Hitstat

06 July 2006

Kejadian Volume 3 - Minggu 4 Kamis

Tuhan Yesus -- Yared Yang Sejati
Kejadian 5:12-17
“Setelah Kenan hidup tujuh puluh tahun, ia memperanakkan Mahalaleel. … Setelah Mahalaleel hidup enam puluh lima tahun, ia memperanakkan Yared. … .”

Ketika berada di atas bumi, Tuhan Yesus adalah “Yared” yang sejati. Filipi 2:6-9 memberi kita penjelasan yang terbaik mengenai keinsanian Tuhan Yesus yang merendah. Tuhan Yesus tidak menganggap kesetaraan-Nya dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, tetapi Ia telah mengosongkan diri-Nya. Ia mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib. Dalam Kitab Injil, Tuhan Yesus selalu bersama pemungut cukai dan orang berdosa, sehingga orang menyebutnya “sahabat pemungut cukai dan orang berdosa” (Mat. 11:19). Ia sangat menarik dan begitu dekat dengan kita, tetapi Ia tidak berbagian dengan dosa kita atau pun dengan keduniawian kita. Inilah Yared.
Merendah bukanlah satu pekerjaan, merendah seharusnya adalah jati diri kita. Jika oleh belas kasih Tuhan, kita memiliki sedikit pertumbuhan dan pencapaian rohani, maka kita harus secara sederhana belajar bergaul dengan sesama kita. Inilah pengalaman Yared. Kita harus belajar bagaimana menjadi manusia yang tepat. Tuhan Yesus adalah Yared yang sejati dan kita sedang diserupakan dengan gambar-Nya. Dengan demikian kita akan se-manusiawi Tuhan kita. Allah menghendaki kita memiliki keinsanian yang tepat. Seorang manusia yang tepat adalah seorang yang mudah didekati, penuh kasih karunia dan rahmat. Namun, ia juga dipenuhi dengan daya guna hayat dan kebenaran. Seluruh pangalaman yang kita dapatkan dalam tahap Enos, Kenan, dan Mahalaleel, harus ternyata melalui kebajikan kita. Inilah tahap Yared.

Menjadi Yared
Kej. 5:12-17

Ketika kita punya sedikit pengalaman rohani, kita menjadi berbeda. Kita mungkin berpikir, “Aku adalah orang yang paling mengasihi Tuhan!” Kita memandang diri sendiri terlalu tinggi. Inilah saatnya kita berhati-hati dan belajar bagaimana merendah. Sebagai contoh, kita harus tahu bagaimana memperlakukan orang lain dengan wajar. Kita harus tahu bagaimana bergaul dengan orang yang tidak mengasihi Tuhan. Bisakah orang tersebut mencurahkan isi hatinya kepada kita dan mempercayai kita? Seandainya ada saudari yang sama sekali tidak mengasihi Tuhan, lalu kita memberi tahu dia, “Puji Tuhan untuk ekonomi kekal-Nya! Indah bukan menikmati ruang lingkup alam ilahi dan mistikal? Wah, keselamatan organik yang luar biasa!” Saudari itu akan takut terhadap kita. Ia juga tidak mengerti sama sekali apa yang kita katakan. Bagaimana mungkin saudari yang demikian bisa dibawa datang kepada Tuhan kalau kita tidak merendah? Yang dia lihat hanyalah seorang yang begitu rohani dan tidak terjangkau olehnya, jauh sekali dibandingkan dirinya.
Yared dilahirkan oleh Mahalaleel. Setelah menjadi Kenan melalui mendapatkan Kristus, dan setelah menjadi Mahalaleel, seorang yang memuji Tuhan, maka kita juga harus belajar bagaimana merendah. Inilah cara hidup Paulus, “Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka.” (1 Kor. 9:22). Menjadi Yared berarti terhadap yang lemah kita menjadi seperti orang yang lemah. Terhadap mereka yang tidak rohani, kita tidak berlaku sok rohani, meskipun kita masih tetap rohani di batin. Ketika ada orang baru yang datang, janganlah berteriak, “Puji Tuhan!” karena mereka tidak tahu siapakah Tuhan itu. Kita harus tahu bagaimana bersikap dan berbicara dengan wajar di tengah-tengah orang yang baru. Jika kita tidak tahu bagaimana merendah, kita tidak akan berbuah dalam kehidupan Kristiani kita. Kita harus belajar bergaul dengan segala jenis orang.
Merendah bukan berarti kehilangan pijakan kita yang tepat. Menjadi Yared bukan berarti pergi ke diskotik bersama seseorang. Kita tidak seharusnya merendah sampai harus pergi ke tempat-tempat yang tidak pantas. Ini bukan mengalami menjadi Yared, ini berarti pergi ke dunia. Kita masih tetap perlu mempertahankan kondisi rohani yang sehat. Namun, ketika bersama dengan orang lemah, atau orang muda dalam gereja, kita harus belajar manusiawi dan merendah. Demi mereka, kita harus menjadi orang mudah didekati.

Penerapan:
Bagaimanakah kita memandang saudara saudari kita? Jika kita merasa tidak bisa bergaul dengan mereka karena mereka terlalu duniawi, maka kita harus segera datang kepada Tuhan agar diserupakan dengan-Nya, sang Yared yang sejati. Tuhan kita bisa bergaul dengan siapa pun tanpa ada masalah.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau begitu merendah hingga aku dapat diselamatkan. Tuhan Yesus, aku tidak mempunyai apa pun yang patut disombongkan tetapi sering kali sikapku justru sangat sombong. Ya Tuhan, selamatkan aku setiap hari.

No comments: