Hitstat

06 September 2006

Kejadian Volume 6 - Minggu 1 Rabu

Sara Melambangkan Perjanjian Anugerah
Kejadian 16:3
Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, - yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan - ,lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya.”

Abraham mengambil Hagar sebagai isteri, lalu melahirkan Ismael. Galatia pasal empat memberitahu kita, “Tetapi anak dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan menurut daging . . . sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan, itulah Hagar - - Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab . . .” (ay. 23-25). Dalam surat Galatia, Paulus memberi tahu kita bahwa Sara dan Hagar, kedua perempuan itu, merupakan sebuah kiasan yang melambangkan dua perjanjian. Sara melambangkan perjanjian anugerah (kasih karunia), dan Hagar melambangkan perjanjian hukum Taurat. Perjanjian anugerah diterima oleh Abraham dalam Kejadian 12:1, sedangkan perjanjian hukum Taurat baru diberikan kepada bani Israel melalui Musa dalam Keluaran 20. Rentang waktu antara keduanya adalah 430 tahun (Gal. 3:17).
Allah menjanjikan akan memberi Abraham keturunan untuk menggenapkan tujuan-Nya. Ini adalah pekerjaan Allah, bukan usaha Abraham. Inilah anugerah. Anugerah berarti Allah yang mengerjakan. Allah menghendaki kita berada dalam perjanjian anugerah melalui membiarkan Dia yang melakukan segala sesuatu bagi kita. Namun, karena kita memiliki pengetahuan atau pengalaman tertentu, seringkali kita tidak memberi kesempatan kepada Allah untuk melakukan sesuatu. Misalnya, berapa banyak kita melibatkan Allah dalam mengurusi keluarga kita? Kalau kita ingin hidup di bawah anugerah, kita harus membiarkan Allah yang bekerja. Ini tidak berarti bahwa kita menjadi orang yang pasif, melainkan hidup bersandar Allah.

Hagar Melambangkan Perjanjian Hukum Taurat
Gal. 4:25-26, 28, 31

Sebagai hamba, Hagar menandakan perjanjian hukum Taurat (Gal. 4:25). Ketika anak-anak Israel melalaikan pekerjaan anugerah Allah di atas diri mereka, dan mencoba menyenangkan Allah berdasarkan diri mereka sendiri, saat itulah hukum Taurat diberikan. Menurut ketetapan sebermula Allah, seorang laki-laki hanya boleh mempunyai seorang istri. Jadi, usul Sara supaya Abraham mempunyai keturunan melalui Hagar, mutlak bertentangan dengan ketetapan Allah. Hagar bukannya istri yang resmi, melainkan seorang gundik. Hagar, gundik Abraham, merupakan simbol hukum Taurat. Dari sini kita dapat mengetahui, posisi hukum Taurat adalah posisi gundik. Sedangkan anugerah adalah istri yang resmi, ibu dari keturunan yang tepat (Gal. 4:26, 28, 31).
Allah tidak berniat memberikan hukum Taurat untuk menggenapkan tujuan-Nya. Maksud Allah semula ialah menggarapkan diri-Nya ke dalam manusia, kemudian melalui manusia itu Ia akan menggenapkan tujuan-Nya. Dalam pengalaman kita, setelah kita diselamatkan, kita akan sadar bahwa Allah menghendaki kita menempuh hidup seperti Kristus, hidup yang surgawi, hidup yang berkemenangan, hidup yang terus-menerus diperkenan Allah dan memuliakan Allah. Ya, Allah memang menginginkan kita menempuh hidup yang demikian. Tetapi Ia akan terlebih dulu menggarapkan Kristus ke dalam kita, untuk menggantikan kita dalam menempuh hidup yang surgawi, yang berkenan kepada-Nya dan yang memuliakan Dia.
Kita sering kali hanya memperhatikan tujuan tetapi melalaikan anugerah. Inilah masalah kita. Abraham salah, bukan karena tujuannya salah, melainkan karena sumbernya salah. Tujuannya supaya janji Allah tergenapi, tetapi ia salah karena memakai kekuatan diri sendiri untuk melakukan pekerjaan itu. Begitu menyadari apa yang Allah inginkan, lalu kita mulai menggunakan tenaga kita sendiri, kekuatan alamiah kita, untuk menggenapkan tujuan Allah. Kita mungkin tidak mempunyai hukum Taurat yang diberikan oleh Musa, tetapi kita mempunyai banyak sekali hukum buatan kita sendiri. Misalnya, istri mengatakan tidak ingin lagi marah terhadap suami ataupun mengambil sikap yang negatif terhadapnya. Inilah hukum Taurat kita yang kesatu. Hukum Taurat kita yang kedua adalah, sebagai seorang wanita Kristen atau istri Kristen, kita harus manis, menyenangkan dan rendah hati. Hukum Taurat kita yang ketiga ialah jangan sekali-kali mengkritik orang lain, dan yang keempat, selalu mengasihi orang dan tidak boleh membenci mereka. Hukum-hukum buatan kita sendiri inilah “Hagar” kita. Sekalipun kita bisa memeliharanya, di dalam pandangan Allah tidaklah terhitung. Tetapi bila kita berdasarkan anugerah melakukan kehendak Allah, tidak mengandalkan diri sendiri, itu barulah bernilai.

Penerapan:
Siapa pun ingin menjadi istri yang baik, suami yang bertanggung jawab, hamba yang setia, dan menjadi orang Kristen yang mengasihi Tuhan. Tetapi Allah tidak mau kita berusaha menurut kekuatan kita sendiri. Allah ingin kita melalui doa membiarkan Dia sebagai anugerah menyuplai dan memampukan kita sehingga kita dapat menjadi seperti yang Allah inginkan.

Pokok Doa:
Tuhan aku menyadari bahwa aku banyak kekurangan dan kegagalan. Aku ingin berubah namun usahaku selama ini sia-sia. Tuhan, aku bersyukur karena Engkau selalu tersedia bagiku sebagai anugerah. Biarlah demi anugerah-Mu, Engkau sendiri yang mengubah aku.

No comments: