Hitstat

28 July 2006

Kejadian Volume 4 - Minggu 3 Jumat

Kegagalan Nuh
Kejadian 9:20-21
“Nuh menjadi petani; dialah yang mula-mula membuat kebun anggur. Setelah ia minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya.”

Menurut catatan Kitab Kejadian, setelah Nuh keluar dari bahtera, ia kemudian menjadi pemimpin daratan yang baru dan bapa semua umat manusia di bumi. Saat itu, sebagai bapa dan pemimpin semua umat manusia, ia tentunya berada di bawah berkat Allah. Nuh mulai menjadi seorang petani dan menggarap sebuah kebun anggur (Kej. 9:20). Kita tahu bahwa ia sudah sangat sukses dalam hal ini, karena hasil kebun anggur telah dibuat arak anggur (Kej. 9:21). Namun patut disayangkan bahwa keberhasilan telah membuatnya menjadi lepas kendali. Nuh minum anggur secara berlebihan sampai mabuk. Dalam mabuknya ini, tak saja ia sangat teledor, juga lalai, lengah, sampai-sampai telanjang tanpa sadar. Ia telanjang di luar kesadarannya, dan putranya, Ham, melihat hal ini (Kej. 9:22).
Ini menampakkan kepada kita, kapan saja kita mengalami kesuksesan di bawah berkat Allah, kita harus waspada karena kesuksesan ini mudah sekali membuat kita kendur dan lengah. Janganlah kita terlalu girang terhadap kesuksesan kita. Sebaliknya ketika kita menderita, hendaklah kita bersukacita (Rm. 5:3). Namun ketika sukses, hendaklah kita berhati-hati. Kadangkala kesulitan dan penderitaan memaksa kita untuk berjaga-jaga dalam doa, mengikatkan diri dengan Tuhan. Namun saat kesulitan dan penderitaan berlalu, kita segera menjadi teledor. Sekali teledor, kita akan menjadi lengah. Lalu kita akan kehilangan kesadaran, sehingga menjadi telanjang. Begitu Nuh lengah sedikit, kesuksesannya segera berubah menjadi kegagalan yang memalukan. Ini adalah sebuah peringatan yang serius!

Sebuah Peringatan: Jangan Kehilangan Penutup!
Kej. 9:21; Kej. 3:7, 21; Kel. 20:25-26, 28:40-43; Luk. 15:22; Mzm. 45:14

Setelah Nuh minum anggur, mabuklah ia dan ia telanjang dalam kemahnya (Kej. 9:21). Sebagai manusia yang telah jatuh, kita memerlukan penutup. Bukan hanya penutup rohani, tetapi juga penutup jasmani. Sebelum manusia jatuh, di hadapan Allah manusia adalah telanjang. Ketelanjangan itu tak ada salahnya, karena saat itu tidak ada dosa. Setelah jatuh, dosa masuk, sehingga telanjang itu berdosa. Dalam sifat kita ada dosa, maka di hadapan Allah memerlukan penutup.
Dari aspek jasmani, penutup yang pantas itulah pakaian kita. Setelah jatuh, Adam dan Hawa segera sadar bahwa mereka telanjang, kemudian mereka berusaha sebisanya untuk menutupi dirinya (Kej. 3:7). Namun mereka tak berdaya menutupi dengan baik. Kemudian Allah datang menutupi mereka dengan kulit binatang kurban (Kej. 3:21). Penutupan ini melambangkan Kristus menjadi penutup manusia yang telah jatuh. Dari aspek jasmani, manusia yang jatuh perlu ditutup, terutama di hadapan Allah. Seorang imam tidak diperbolehkan telanjang. Ketika mereka masuk ke hadapan Allah, haruslah tertutup seluruh tubuhnya (Kel. 20:25-26, 28:40-43).
Manusia hari ini suka bertelanjang, berusaha sedapat mungkin untuk memamerkan tubuhnya. Kodrat manusia dapat memberi tahu kita bahwa hal ini memalukan. Keadaan hari ini sungguh kasihan. Manusia tidak hanya bertentangan dengan Alkitab, bahkan bertentangan dengan kodrat dan perasaan mereka sendiri. Baik pria maupun wanita haruslah menutupi tubuh mereka. Dari Alkitab, kita temukan bahwa setelah manusia jatuh dalam dosa, ada manusia merasa bersalah terhadap ketelanjangannya. Betapa pun kudusnya kita, kita tetap perlu penutup. Tubuh kita harus ditutupi.
Sebagai manusia kita perlu penutup jasmani, roh kita lebih-lebih perlu penutup rohani. Dalam perlambangan, semua pakaian dan jubah kita melambangkan Kristus sebagai penutup kita (Luk. 15:22; Mzm. 45:14). Telanjang menurut arti rohaninya ialah kehilangan penutup di hadapan Allah, kehilangan Kristus sebagai penutup. Sering kali kita terlalu gembira oleh kesuksesan yang telah kita capai. Kita harus hati-hati, jangan sampai karena bergembira sehingga menjadi teledor, lalai, mabuk, telanjang, dan kehilangan penutup yang sepatutnya. Sebagai manusia yang telah jatuh, kita harus menjaga diri kita di bawah penutupan Kristus atas setiap aktivitas atau sesuatu yang kita perbuat atau katakan. Jika kita berbuat sesuatu tanpa ditutupi oleh Kristus, itu berarti kita teledor, lengah, mabuk, dan telanjang. Berarti kita kehilangan pengendalian diri. Demikianlah perkara yang terjadi pada diri Nuh.

Penerapan:
Bukan hanya pada saat kita mengalami kesulitan, penderitaan saja kita berdoa, namun saat kita suksespun baik dalam pekerjaan ataupun dalam pelayanan, kita harus tetap berjaga-jaga dan berdoa kepada Tuhan. Kita perlu berhati-hati terhadap kesuksesan dan pujian yang kita terima. Kita perlu berjaga-jaga agar keberhasilan tidak membuat kita teledor dan berbuat dosa.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku bersyukur atas apa yang telah Kau berikan kepadaku. Semua keberhasilanku semata-mata adalah karena berkat-Mu, karenanya aku hanya mau bermegah di dalam-Mu. Jagalah aku agar tidak karena keberhasilanku, aku menjadi kendor dan berdosa terhadap-Mu.

No comments: