Hitstat

14 September 2006

Kejadian Volume 6 - Minggu 2 Kamis

Sarai Diubah Menjadi Sara
Kejadian 17:15
“Selanjutnya Allah berfirman kepada Abraham: ‘Tentang isterimu Sarai, janganlah engkau menyebut dia lagi Sarai, tetapi Sara, itulah namanya.’”

Dalam Kejadian 17:15 kita nampak nama Sara juga diubah. “Selanjutnya Allah berfirman kepada Abraham: ‘Tentang istrimu Sarai, janganlah engkau menyebut dia lagi Sarai, tetapi Sara, itulah namanya.’” “Sarai” berarti “putri rajaku” dan “Sara” berarti “putri raja”. Kata “ku” di belakang “putri raja” menunjukkan suatu yang sempit, terbatas; tetapi “putri raja” saja mempunyai arti yang luas. Nama Sarai diubah menjadi Sara, berarti yang terbatas menjadi luas, supaya ia menjadi ibu banyak bangsa. Allah berfirman, “Aku akan memberkatinya, dan dari padanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa; ....” (Kej. 17:16)
Bila Allah ditambahkan ke dalam kita, kita akan menjadi lebih lapang dan lebih diperluas. Jika Allah tidak ditambahkan ke dalam kita, kita bukan hanya tidak sempurna, bahkan sempit. Apakah yang dapat melapangkan kita? Hanya diri Allah sendiri. Jika kita ingin menjadi orang yang lapang, memiliki pandangan yang luas dan pikiran, hati, serta roh yang lapang, kita memerlukan Allah untuk melapangkan kita. Martin Luther berkata, “Hatiku terlalu lapang, terlalu sukacita, sehingga aku tidak mungkin bermusuhan dengan orang lain.” Charles Spurgeon sering berkata kepada para penginjil, “Kalian wajib memiliki sebuah hati yang lapang, selapang bandar samudra. Sebab berhasil tidaknya kalian mendapatkan jiwa bagi Kristus, tergantung pada ada tidaknya hati yang lapang dalam kalian.” Setiap anak Allah wajib memiliki hati yang lapang agar dapat menjadi berkat bagi banyak orang.

Perlu Menjadi Orang yang Diperluas
1 Kor. 10:33; Rm. 15:1-2; Flp. 2:4; 1 Kor. 9:22; Mat. 18:22

Pada dasarnya dulu kita semua adalah “Sarai”, seorang yang sempit, kerdil. Tidak peduli siapa kita, asal kita tidak memiliki Allah bertambah ke dalam kita, kita selalu hanya akan berkata, “kesenanganku,” “keuntunganku,” “masa depanku,” “pertumbuhan hayatku,” “penuntutanku terhadap Tuhan,” “fungsiku dalam perhimpunan gereja,” dan sejenisnya. Kalau Allah tidak melapangkan kita, kita tidak bisa memperhatikan orang lain. Nama kita, yang semula “putri rajaku” harus diubah menjadi “putri raja”. Bila kita memiliki Allah bertambah ke dalam kita, kita akan menjadi ibu banyak bangsa bagi penggenapan kehendak Allah. Kita semua perlu perubahan seperti ini, perubahan yang datangnya melalui bertambahnya Allah ke dalam kita untuk melapangkan manusia alamiah kita yang sempit, yang hanya mementingkan diri sendiri.
Orang yang kerdil pasti egois, juga kikir. Orang yang berjiwa kerdil hanya menuntut keuntungan dirinya sendiri. Orang yang hanya mengasihi dirinya sendiri, ia adalah orang kerdil, demikian pula orang yang hanya mengasihi sekelompok orang dalam lingkungan tertentu. Setiap pelayan Allah wajib berhati lapang, sehingga semua orang bisa dirangkum dalam ribaannya; sebab Allah itu besar, setiap manusia terangkum dalam ribaan-Nya. Paulus adalah orang yang lapang. Ia berkata “Bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak” (1 Kor. 10:33). “Jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya” (Rm. 15:1-2). Dan “Janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (Flp. 2:4). Ia juga berkata, “Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya” (1 Kor. 9:22). Ia dapat merangkum orang macam apa pun.
Orang yang lapang bisa memaafkan orang lain dan bisa memberkati orang yang mengutuknya. Hati kita harus lapang sedemikian rupa sehingga begitu orang yang bersalah kepada kita mengakui kesalahannya, kita bisa memaafkannya. Walau seseorang menganiaya dan mencelakakan kita, kita tetap dapat mengasihinya, dan walaupun ia memusuhi kita, kita tetap tidak melawannya. Orang kerdil enggan memaafkan atau mengampuni orang lain. Kalau orang berhutang seratus dinar kepadanya, ia lalu menangkap dan mencekik lehernya (Mat. 18:28-30). Kalaupun ia mengampuni, paling banyak hanya tujuh kali (Mat. 18:21). Orang yang lapang hati tidak menyimpan kesalahan orang lain dan tidak pemarah (1 Kor. 13:5). Walau orang berhutang puluhan ribu dinar kepadanya, ia tetap dapat mengampuni, ia bisa mengampuni orang tujuh puluh kali tujuh kali (Mat. 18:22); ia bisa menutupi segala sesuatu (1 Kor. 13:7).

Penerapan:
Ketika kita menjumpai orang yang memiliki latar belakang yang berbeda jauh dengan kita, bagaimanakah sikap kita? Roma 14 memberitahu kita untuk menerima seseorang menurut penerimaan Allah. Kita perlu meminta Tuhan meluaskan hati kita dan mencurahkan kasih-Nya kepada kita agar kita bisa mengasihi sesama manusia.

Pokok Doa:
Tuhan jangan biarkan aku menjadi orang yang sempit. Aku mau terbuka pada-Mu, membiarkan Engkau bertambah dan menjadi kelapanganku sehingga aku bisa menjadi berkat bagi gereja-Mu.

No comments: