Hitstat

15 September 2006

Kejadian Volume 6 - Minggu 2 Jumat

Hasil Pemberesan Allah atas Abraham
Kejadian 17:15-16a
“Tentang isterimu Sarai, janganlah engkau menyebut dia lagi Sarai, tetapi Sara, itulah namanya... dan dari padanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki.”

Setelah Abraham menerima pemberesan Allah belasan tahun, ia menjadi orang yang tidak bersandar dirinya sendiri. Saat itu Abraham sudah percaya, sekarang lewat belasan tahun kemudian, Allah berbicara kepadanya lagi, bahwa Ia akan membuat Abraham dan isterinya Sara, melahirkan seorang anak laki-laki (Kej. 17:15-16). Saat ini bagaimana reaksi Abraham? Abraham tidak mempunyai keberanian seperti dulu lagi, tidak mempunyai iman seperti dulu lagi. Setelah ia mendengarkan janji Allah, ia hanya bisa tertunduk (Kej. 17: 17-18). Ini menyatakan, bahwa kini ia terhadap dirinya tidak menaruh harapan sama sekali, ia melihat dirinya sama seperti sudah mati, ia melihat rahim Sara sudah tertutup. Dulu ia masih muda, sebab itu bisa percaya; sekarang, mana mungkin bisa percaya! Menurut pandangan manusia, Abraham sudah mundur sampai-sampai seperti orang yang tidak mempunyai iman.
Sesungguhnya iman Abraham pada belasan tahun yang lalu, adalah iman yang bercampur daging, yang melahirkan Ismael. Allah mengesampingkan dia selama tiga belas tahun, bersamaan dengan itu Allah mebawanya sampai ke jalan akhir. Seolah-olah Abraham telah gagal, tetapi sebenarnya Allah tetap bekerja di atas dirinya. Ingatlah, ketika kita menang, belum tentu semua adalah pekerjaan Allah. Sebaliknya ketika kita gagal, belum tentu Allah tidak bekerja. Kalau Dia memanggil kita, kalau Dia melakukan pekerjaan di atas diri kita, Dia tidak akan lepas tangan. Meskipun kita lemah, gagal, Dia masih melakukan pekerjaan-Nya. Tangan-Nya tetap menuntun kita maju selangkah demi selangkah.

Imannya Tidak Menjadi Lemah
Kej. 17:16-17, 19, 24; Rm. 4:19-20

Sekarang Allah sekali lagi memberitahu Abraham, bahwa isterinya Sara akan memberikan seorang anak baginya (Kej. 17:16). Setelah Abraham mendengarkan perkataan ini, ia tunduk dan tertawa (ay.17). Abraham bukan menertawakan Allah, melainkan ia benar-benar menertawakan dirinya sendiri. Ia kini sepenuhnya percaya kepada Allah. Ini sungguh-sungguh ajaib! Ketika situasi mudah, sulit sekali percaya kepada Allah; tetapi ketika situasi sulit, malah mudah percaya kepada Allah. Ketika manusia menemui jalan buntu, tidak ada jalan keluar, tibalah saatnya percaya kepada Allah. Sebab itu Allah sering dari dua aspek memimpin kita: kalau tidak menciptakan situasi sampai jalan buntu, supaya kita percaya kepada-Nya, Ia akan membawa daging kita sampai pada kesudahannya, sehingga kita tidak ada jalan lain kecuali percaya kepada-Nya. Rahim Sara sudah tertutup, ini sudah jalan buntu, ini adalah alamiah. Kita harus dibawa pada jalan buntu, pada kesudahan, agar bisa percaya kepada Allah. Kalau daging kita telah dibereskan, baik situasi lingkungan lancar atau sulit, kita selalu percaya kepada Allah.
Kita harus tahu, yang dikehendaki Allah bukan iman yang campuran, melainkan iman yang murni. Kita percaya bukan karena suatu hal tertentu masuk akal atau tidak, tetapi karena Allah telah mengatakannya demikian. Empat belas tahun yang lalu, Abraham belum bisa percaya secara demikian, tetapi sekarang ia sudah sampai pada tahap itu. Tubuhnya sudah seperti mati, rahim Sara sudah tertutup. Saat ini imannya adalah hanya percaya kepada Allah saja. Imannya yang lalu, adalah percaya Allah dan percaya diri sendiri. Kini Abraham hanya percaya kepada Allah, karena ia sudah tidak mempunyai kekuatan sedikitpun, sudah tidak mempunyai kegunaan apapun, sudah tamat. Abraham tertawa, menyatakan bahwa alamiahnya sudah tamat semuanya. Tetapi Allah berkata kepadanya, “Isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak” (Kej. 17:19).
Abraham disunat, ia mengakui dirinya sudah tamat, dagingnya sama sekali tidak berdaya (Kej. 17:24). Ia kini sungguh-sungguh bersandar kepada Allah. Di dalam dirinya hanya ada sedikit iman, namun justru sedikit iman inilah yang murni. Keadaan Abraham saat itu seperti yang dikatakan oleh surat Roma 4:19-20, “Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah.” Kiranya iman kita terhadap janji Allah juga makin diperkuat.

Penerapan:
Di saat kita lemah, kita harus ingat bahwa Allah yang memanggil kita adalah setia. Allah tidak pernah meninggalkan kita walau sekejap. Satu-satunya yang perlu kita lakukan adalah percaya bahwa Allah sedang menuntun kita. Di saat kita paling lemah, saat itulah kita perlu lebih banyak datang kepada Tuhan, berkeluh kesah di depan-Nya.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus kuatkanlah aku. Topanglah aku yang sering gagal ini. Tuhan, tuntunlah aku dengan tangan-Mu agar aku dapat bangkit dari kegagalanku.

No comments: