Hitstat

11 May 2008

Markus Volume 4 - Minggu 1 Senin

Syarat Mengikut Yesus - Memikul Salib
Markus 8:34
Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.”

Ayat Bacaan: Mrk. 8:34

Apakah memikul salib itu? Salib adalah tempat Tuhan Yesus dipaku, yakni sebatang kayu palang. Pada waktu itu, sekelompok orang berteriak, “Enyahkan Dia! Salibkan Dia!” ltulah slogan salib. Bagi kita hari ini, salib adalah untuk menyingkirkan hayat alamiah kita. Apakah kemauan salib? Kemauan salib ialah berpaling kepada Allah; kemauan salib ialah bukan menurut kehendakku, melainkan menurut kehendak Kristus; bukan lagi aku, melainkan Kristus. Banyak orang mengira memikul salib tak lain adalah menderita untuk Tuhan. Tetapi menderita untuk Tuhan, belum tentu memikirkan apa yang dipikirkan atau yang dikehendaki Tuhan.
Kita bisa menerapkan perkara memikul salib dalam kehidupan kita sehari-hari. Misalnya, seorang kristen senang sekali menonton film. Pikiran, emosi, dan tekadnya selalu ingin menonton. Tetapi suatu hari ketika ia hendak menonton film, Tuhan di dalamnya berkata, “Jangan.” Akibatnya, terjadilah suatu pertentangan di batin, “Aku ingin pergi, namun Tuhan tidak mau. Jika aku tidak pergi, aku rugi. Tetapi kalau aku pergi, hatiku tidak damai.” Dalam banyak kasus, kita sering mengalami pergumulan yang demikian. Jika Tuhan memberitahu kita, “Jangan pergi,” namun kita berkeras untuk pergi, saat itulah kita tidak memiliki salib lagi. Dalam perkara apa pun, kita harus belajar membiarkan hayat Allah menang.
Jika hari ini kita tidak membiarkan Tuhan di dalam kita bekerja, akhirnya kita sendiri yang rugi. Kita telah memiliki benih Allah di dalam kita, benih itu pasti bisa bertumbuh. Kalau kita menanam semangka kita akan menuai semangka. Kalau kita menanam kedelai akan menuai kedelai. Tidak ada seorang pun yang bisa menahan benih Kristus yang ada di dalam kita. Jika kita menghalanginya, benih Kristus akan bertumbuh lebih lambat. Jika kita tidak menghalanginya, benih itu akan bertumbuh lebih cepat. Jadi persoalannya hari ini ialah mengarah kemanakah pikiran, emosi, dan tekad kita? Apakah mengarah ke dunia ataukah mengarah kepada Allah? Jika kita taat kepada Allah dan tekad kita cenderung kepada Allah, Kristus pasti meraja dan kehendak Allah pasti akan terlaksana di atas diri kita.

No comments: