Hitstat

07 July 2006

Kejadian Volume 3 - Minggu 4 Jumat

Hidup Bergaul Dengan Allah
Kejadian 5:25
“Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah.”

Istilah “hidup”, “memperanakkan”, dan “mati”, terus diulang dalam Kejadian pasal lima. Kematian adalah akibat terakhir dari kejatuhan manusia. Setiap hari kita berada di bawah ancamannya, baik secara jasmani, psikologis, dan rohani. Adakah jalan untuk menghindarinya?
Jalan ini ditemukan oleh manusia generasi ketujuh. Memanggil nama Tuhan ditemukan oleh manusia generasi ketiga, empat generasi kemudian, yakni manusia generasi ketujuh, Henokh, menemukan jalan menghindari maut.
Kita bukan hanya harus memanggil nama Tuhan, juga harus hidup bergaul dengan Tuhan (Kej. 5:22). Bergaul dengan Allah berarti menjadikan Allah sebagai inti dan segala kita. Ini mengandung banyak hal: menyangkal diri sendiri, menyangkal pikiran dan kesenangan sendiri, menyangkal segala sesuatu yang berasal dari diri sendiri. Ini berarti kita menyerahkan diri kita kepada-Nya, takluk kepada-Nya, dan membiarkan Dia memegang pimpinan.Ini bukan sekadar perihal memanggil nama Tuhan. Berseru, “O, Tuhan Yesus!” memang ajaib dan nikmat, tetapi apa yang menyusul setelah itu? Ketika Tuhan berkata, “Ikutlah Aku,” maukah kita mengikuti-Nya? Maukah kita berjalan dengan-Nya?
Jangan lupa, hal memanggil nama Tuhan itu ditemukan dalam Kejadian pasal empat, sedang berjalan (bergaul) dengan Tuhan diwahyukan dalam Kejadian pasal lima. Jika perihal memanggil nama Tuhan tidak diikuti dengan bergaul dengan Tuhan, maka panggilan kita itu tidak begitu sejati. O, kita semua perlu memanggil nama Tuhan, dan kita juga perlu hidup bergaul dengan Tuhan.

Memikul Tanggung Jawab
Kej. 5:25

Setelah mengalami Yared, kita sampai pada tahap selanjutnya dari garis hayat, Henokh. Henokh berarti “belajar”. Tahap Henokh adalah tahap belajar pada garis hayat. Dalam Alkitab, angka lima mengacu kepada tanggung jawab. Karena Henokh adalah generasi kelima setelah Set, maka ia mewakili tanggung jawab. Dalam garis hayat ini, seorang yang belajar adalah seorang yang bertanggung jawab.
Belajar yang sebenarnya adalah ketika kita memikul tanggung jawab. Misalnya, apakah kita bertanggung jawab berkenaan dengan membaca dan mempelajari Alkitab? Apakah kita bertanggung jawab berkenaan dengan pelayanan dalam hidup gereja? Apakah kita bertanggung jawab berkenaan dengan mengabarkan Injil? Apakah kita bertanggung jawab dalam hal doa? Apakah kita bertanggung jawab dalam hal menggembalakan? Jika jawaban kita terhadap salah satu pertanyaan itu adalah “tidak”, maka dalam aspek itu kita belum menjadi Henokh, kita belum belajar, dan kita belum membayar harga untuk mempelajari hal-hal rohani. Dalam hidup Kristiani kita, kita perlu membayar harga untuk semua aspek ini. Jika seluruh kehidupan rohani kita hanya bergantung pada inspirasi, maka kita belum mencapai tahap Henokh, kita masih berada pada tahap-tahap awal. Untuk itu kita harus bertumbuh menjadi seorang yang membayar harga untuk belajar.
Memikul tanggung jawab inilah praktek riil dari hidup bergaul dengan Allah, karena memikul tanggung jawab berarti hidup kita serasi dengan tuntutan Allah. Pada tahap Henokh ini, apa pun keinginan Allah menjadi kehidupan kita. Ini hanya mungkin terjadi sebagai hasil dari satu proses yang panjang, yaitu melalui tahap-tahap di garis hayat ini. Menjadi Henokh itu memang luar biasa. Namun, ini tidak bisa terjadi begitu saja, dengan cepat. Mengerjakan aktifitas rohani itu gampang, tetapi belajar dengan tulus untuk memikul tanggung jawab itu tidak gampang. Mula-mula, Tuhan menunjukkan kepada kita bahwa kita bukanlah apa-apa. Kemudian, Tuhan juga harus mewahyukan kepada kita bahwa kita harus mendapatkan Kristus. Saat itulah, Tuhan membuat kita sadar bahwa Allah begitu menakjubkan. Setelah itu, kita masih harus belajar merendah dan menjadi seorang manusia yang tepat. Setelah merendah, Allah akan berkata kepada kita, “Sekarang kamu harus belajar memikul tanggung jawab dengan membayar harga.” Hanya ketika membayar harga, barulah kita dapat menjadi seorang yang memikul tanggung jawab di garis hayat ini. Henokh berjalan ke atas bersama Allah. Jangan mengira Henokh terangkat itu terjadi secara mendadak. Hari demi hari Henokh bergaul dengan Allah, hari demi hari lebih dekat kepada Allah.

Penerapan:
Siapakah tuan di rumah kita? Siapakah yang mengambil keputusan bagi kita? Apakah yang sedang kita kejar? Jika jawabannya bukan Allah, berarti Allah belum menjadi inti dan segala kita. Hidup bergaul dengan Allah berarti Dialah segala-gala kita. Marilah kita berlatih dalam urusan apa pun berkontak dengan Tuhan terlebih dulu.

Pokok Doa:
Siapakah tuan di rumah kita? Siapakah yang mengambil keputusan bagi kita? Apakah yang sedang kita kejar? Jika jawabannya bukan Allah, berarti Allah belum menjadi inti dan segala kita. Hidup bergaul dengan Allah berarti Dialah segala-gala kita. Marilah kita berlatih dalam urusan apa pun berkontak dengan Tuhan terlebih dulu.

No comments: