Hitstat

07 September 2006

Kejadian Volume 6 - Minggu 1 Kamis

Kehilangan Penyertaan Allah
Kejadian 16:15-16
“Lalu Hagar melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abram dan Abram menamai anak yang dilahirkan Hagar itu Ismael. Abram berumur delapan puluh enam tahun, ketika Hagar melahirkan Ismael baginya.”

Karena Abraham menuruti usul isterinya untuk menghampiri Hagar, maka lahirlah Ismael. Barangkali, setelah Ismael lahir, Abraham mengira bahwa itu adalah pengaturan Allah. Hal ini menjadi sangat masuk akal karena tiga alasan: 1) Allah mengijinkan mereka mendapatkan Hagar dari Mesir, 2) Allah mengijinkan Hagar mengandung, dan 3) Allah memberi dia seorang anak laki-laki melalui Hagar. Dalam pemikiran Abraham, ketiga hal itu pastilah kehendak Allah. Akan tetapi, setelah kelahiran Ismael, Allah malahan menjauhi Abraham selama tiga belas tahun (16:16; 17:1).
Sekalipun kita memperoleh sesuatu yang kita pandang amat baik, namun seringkali di batin kita tetap merasakan kehilangan sesuatu. Kita kehilangan penyertaan Allah. Bagi Abraham, kehadiran Ismael berarti hilangnya penyertaan Allah. Anugerah selalu mendatangkan damai sejahtera dan penyertaan Allah. Sebaliknya, kekuatan daging membuat kita kehilangan damai sejahtera dan penyertaan Allah.
Misalnya, kita berencana untuk pergi ke suatu tempat. Kita tidak hanya perlu bertanya apakah kita boleh pergi atau tidak, tetapi juga apakah Allah beserta kita atau tidak? Jika Allah tidak menyertai kita, walaupun kita melakukan hal yang terbaik, itu tidak ada nilai rohaninya. Karena itu, penyertaan Allah adalah perkara yang paling penting. Mungkin kita adalah orang yang baik, lemah-lembut dan rendah hati, namun bila kita tidak memiliki penyertaan Allah, sesungguhnya kita adalah orang yang amat kasihan. Penyertaan Allah hanya akan kita peroleh jika kita menaati penerangan dan pengurapan Roh Kudus di batin, serta membereskan dosa dan ego.

Kehilangan Pembicaraan Allah
Kej. 16:16; 17:1

Mungkin Abraham mengira, ia memakai tubuh dagingnya untuk melahirkan Ismael bukanlah suatu perkara yang serius, tetapi dari sudut pandang rencana kekal Allah, hal itu adalah suatu perkara yang serius. Ketika Abraham melahirkan Ismael, ia berusia delapan puluh enam tahun, dan tiga belas tahun kemudian, ketika ia berusia sembilan puluh sembilan tahun, Allah menampakkan diri kepadanya lagi (Kej. 16:16; 17:1). Selama tiga belas tahun yang panjang ini, ia kehilangan penyertaan Allah. Tidak mempunyai penyertaan Allah adalah perkara yang sangat serius.
Dalam pandangan Allah, keadaan alamiah kita lebih kotor dan lebih najis daripada dosa. Walaupun kita semua mengakui seriusnya dosa, tetapi tidak banyak orang yang menyadari seriusnya diri alamiah kita. Jika kita berbuat dosa, kita dapat segera mengakuinya di hadapan Allah, tetapi jika kita berbuat sesuatu perkara yang baik berdasarkan diri kita sendiri, kita tidak merasa telah melukai hati Allah. Allah ingin masuk ke dalam kita menjadi hayat dan segala-gala kita sehingga kita bisa hidup, bekerja dan mengerjakan segala sesuatu berdasarkan Dia. Abraham telah memakai kekuatan alamiahnya untuk melahirkan seorang putra untuk menggenapkan tujuan Allah. Karena itu, maka Allah tidak menampakkan diri dan tidak berbicara selama tiga belas tahun kepada orang yang telah dipanggil-Nya dan dikasihi-Nya. Dalam catatan ilahi, tahun-tahun tersebut adalah tahun-tahun yang hilang/sia-sia.
Saudara saudari, kita harus menghitung hari-hari kita. Sejak kita beroleh selamat sampai sekarang, berapa banyakkah hari-hari kita yang terhitung oleh Allah? Jangan mengira bahwa hari-hari yang hilang itu tidaklah terlalu banyak, hanya sedikit saja. Boleh jadi kita sudah 8 atau 10 tahun lamanya percaya kepada Tuhan, namun dalam tahun-tahun itu, berapa banyak yang telah kita lalui dengan sembarangan dan sia-sia? Berapa banyak waktu yang terhilang? Oh, hari-hari yang kita sia-siakan itu terlalu banyak! Kalau hari-hari kita yang terhitung di hadapan Allah dijumlahkan, adakah genap satu tahun? Kita harus tahu, bahwa hari-hari yang kita lalui menurut kemauan diri sendiri, hari-hari yang menjauhi Allah, hari-hari yang gagal, hari-hari yang jatuh, itu semua sama sekali tidak terhitung di hadapan Allah. Baiklah kita masing-masing bertanya kepada diri sendiri, telah sekian lama kita menjadi orang Kristen, berapa harikah yang kita lalui dengan sia-sia, berapa pula yang terhitung oleh Allah? Oh, hari-hari yang tanpa persekutuan dengan Allah, adalah hari-hari yang tidak terhitung oleh Allah. Saudara saudari, di antara kita tidak ada seorang pun yang boleh menyia-nyiakan waktunya.

Penerapan:
Kehilangan damai sejahtera dan penyertaan Allah merupakan tanda bahwa apa yang kita lakukan tidak diperkenan Allah. Marilah kita belajar mencari perkenan Allah lebih daripada perkenan manusia. Misalnya, Sebelum menelepon seseorang atau sebelum mengambil sebuah keputusan, marilah kita belajar bertanya kepada Allah apakah Ia berkenan atau tidak.

Pokok Doa:
Tuhan jauhkanlah aku dari setiap pencobaan yang hanya membawaku untuk mencari perkenan manusia. Tuhan mohon belas kasih-Mu untuk menjagaku berada dalam anugerah-Mu sehingga aku tidak kehilangan damai sejahtera dan penyertaan-Mu.

No comments: