Hitstat

21 January 2007

Kejadian Volume 11 - Minggu 1 Senin

Tiga Tahap Pengalaman Yakub
Kejadian 35:20
“Yakub mendirikan tugu di atas kuburnya (Rahel); itulah tugu kubur Rahel sampai sekarang.”

Jika kita menyusuri seluruh perjalanan hidup Yakub, niscaya kita akan menemukan bahwa dalam jalan hidupnya dapat dibagi menjadi tiga tahap. Ketiga tahapan ini ditandai oleh pendirian tiga tiang/tugu. Sebenarnya Yakub telah empat kali mendirikan tiang, namun hanya didirikan pada tiga tempat — di Gilead (Galed), di Betel, dan pada jalan yang menuju ke Betlehem (Kej. 31:45; 28:18, 22; 35:14, 20). Berhubung Yakub mendirikan tiang-tiang ini pada tiga tempat, jadi dapat dikatakan bahwa selama hidupnya, Yakub hanya memiliki tiga tiang sebagai tanda atas pengalamannya. Bagian yang pertama dari kehidupannya, Yakub mengalami pengasuhan dan perawatan Allah. Sejak hari kelahirannya, ia telah berada di bawah pemeliharaan Allah. Bagian yang kedua, di Betel, Yakub mendirikan tiang yang kedua (Kej. 35:14). Tiang di Betel itu disebut rumah Allah. Di sini, Yakub mulai memperhatikan rumah Allah, kesaksian Allah. Bagian ketiga, Yakub mendirikan tiang di perjalanan menuju ke Betlehem (Kej. 35:16-20). Tiang ketiga dalam hidup Yakub ini merupakan suatu kesaksian pemberesan atau penanggulangan Allah terhadap pilihan alamiahnya.
Dalam hidup kekristenan kita, kita tidak seharusnya hanya mendambakan pengasuhan dan perawatan Allah, tetapi juga perlu memperhatikan rumah Allah. Untuk hal ini, kita perlu mengalami berbagai pemberesan atau penanggulangan Allah, khususnya terhadap pilihan alamiahnya. Kasih kita, kecenderungan kita, dan pilihan kita yang alamiah, pada suatu hari harus diakhiri dan dikuburkan. Pengalaman ini akan membantu kita mengalami kuasa kebangkitan Kristus dan pula akan memimpin banyak orang kepada Kristus.

Terjebak dalam Kenyamanan
Kej. 35:21-22; Mi. 4:8; Ibr. 12:1-2a

Setelah Yakub mendirikan tiang yang ketiga di jalan yang menuju Betlehem, “Berangkatlah ia, lalu ia memasang kemahnya di seberang Migdal (menara) – Eder” (Kej. 35:21). Dalam bahasa Ibrani, kata Eder berarti “kawanan domba”. Di Mikha 4:8 ada ungkapan bahasa Ibrani yang sama diterjemahkan “menara kawanan domba”. Di tempat itu, terjadilah suatu peristiwa cemar yang memalukan, yaitu perkara amoral yang terjadi atas Ruben, anak sulung Yakub. Kejadian 35:22 mencatat, “Ketika Israel diam di negeri ini, terjadilah bahwa Ruben sampai tidur dengan Bilha, gundik ayahnya, dan kedengaranlah hal itu kepada Israel.”
Menara Eder, atau menara kawanan domba, menyatakan suatu kehidupan yang nyaman. Ketika melewati menara Eder, mungkin Yakub berpikir, inilah tempat yang baik untuk istirahat. Ia lalu menetap di sana. Ini berarti bahwa Yakub sudah sampai pada tempat yang baik untuk beristirahat, tempat di mana ia dapat menikmati hidup yang nyaman. Ketika ia tengah menikmati hidup yang nyaman ini, terjadilah perkara dosa. Dosa, khususnya dosa perzinahan, hampir selalu terjadi pada saat seseorang tengah berada dalam suatu kehidupan yang nyaman. Ruben melakukan perzinahan dengan gundik Yakub. Perihal ini cukup jelas menandakan bahwa Yakub tidak selayaknya menetap di sana. Yakub seharusnya langsung berangkat menuju Hebron.
Menara Eder merupakan sebuah jebakan bagi Yakub. Kita harus menyadari bahwa ketika kita bersungguh-sungguh berjalan mengikuti Tuhan, maka di sekitar kita sering terdapat jerat yang menanti kita. Bagaimanakah kita dapat menghindari jerat tersebut? Cara yang terbaik adalah dengan terus berjalan, jangan berhenti, jangan menoleh ke kanan atau ke kiri. Ibrani 12:1-2a berkata, “Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus,....” Tidak peduli sampai di mana tahap hidup kekristenan kita, kita harus ingat bahwa di sekeliling kita ada saja jebakan yang siap mencelakai kita. Hidup yang nyaman bagi orang yang mengikuti Tuhan Yesus selalu merupakan satu pencobaan. Setiap pengikut Tuhan mengetahui bahwa sasaran terakhir kita masih sangat jauh. Tetapi dalam mengikuti Tuhan, walau bagaimanapun letihnya, kita harus berkata, “Tuhan, tolonglah hamba-Mu ini. Berilah karunia agar hamba dapat terus berlari mengikuti Engkau tanpa henti.” Kalau kita berbuat demikian, niscayalah kita akan terlindung, tidak sampai jatuh ke dalam jerat.

Penerapan:
Kenyamanan dan kelancaran mudah membuat orang kendor; penderitaan membuat orang bersandar erat kepada Allah. Bagaimanakah reaksi kita ketika Tuhan mengijinkan kita mengecap kenyamanan? Kita perlu berdoa memohon Tuhan menyelamatkan kita dari kekendoran rohani. Kenyamanan seharusnya membuat kita lebih memperhatikan rumah Tuhan, kepentingan Tuhan.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus,aku bersyukur atas rawatan dan asuhan-Mu yang tidak pernah berhenti. Tetapi bawalah aku masuk ke dalam pengalaman yang lebih tinggi lagi, yakni hidup bagi kepentingan rumah-Mu. Aku tidak mau terbuai oleh kenyamanan yang ada di sekelilingku.

No comments: