menyatakan diri sebagai Allah yang Mahamulia (Kis. 7:2). Tetapi di sini, Allah menampakkan diri kepada Yakub dalam rupa manusia, bergulat dengan Yakub. Allah berbuat demikian karena Yakub di sini tengah mengalami suatu penanggulangan. Setelah kita beroleh selamat, Tuhan tidak hanya menampakkan diri kepada kita, tetapi juga sekali demi sekali Ia datang untuk menanggulangi kita.
Pada permulaan pemberesan ini, sering kita tidak menyadari bahwa Tuhan itu hadir. Misalnya, sebagai seorang istri atau suami, kita selalu berselisih dengan pasangan kita. Menurut anggapan kita, suami kita, atau istri kitalah yang telah menjebloskan kita ke dalam kesulitan. Mungkin kita berkata, “Sungguh sial bahwa aku menikah dengan dia.” Tetapi pada akhirnya, kita sadar bahwa persoalannya bukanlah suami kita, istri kita, atau orang lain, melainkan Allah ada di sini, Allah sedang membereskan kita. Allah tidak membereskan kita dengan cara-cara yang nyata, menampakkan diri sebagai Allah yang Mahamulia. Pada tiap permulaan penanggulangan, kita selalu mengira ada seseorang bergulat dengan kita. Karena itu, seringkali pergulatan ini berlangsung dalam waktu yang lama. Bagi Yakub, pergulatan ini mungkin memakan waktu enam jam, tetapi bagi kita, mungkin makan waktu enam minggu, enam bulan, atau sampai enam tahun, sampai akhirnya kita menyadari bahwa sebenarnya lawan kita bukannya istri, suami, atau keadaan lingkungan, melainkan Tuhan sendiri yang sedang membereskan kita.

Allah Menyembunyikan Diri-Nya
Kej. 32:24

Dalam menyelamatkan kita, Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang Mahamulia; tetapi dalam menanggulangi kita, Dia menyembunyikan diri-Nya. Bila kita terbentur pemberesan, kita mengira bahwa ini berasal dari seseorang atau keadaan, kita tidak menyangka itu berasal dari Tuhan. Semestinya, kapan saja penanggulangan menimpa, kita wajib menyadari bahwa Tuhan ada di sana. Para saudari acap bertanya, “Mengapa Tuhan memberi aku suami macam ini?” Para saudara sering pula menggerutu, “Bukankah Tuhan itu Mahatahu? Mengapa Ia tidak berbuat sesuatu terhadap istriku agar ia lebih baik?” Jawabannya adalah: pemberesan Tuhan itu suatu rahasia. Melalui pengalaman Yakub, kita dapat mengetahui siapakah sebenarnya yang bergulat dengan kita itu.
Jika kita mau berterus-terang dan terbuka, banyak pasangan yang akan mengakui bahwa mereka telah menaruh tanda tanya atas pernikahannya. Banyak yang bertanya, “Mengapa...?” Boleh jadi seorang saudara bertanya, “Banyak saudari yang baik di dalam gereja, tetapi mengapa aku menikah dengan yang ini?” Kalau keadaan kita demikian adanya, itu artinya kita masih bergumul. Kita belum dibereskan. Kita belum mengakui tangan kedaulatan Tuhan. Sebab itulah kita terus meronta-ronta. Kita seolah-olah ingin menaklukkan “lawan” kita. Dalam kebanyakan kasus kita tidak menyadari bahwa sebetulnya kita sedang bergumul dengan Tuhan.
Kita mungkin bertanya, “Allah itu Mahakuasa, mana mungkin tidak mampu mengalahkan Yakub manusia yang kecil ini? Mengapa Allah menunggu sekian lama baru mau menjamah pangkal paha Yakub? Mengapa Allah tidak menjamah sejak mulanya? Allah harus bergulat dengan Yakub sedikit-dikitnya enam jam, barangkali mulai dari tengah malam hingga fajar menyingsing (Kej. 32:24). Mengapa Allah bertoleransi atas pergulatan yang begitu panjang?” Jika Tuhan cepat-cepat menaklukkan kita, bagaimanakah keadaan kita yang sebenarnya dapat disingkapkan? Mungkin kita menaruh pertanyaan, “Sudah bertahun-tahun aku berdoa bagi istriku, mengapa Tuhan tidak memberi jawaban? Mengapa dia tetap tidak berubah?” Jawabannya adalah kita perlu disingkapkan. Tuhan bergulat dengan Yakub untuk menyingkapkan betapa Yakub itu sangat alamiah. Demi kebaikan kita, kita memerlukan beberapa kesulitan jangka panjang. Banyak di antara kita yang masih tetap bergulat. Tuhan ingin menaklukkan kita, tetapi kita selalu bergumul sendiri untuk mengatasi keadaan lingkungan kita. Kiranya terang firman ini menyoroti kita, sehingga kita bisa berkata, “Kini aku nampak! Masalahnya bukan pada istriku — melainkan pada kekuatan alamiahku. Aku belum ditanggulangi dengan memadai.”

Penerapan:
Allah dengan hikmat dan kedaulatan-Nya menempatkan orang-orang yang tepat di sekeliling kita demi memproses kita, agar kita lebih diserupakan ke dalam gambar Kristus. Karena itu, terhadap setiap kesulitan dan masalah yang kita hadapi, belajarlah untuk tidak menyalahkan orang lain. Sebaliknya, kita harus bersyukur bahwa melalui kesulitan itu, kita sekali lagi diberi kesempatan untuk datang kepada Tuhan dan diubah oleh-Nya.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah aku yang selama ini seringkali terus menyalahkan orang lain atas segala masalah yang kuhadapi. Ampunilah sikapku selama ini. Buatlah mataku melihat bahwa Engkau hadir di balik setiap kesulitan yang kuhadapi.

No comments: