Hitstat

21 September 2006

Kejadian Volume 6 - Minggu 3 Kamis

Allah Mengingat Doa Abraham
Kejadian 18:23
“Abraham datang mendekat dan berkata: Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik?”

Setelah Allah mewahyukan kehendak hati-Nya kepada Abraham, Abraham segera mengerti maksud hati Allah. Abraham datang mendekat dan berkata, “Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik?” (Kej. 18:23). Abraham seolah-olah berkata, “Tuhan, tidakkah Kau tahu bahwa di Sodom, kota jahat yang akan Kau musnahkan itu, terdapat seorang benar? Apakah Engkau bermaksud memusnahkan yang benar dengan yang fasik?” Allah tidak menyebut nama Lot kepada Abraham, namun Abraham mengerti. Demikian pula, Abraham tidak menyebut Lot kepada Allah, tetapi Allah tahu.
Kejadian 19:29 mengatakan, “Demikianlah pada waktu Allah memusnahkan kota-kota di Lembah Yordan dan menunggangbalikkan kota-kota kediaman Lot, maka Allah ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan itu.” Di sini tidak mengatakan Allah ingat pada Lot, tetapi Allah ingat kepada Abraham. Dari ayat ini jelas sekali kita tahu Allah menjawab doa Abraham dengan menyelamatkan Lot dari Sodom. Maka, sesungguhnya doa syafaat Abraham dalam pasal 18 bukan untuk kota Sodom, melainkan untuk Lot.
Dalam prinsipnya, doa syafaat Abraham untuk Lot sama seperti doa syafaat gereja dalam Perjanjian Baru. Sebagian dari umat Allah, telah hanyut ke dalam dunia. Walaupun mereka telah dibenarkan oleh Allah, tetapi sekarang mereka mengasihi dunia. Kita harus berdoa syafaat bagi umat Allah yang hanyut ke dalam dunia. Inilah doa syafaat yang tepat dalam kehidupan gereja.

Berdoa Menurut Prinsip Keadilan Allah
Kej. 18:23-33

Doa syafaat bukan hanya doa, melainkan suatu percakapan yang intim. Dalam Kejadian 18 Abraham berbicara dengan Allah sebagai kawan akrabnya pada kedudukan manusia, katanya, “Jauhlah kiranya daripada-Mu untuk berbuat demikian, membunuh orang benar bersama-sama dengan orang fasik, sehingga orang benar itu seolah-olah sama dengan orang fasik! Jauhlah kiranya yang demikian daripada-Mu!” (Kej. 18:25). Inilah suatu tantangan yang kuat bagi Tuhan. Ini bukan lagi doa memohon melainkan menantang Allah dalam suatu percakapan yang sangat ramah. Tuhan menjawab Abraham, firman-Nya, “Jika Kudapati lima puluh orang benar dalam kota Sodom, Aku akan mengampuni seluruh tempat itu karena mereka” (Kej. 18:26). Prinsip dasar doa syafaat yaitu percakapan yang menantang, bukan doa atau permohonan. Tantangan Abraham kepada Allah menurut hukum Allah yang adil (Kej. 18:23-25). Doa syafaat yang tepat bukan menurut kasih Allah atau menurut anugerah-Nya, melainkan menurut keadilan-Nya.
Dalam Kejadian 18:27-32 kita lihat Abraham meneruskan pembicaraan dengan Allah mengenai syarat pengampunan kota itu harus ada beberapa orang benar. Abraham sampai enam kali mengusulkan jumlah orang benar sebagai syarat pengampunan. Abraham telah enam kali mengajukan usul kepada Tuhan, mengurangi jumlah dari lima puluh sampai sepuluh. Setelah itu, ia tidak berbeban lagi mengusulkan untuk yang ketujuh kali. Allah memberi tahu kepada Abraham Ia takkan memusnahkan kota itu karena sepuluh orang yang benar (Kej. 18:32). Menurut perkiraan Abraham, paling sedikit tentu ada sepuluh orang dalam keluarga Lot yang terhitung sebagai orang benar, tetapi ternyata sepuluh orang benar pun tidak ada di Sodom.
Pasal ini tidak berakhir dengan “Abraham berbicara” tetapi berakhir dengan “Allah berbicara”. Ayat 33 mengatakan, “Lalu pergilah TUHAN, setelah Ia selesai berfirman kepada Abraham.” Catatan di sini tidak mengatakan Abraham sudah selesai berbicara, tetapi Allah yang selesai berfirman. Doa syafaat yang tepat selalu Allah yang berbicara. Seolah-olah kita berbicara, namun sesungguhnya Allah yang berfirman dalam pembicaraan kita. Seringkali dalam doa kita, kita mengatakan “amin”, ini seolah-olah kita mengatakan “sampai jumpa” kepada Allah. Namun di dalam roh kita merasa Allah berkata, “Kau sedang apa? Aku belum selesai berbicara denganmu. Mengapa kau tidak tinggal sebentar lagi? Mungkin banyak di antara kita mempunyai pengalaman yang demikian. Kita perlu tinggal lebih lama dalam penyertaan Allah di dalam doa-doa kita, menunggu hingga Ia selesai berfirman kepada kita.

Penerapan:
Berapa lamakah biasanya kita berdoa syafaat di hadapan Tuhan? Seringkali kita berdoa dengan tergesa-gesa dan ingin segera mengakhiri waktu doa kita dengan mengerjakan urusan yang lain. Kalau kita demikian, Allah sulit berbicara kepada kita. Marilah kita berlatih dengan menyediakan waktu doa yang lebih panjang sehingga Tuhan memiliki kesempatan berbicara kepada kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, banyak hal telah menduduki waktu-waktu ku sehingga aku tidak memiliki cukup waktu untuk berdoa. Tuhan, ajarlah aku untuk menguduskan dan menetapkan waktu-waktu tertentu untuk berdoa dan bersekutu dengan-Mu.

No comments: