Hitstat

01 July 2006

Kejadian Volume 3 - Minggu 3 Sabtu

Jalan Menghindar Dari Kejatuhan Manusia Kali Kedua
Kejadian 4:26
“Lahirlah seorang anak laki-laki bagi Set juga dan anak itu dinamainya Enos. Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN.”

Nama Enos berarti “rapuh, manusia yang pasti mati”. Setelah manusia jatuh, hidup manusia selain menjadi sia-sia, juga menjadi rapuh, dan fana. Kita harus mengakui bahwa kita rapuh, lemah, mudah hancur, dan pasti mati! Tidak ada seorang pun yang berani bermegah bahwa minggu depan dia pasti masih hidup. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana dengan esok hari. Kita perlu mengenal kesia-siaan dan kerapuhan hidup manusia, agar terhindar dari kejatuhan yang lebih lanjut. Jika kita mempunyai pengenalan ini, kita tidak akan bersandar diri sendiri, berbuat semau sendiri, dan meninggalkan jalan Allah.
Ketika nampak kesia-siaan hidup manusia, kerapuhan diri kita, maka dengan sendirinya kita akan memanggil nama Tuhan. Inilah sebabnya mengapa Kejadian 4:26 mengatakan, “Waktu itulah orang mulai memanggil nama TUHAN.”
Memanggil (menyeru) nama Tuhan bukanlah hanya sebuah doktrin. Hal ini sangatlah praktis. Kita perlu mempraktekkannya setiap hari, setiap saat. Semua orang Kristen, bahkan kaum beriman yang baru beroleh selamat, bisa mulai mempraktekkan menyeru nama Tuhan. Apabila kita menyeru namaTuhan, kita akan menemukan bahwa melaluinya, kita bisa mengenal Dia, kita bisa dibawa ke dalam kuasa kebangkitan-Nya, kita bisa mengalami keselamatan-Nya secara spontan, dan kita bisa bersatu dengan-Nya. Dalam situasi apa saja dan kapan saja, serulah, “O, Tuhan Yesus! O, Tuhan Yesus!” Jika kita mempraktekkan menyeru nama Tuhan, kita akan melihat bahwa inilah jalan yang ajaib untuk menikmati kekayaan Tuhan dan terhindar dari kejatuhan yang lebih dalam.

Garis Kain Dan Garis Habel
Kej. 4

Kain dan Habel, dua nama ini sangat berarti karena mewakili dua garis kehidupan. Inilah awal dari kedua garis kehidupan, garis pengetahuan dan garis hayat, dalam sejarah manusia. Garis Kain dimulai dengan keyakinan, “aku mendapatkan”, tetapi garis Habel dimulai dengan kekosongan, “Aku tidak memilikinya”.
Hidup Kain dan Habel dikendalikan oleh pemahaman mereka masing-masing terhadap firman Tuhan. Perbedaan terbesar di antara keduanya adalah Kain dapat melihat buah dari hasil jerih lelahnya, tetapi Habel hanya mendapat malu.
Kehidupan Habel tidak menghasilkan apa pun. Ia tidak bisa melihat buah dari hidup atau jerih lelahnya. Habel bahkan hidup dari hasil jerih lelah saudaranya. Hasil ladang Kain itulah yang menopang kehidupan Habel. Kehidupan Kain terlihat sukses dan produktif. Sebaliknya, tidak ada kemuliaan yang bisa dilihat dari kehidupan Habel.
Hampir segala sesuatu yang kita kerjakan dalam hidup ini pasti ada buahnya. Jika kita terus berjuang dan bekerja keras, maka pada akhirnya akan ada sesuatu yang kita hasilkan. Namun, jika kita mengasihi Tuhan, tidak ada apa pun yang bisa kita pamerkan. Ketika kita mengasihi Tuhan, tidak ada piagam untuk kita. Tidak ada sesuatu yang kelihatan yang bisa kita raih. Jika kita memutuskan untuk memilih garis hayat, maka dari semula kita harus jelas akan hal ini. Kita harus sadar, “Aku mengikuti Tuhan, maka aku tidak akan memiliki apa pun yang bisa dipamerkan. Tidak ada orang yang bisa mengerti aku atau menyanjung aku. Orang-orang memiliki sesuatu yang bisa mereka pamerkan, tetapi hidupku berbeda. Aku hanya hidup menurut wahyu.” Inilah kehidupan Habel, itulah sebabnya arti nama Habel adalah “sia-sia”. Hidup Habel adalah hidup berdasarkan wahyu, bukan mencari kesuksesan di luar.
Begitu kita melihat wahyu Kristus, kita harus menyadari bahwa seluruh diri kita tidak akan pernah disanjung orang lain. Orang lain akan merasa bahwa hidup kita sungguh kosong, tanpa arti. Hidup Habel adalah “kosong”, “sia-sia”. Jika kita berada di garis Habel, kita juga akan menyadari hal ini, “Hidupku, namaku, adalah sia-sia. Aku hanya mendambakan Allah. Aku tidak memiliki apa-apa lagi untuk aku raih dalam dunia ini. Aku tidak memiliki apa-apa yang lain, hanya diri Allah sendiri. Namaku bukan Kain, aku tidak mempunyai apa pun untuk diraih. Kain bisa mendapatkan sesuatu untuk dirinya sendiri, tetapi aku tidak. Namaku Habel. Hidupku hanyalah kosong. Ketika orang melihat kehidupanku mereka hanya punya satu komentar, sungguh sia-sia, tanpa makna. Ini karena di luar diri Allah, aku tidak punya apa-apa.”

Penerapan:
Menyadari bahwa kita ini rapuh adalah jalan pertama untuk menghindar dari kejatuhan manusia kali kedua. Kerapuhan kita seharusnya membuat kita senantiasa memanggil nama Tuhan dan hidup bergaul dengan Tuhan. Mulailah hari ini dengan seruan yang tulus kepada Tuhan dan belajarlah mengikuti Tuhan dengan setia.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, tolonglah aku menjadi orang yang selalu memanggil nama-Mu. Celikkan mataku Tuhan, agar aku nampak kerapuhan, kefanaan, diriku. Aku sungguh membutuhkan Engkau.

No comments: