Hitstat

04 July 2006

Kejadian Volume 3 - Minggu 4 Selasa

Tahun-Tahun Yang Terhitung
Kejadian 5:3-5
“Setelah Adam hidup seratus tiga puluh tahun, ia memperanakkan …. Umur Adam, setelah memperanakkan Set, delapan ratus tahun, dan ia memperanakkan .... Jadi Adam mencapai umur sembilan ratus tiga puluh tahun, lalu ia mati.”

Menurut Kejadian 5:5, Adam hidup selama 930, lama sekali, hampir seperenam sejarah manusia. Ini sangat kontras dengan garis Kain. Garis Kain, garis pengetahuan, bergerak sangat cepat. Kain punya anak Henokh, Henokh punya anak Irad, yang artinya “cepat”. Alkitab tidak pernah memberi tahu kita berapa lama mereka hidup, karena Allah kurang memperhatikannya. Misalnya, Kejadian 4:18 mengatakan, “Bagi Henokh lahirlah Irad, dan Irad itu memperanakkan Mehuyael dan Mehuyael memperanakkan Metusael, dan Metusael memperanakkan Lamekh.” Umur mereka tidak dihitung. Kelihatannya, Allah membiarkan orang-orang di dalam garis pengetahuan itu hidup singkat dan berlalu dengan cepat. Ia tidak begitu peduli berapa lama mereka hidup. Namun, siapa saja dalam garis hayat, umurnya terhitung.
Kita mungkin saja berumur panjang, tetapi jika tahun-tahun itu kita berada dalam garis pengetahuan, semua itu tidak terhitung dalam pandangan Allah. Allah hanya menghitung tahun-tahun dalam garis hayat. Jika seseorang hidup dalam prinsip Kejadian pasal empat, dalam garis pengetahuan, maka berapa tahunkah mereka hidup? Jawabannya adalah “nol”. Umur mereka tidak bernilai dalam pandangan Allah. Dalam Kejadian pasal lima, Alkitab dengan sengaja mencatat berapa tahun mereka hidup sebelum mempunyai anak, berapa tahun mereka hidup setelah mempunyai anak, lalu total umur mereka berapa tahun. Tahun-tahun mereka berharga dan dihitung dengan teliti oleh Allah. Inilah kehidupan dalam garis hayat, kehidupan yang dihargai dan dihitung oleh Allah.

Set, Enos, Dan Kenan (2)
Kej. 5:3-11

Kita perlu bertumbuh dalam pengalaman kita, dari Set menjadi Enos. Pada awal kita mulai mengasihi Tuhan, pengalaman kita begitu luar biasa, penuh kuat kuasa dan sangat unggul. Kita memiliki begitu banyak kekuatan dan keyakinan. Ini berarti kita sedang mengalami menjadi Set, “yang ditunjuk”. Pengalaman yang sedemikian ini di awal kehidupan Kristiani kita sangatlah wajar. Selain itu, ketika kita pertama kali mengasihi Tuhan, kita merasa Ia begitu manis. Kita dipenuhi hayat dan kenikmatan. Kita merasa dekat dengan-Nya. Inilah Set.
Tetapi kemudian, kita mulai merasa bahwa diri kita rohani. Kita bahkan berdoa minta Tuhan menjadikan kita rohaniwan besar. Begitu kita berdoa seperti ini, atau begitu kita merasa bahwa kita adalah “somebody”, Tuhan akan berkata, “Sekarang, aku akan membuatmu mengenali siapa sebenarnya diri-mu.” Maka Tuhan menarik sedikit kekuatan-Nya yang menopang dan melindungi kita.
Tuhan ingin kita menyadari bahwa kita adalah Enos. Itulah sebabnya kadang-kadang Ia membiarkan temperamen kita menjadi lebih buruk, tidak lagi bisa kita kendalikan. Kemudian kita akan banyak sekali berdoa memohon agar kita bisa menang. Kita mungkin mulai berpikir, “Tuhan, mengapa bisa begini, aku begitu mengasihi-Mu, tetapi juga begitu sering kehilangan temperamenku.” Namun, Tuhan tidak akan melakukan apa pun untuk kita sampai kita menyadari bahwa kita adalah Enos. Tuhan mungkin akan berkata, “Jika aku membebaskanmu dari temperamenmu, engkau akan sekali lagi mengira bahwa kau memang “somebody”. Kita perlu menyadari kelemahan kita yang membuat kita memanggil nama Tuhan. Demikianlah, pada akhirnya kita akan menjadi Kenan. Kita mungkin terus berjuang melawan temperamen kita sampai akhirnya kita memberi tahu Tuhan, “Aku tidak bisa, aku memang terlalu lemah.” Dalam proses itulah, pada akhirnya kita akan mendapatkan sesuatu. Tuhan mungkin memberi kita wahyu. Ia mungkin menunjukkan kepada kita bahwa kita telah mati bersama Kristus. Kita tidak perlu dilepaskan dari temperamen kita, karena orang yang mati tidak mempunyai temperamen. Temperamen kita sudah dibereskan karena kita sudah mati bersama Kristus. Ketika kita melihat hal ini, maka kita mendapatkan sesuatu. Saat inilah kita mengalami menjadi Kenan. Namun, kita hanya dapat mengalami menjadi Kenan setelah menyadari bahwa kita adalah Enos. Kita perlu berdoa, “Tuhan, apa pun yang bisa aku kerjakan tak lain karena belas kasih-Mu. Jika aku dapat membantu seseorang mengenal-Mu, jika aku dapat membantu seseorang bertumbuh, jika aku masih dapat melayani, semuanya tak lain karena belas kasih-Mu. Aku sangat fana, lemah, rapuh, terbatas. Tuhan, yang bisa aku lakukan hanyalah memanggil nama-Mu.”

Penerapan:
Kita semua memiliki kelemahan, mungkin temperamen kita, mungkin kita mencintai barang lain lebih dari Tuhan, dsb. Namun, kelemahan-kelemahan itu sesungguhnya adalah agar kita bisa mendapatkan lebih banyak hal rohani. Karena itu yang perlu kita lakukan adalah terus memanggil nama Tuhan.

Pokok Doa:
Tuhan,begitu banyak waktu-waktuku yang tidak terhitung di hadapan-Mu. Tuhan, jangan biarkan aku membuang lebih banyak waktu lagi. Buatlah aku terus berada di dalam garis hayat.

No comments: