Hitstat

29 July 2006

Kejadian Volume 4 - Minggu 3 Sabtu

Ham: Menerima Kutukan Karena Memperlihatkan Kegagalan
Kejadian 9:24-25
“Setelah Nuh sadar dari mabuknya dan mendengar apa yang dilakukan anak bungsunya kepadanya, berkatalah ia: ‘Terkutuklah Kanaan, hendaklah ia menjadi hamba yang paling hina bagi saudara-saudaranya.’”

Sebagaimana kita ketahui, Nuh telah melakukan suatu kesalahan dan mengalami kegagalan. Di pandang dari aspek rohaninya, orang seperti Nuh ini sebenarnya mudah sekali merendah hati dan mengaku salah. Namun, janganlah menghakimi Nuh menurut konsepsi manusia. Karena Allah sudah mengangkatnya sebagai pemimpin, maka walaupun ia telah gagal, dia harus berbicara bukan seturut rasa salahnya, melainkan berbicara menurut pemerintahan Allah. Entah pemimpin itu benar atau salah, pemerintahan Allah harus tetap dipelihara.
Ham bersalah karena menceritakan kegagalan Nuh yang ia dapati tengah telanjang karena mabuk. Ini serius. Memperlihatkan kegagalan pemimpin adalah menyangkut pemerintahan ilahi. Kita semua harus nampak ini. Musa bersalah karena mengambil istri seorang Kusy (Bil. 12:1). Miryam mengucapkan kata-kata yang menentang dia, sehingga terkena kutukan kusta (Bil. 12:10). Dia terkutuk karena meremehkan pemerintahan Allah, dan menjamah pemerintahan Allah dengan cara yang negatif. Mengapa Alkitab tegas sekali mengatakan, “Terkutuklah orang yang memandang rendah (tidak menghormati) ibu dan bapanya” (Ul. 27:16). Karena ini menyangkut pemerintahan Allah.
Mengapa Ham terkutuk? Ham kehilangan kesempatan “emas” untuk menerima berkat karena ia telah meremehkan pemerintahan Allah. Kegagalan pemimpin selalu merupakan ujian bagi kita. Jika kita dengan tepat berada di bawah pemerintahan Allah, kegagalan pemimpin akan menjadi berkat kita. Kita semua harus memperhatikan pemerintahan Allah.

Sem dan Yafet: Memperoleh Berkat Karena Menutupi Kegagalan
Kej. 9:23, 26-27; Yoh. 4:22; Yoh. 1:14; Why. 21:2-3

Kejadian 9:23 mencatat, “Sem dan Yafet mengambil sehelai kain dan membentangkannya pada bahu mereka berdua, lalu mereka berjalan mundur; mereka menutupi aurat ayahnya sambil berpaling muka, sehingga mereka tidak melihat aurat ayahnya.” Apa yang mereka lakukan tidak hanya benar, juga bermoral, bahkan sepenuhnya berada di bawah pemerintahan Allah. Sem dan Yafet mengenal pemerintahan Allah. Mereka masuk, bukan untuk melihat kegagalan, sebaliknya menutupi kegagalan. Karena tindakannya yang benar, Sem dan Yafet diberkati.
Dalam nubuat yang diucapkan Nuh, jelas menyatakan bahwa tempat kediaman Yafet akan diperluas oleh Allah (Kej. 9:27). Perluasan tempat kediaman menyiratkan kemakmuran. Yafet adalah adalah nenek moyang orang Eropa. Sejarah memberi tahu kita bahwa bangsa Eropa sudah diperluas. Ekspansi ini disebabkan oleh tiga faktor utama di antara orang-orang Eropa; kekuatan pemerintahan, ilmu pengetahuan, serta kesenian dan kebudayaan termasuk teknik dan perniagaan. Kesemuanya ini sebagai penggenapan nubuat Allah.
Kepada Sem, Nuh berkata, “TUHAN, Allah Sem” (Kej. 9:26). Perluasan dimiliki Yafet, tetapi Allah dimiliki oleh Sem, nenek moyang orang Ibrani. Bahkan Tuhan Yesus pun memberi tahu perempuan Samaria bahwa karunia keselamatan berasal dari orang Yahudi (Yoh. 4:22). Segala yang bersangkutan dengan Allah berasal dari orang Yahudi. Semua hal mengenai Allah, mengenai Injil Allah, mengenai Kristus, dan karunia keselamatan, berasal dari orang Yahudi. Dalam nubuat itu dikatakan bahwa Yafet yang diperluas itu akan tinggal dalam kemah-kemah Sem (Kej. 9:27). Orang-orang Eropa memang kuat, namun mereka membutuhkan kemah-kemah orang Ibrani. Kalau kita membaca sejarah bangsa Israel, merekalah yang mendirikan kemah suci bagi Allah. Tuhan Yesus adalah salah satu keturunan Sem, Ia diumpamakan sebagai Kemah (Yoh. 1:14 TL.). Akhirnya, Yerusalem Baru pun merupakan tabernakel Allah yang kekal (Why. 21:2-3), di atasnya tertulis nama kedua belas suku bangsa Yahudi dan kedua belas nama rasul Yahudi.
Kita patut bersyukur karena kita hidup di dalam jaman kasih karunia, jaman gereja, dimana Kristus adalah berkat satu-satunya, dan Ia tersedia bagi segala bangsa. Walau kita dilahirkan dari bangsa-bangsa yang berbeda, asal kita menerima Kristus, kita berada di bawah berkat Allah. Lupakan status alamiah kita. Di dalam Kristus kita adalah satu manusia baru, satu kewargaan, yakni kewargaan surgawi (Flp. 3:20; 2 Tes. 1:5).

Penerapan:
Tidak ada manusia yang sempurna. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Demikian pula mereka yang adalah wakil otoritas Allah. Janganlah kita menghakimi, mengkritik, atau mengatakan hal-hal negatif tentang mereka karena itu berarti menyalahi wakil otoritas Allah. Belajarlah untuk mendoakan mereka.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku berterima kasih atas orang-orang yang telah Kau tetapkan sebagai wakil otoritas-Mu. Berkatilah pelayanan mereka sehingga bisa menjadi berkat bagi banyak orang. Lindungilah mereka dari serangan si jahat dan pimpinlah mereka selalu dalam jalan yang Kau perkenan.

No comments: