Hitstat

21 September 2010

Roma Volume 1 - Minggu 4 Rabu

Tanda Sunat sebagai Meterai Kebenaran
Roma 4:11
Dan tanda sunat itu diterimanya sebagai meterai kebenaran berdasarkan iman yang ditunjukkannya, sebelum ia bersunat. Demikianlah ia dapat menjadi bapa semua orang percaya yang tak bersunat, supaya kebenaran diperhitungkan kepada mereka.

Ayat Bacaan: Rm. 4:11; Kol. 2:11-12

Dalam Perjanjian Baru kita dapat melihat makna sunat. Makna rohani dari sunat adalah mengerat/menanggalkan tubuh daging, menolak diri sendiri dan orang lama kita. Kolose 2:11-12 mengatakan, “Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan tubuh yang berdosa, karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga melalui kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati.” Sunat adalah perkara menanggalkan tubuh daging dan orang lama kita; bukanlah perkara pemberesan dosa. Secara sungguh-sungguh, sunat tidak ada sangkut pautnya dengan pemberesan dosa, melainkan perkara disalibkan dan dikubur beserta Kristus.
Sunat merupakan suatu tanda, tanda dibenarkan oleh iman (Rm. 4:11). Tetapi, banyak orang Kristen yang mengabaikan tanda ini. Sekalipun mereka mengerti dan mendeklarasikan bahwa mereka telah dibenarkan melalui iman, namun setelah dibenarkan melalui iman, mereka tidak mempunyai tanda pengakhiran diri sendiri. Bagaimana kita dapat menunjukkan kepada orang lain bahwa kita telah dibenarkan oleh Allah? Kita harus menunjukkan bahwa kita tidak lagi hidup bersandarkan diri sendiri, melainkan hidup bersandarkan Kristus. Dengan demikian kehidupan kita akan menjadi tanda bahwa kita telah dibenarkan yakni jika kita menempuh kehidupan tersalib di dalam kebangkitan Kristus. Misalnya saya adalah seorang yang telah dibenarkan oleh Allah, namun masih hidup, bertindak, bekerja dan berbuat segala sesuatu bersandarkan diri sendiri. Jika demikian, sukar bagi orang lain untuk melihat bahwa kita adalah orang yang telah dibenarkan, bahkan orang lain akan menyangsikan apakah kita telah beroleh selamat. Tetapi, jika kita hidup dengan hayat tersalib, mengesampingkan diri sendiri dan menerima Kristus sebagai hayat, maka tidak seorang pun akan sangsi bahwa kita telah dibenarkan melalui iman. Setiap orang akan berkata, “Puji Tuhan! Tidak dapat diragukan lagi bahwa di sini ada seorang saudara yang telah dibenarkan oleh Allah.” Kehidupan yang mengakhiri diri sendiri merupakan tanda dan cap atas pembenaran kita.

Dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. (Rm. 2:29)

No comments: