Hitstat

27 September 2006

Kejadian Volume 6 - Minggu 4 Rabu

Pentingnya Menetap dalam Penyertaan Allah
Kejadian 20:2
“Oleh karena Abraham telah mengatakan tentang Sara, isterinya: ‘Dia saudaraku,’ maka Abimelekh, raja Gerar, menyuruh mengambil Sara.”

Pada Kejadian 18, ketika Abraham mengantarkan Allah, ia seorang saleh yang begitu elok, seorang yang dapat berdiri di depan Allah dan berbicara berhadapan dengan-Nya bagaikan teman akrab. Tetapi dalam pasal 20, orang yang begitu ajaib itu menjadi sangat hina. Setelah ia meninggalkan kedudukan bersekutu dengan Allah, ia dapat berbohong dan mengorbankan istrinya. Seolah-olah tidak dapat dipercaya, tetapi ia telah melakukannya. Hal ini menunjukkan kepada kita alangkah pentingnya menetap dalam penyertaan Allah. Perlindungan kita bukan diri kita sendiri melainkan penyertaan-Nya. Setelah Abraham meninggalkan penyertaan Allah dan pergi menuju ke “Selatan”, ia mengulangi kegagalan semula, yaitu berbohong dan mengorbankan istrinya (Kej. 20:2; bd. Kej. 12:11-13). Berbohong adalah suatu perkara, dan mengorbankan istri adalah suatu perkara yang lain lagi. Walau banyak saudara mungkin berbohong, tetapi barangkali tidak seorang pun mau mengorbankan istrinya. Namun Abraham telah melakukannya. Bahkan perbuatan itu sebenarnya telah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya.
Pada prinsipnya, sebagian besar dari kita sama dengan Abraham. Walau kita di dalam gereja mengikuti Tuhan, namun kita masih menyimpan “sesuatu”, rencana-rencana kita sendiri. Kita mungkin mengatakan “aku hidup oleh iman”. Tetapi apakah tindakan kita pada waktu iman kita gagal? Kita segera mengeluarkan rencana-rencana tersembunyi, rencana cadangan, yang memang sudah kita persiapkan untuk mengatasi situasi-situasi tertentu. Ini bukanlah hidup oleh iman, karena iman yang sejati sepenuhnya bersandar pada Allah.

Rencana Tersembunyi
Kej. 20:8-13

Dalam Kejadian 20:8-13 kita melihat kelemahan Abraham yang tersembunyi itu terbongkar. Abraham bukan berbohong secara kebetulan, sejak hari pertama ia mulai mengikuti jalan Allah, ia telah merencanakannya. Abraham memberi tahu Abimelekh, “Ketika Allah menyuruh aku mengembara keluar dari rumah ayahku, berkatalah aku kepada isteriku: Tunjukkanlah kasihmu kepadaku, yakni: katakanlah tentang aku di tiap-tiap tempat di mana kita tiba: Ia saudaraku.” (ay. 13). Bahkan setelah Abraham disunat, kelemahan yang tersembunyi ini masih berada di dalamnya. Andaikata terjadi sesuatu hal, kita mempunyai rencana cadangan yang telah ditentukan sebelumnya untuk mengatasinya.
Apakah kita bermaksud mutlak terhadap Tuhan? Bila mutlak, kita perlu bertanya kepada Tuhan apakah kita masih menyimpan sesuatu. Sekalipun kita mungkin merasa tidak menyimpan sesuatu, tetapi ketika kita berkelana meninggalkan hidup gereja, hal itu akan terbongkar. Banyak kaum beriman yang mengikuti Tuhan di dalam gereja mempunyai “rencana simpanan” di dalam diri mereka. Mereka berkata kepada diri mereka sendiri, “Mungkin pada suatu hari akan terjadi sesuatu hal. Bila hal itu terjadi saya tahu bagaimana menghadapinya.” Inilah rencana simpanan yang sudah direncanakan sejak mereka pertama kali mengikuti Tuhan. Maksud dan tujuan catatan dalam Kejadian 20 ini menunjukkan kepada kita, lambat-laun kelemahan kita yang tersembunyi itu akan terbongkar. Tidak peduli seberapa banyak kita menuntut Allah, seringkali kita masih mempunyai suatu rencana yang disimpan. Kita perlu memiliki rasa takut dan gentar karena pada suatu hari, Tuhan pasti akan membongkarnya.
Kita semua mempunyai kelemahan masing-masing. Ada kelemahan yang kelihatannya dibiarkan oleh Allah, ada kelemahan yang tidak dapat dibiarkan oleh Allah; begitu kita ada kelemahan itu, kita tidak mendapatkan berkat. Mungkin kita tidak bisa menyingkirkan semua kelemahan, tetapi kita perlu mohon belas kasihan Allah, supaya kita bisa menjadi orang yang diberkati Allah. Kita boleh berkata kepada Tuhan, “Tuhan, meskipun aku menjadi bejana yang tidak terlalu kuat, janganlah sampai bejana ini terlalu rendah sehingga tidak bisa mendapatkan berkat; juga janganlah bejana ini terlalu kecil, sampai tidak bisa mendapatkan berkat.” Meskipun kita rendah, meskipun kita kecil, tetapi masih bisa diberkati oleh Allah. Berkat Allah, karunia Allah, adalah pekerjaan Allah. Sebab itu kita berharap Allah membelaskasihani kita.

Penerapan:
Saat ujian datang, bisakah kita tetap memiliki iman sepenuh-Nya terhadap Tuhan? Roma 10:17 mengatakan, “Jadi, iman timbul dari pendengaran…oleh firman Kristus.” Marilah kita belajar setia mendengarkan firman Tuhan dengan baik dan belajar mempercayai setiap firman yang kita dengar. Biarlah kita tidak mengeraskan hati atau meragukan kebenaran firman yang kita dengar, karena itulah sumber iman kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, ampunilah aku yang sering kuatir dan goyah. Tuhan, ajarlah aku untuk berpegang pada firman-Mu, karena itulah kekuatan dan sumber imanku. Wahyukan diri-Mu lebih banyak kepadaku melalui firman-Mu yang kudus.

No comments: