Hitstat

09 September 2006

Kejadian Volume 6 - Minggu 1 Sabtu

Menjadi Bapa Banyak Orang
Kejadian 17:4-5
“Dari pihak-Ku, inilah perjanjian-Ku dengan engkau: Engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa. Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.”

Dalam Kejadian 17:5 Allah berkata kepada Abraham, “Karena itu namamu bukan lagi Abram, melainkan Abraham, karena engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.” Abram berarti “bapa agung”, sedangkan Abraham berarti “bapa dari banyak orang”. Walaupun Abram berarti bapa agung, tetapi ia bukan bapa banyak orang, bapa banyak bangsa. Apakah makna perubahan nama Abraham ini? Ini berarti Allah ditambahkan ke dalamnya. Untuk menggenapkan tujuan Allah yang kekal, Allah harus ditambahkan ke dalamnya. Sebelum Kejadian 17, Abraham hanyalah Abram, orang yang belum memiliki Allah ditambahkan ke dalamnya. Allah merupakan faktor pelengkap/penyempurna. Tanpa Dia kita tidak akan sempurna.
Perubahan nama Abraham menyatakan perubahan diri/personanya. Apa yang diperlukan Allah untuk menggenapkan tujuan Allah yang kekal bukanlah bapa agung, melainkan bapa banyak orang. Allah menghendaki kita menjadi orang yang menghasilkan keturunan rohani. Untuk tujuan ini, pertama-tama, kita harus memiliki kasih terhadap manusia. Allah adalah Pencipta semua manusia; oleh karena itu, setiap manusia layak mendapatkan kasih kita. Kita harus memiliki kasih bagi semua manusia, kasih sayang yang tulus terhadap manusia, agar kita dapat membawa mereka kepada keselamatan. Mereka yang menganggap orang-orang menjemukan, menyulitkan, atau tercela, tidak akan bisa membawa orang kepada Tuhan. Kita perlu diperluas sehingga nampak bahwa semua manusia berharga bagi Allah.

Makna dari Perubahan Nama
Gal. 2:20; 1 Kor.15:10; Kej. 32:27-28; Yoh. 1:42; Kej. 17:5; 1 Ptr. 2:5

Perubahan nama Abraham menandakan perubahan personanya. Perubahan ini adalah bagi tujuan Allah. Dalam pengalaman rohani, perubahan sejati sebuah nama adalah perubahan dari “aku” kepada Kristus (Gal. 2:20) dan dari “aku” kepada anugerah Allah (1 Kor. 15:10). Hanya Kristus sebagai anugerah Allah, bukan “aku”, yang dapat melahirkan banyak bangsa yang diperlukan untuk menggenapkan tujuan Allah (lihat cat. 41 dalam Kej. 15 di Alkitab dengan catatan kaki versi pemulihan, bd. Kej. 32:27-28; Yoh. 1:42) Setiap saudara senang menjadi bapa yang agung. Kita tidak seharusnya diagungkan, melainkan berkembangbiak. Dalam hidup gereja, kita tidak seharusnya menjadi orang yang diagungkan atau dikhususkan. Kita semua wajib berkembangbiak dan meluas menjadi “bapa sejumlah besar bangsa” (Kej. 17:5). Kehidupan gereja yang sehat sangat tergantung pada perubahan “nama” kita, yaitu perubahan dalam persona kita. Jika kita masih tetap mempertahankan “keagungan” kita masing-masing, bagaimana kita bisa memiliki kehidupan gereja yang sehat? Tidak mungkin!.
Supaya memiliki kehidupan gereja yang sehat, perlu ada sekelompok orang yang bersama-sama terbangun dan erat bersatu, yang benar-benar mengerti dan mempraktekkan kehidupan bersama secara wajar. Ketika para saudara tidak lagi ingin diagungkan, hanya ingin berkembangbiak, barulah kita bisa bersama-sama menempuh kehidupan gereja yang tepat untuk mencapai tujuan Allah. Ini bukan doktrin semata. Pengubahan nama bukan hanya berupa pengubahan istilah, melainkan pengubahan apa adanya kita, pengubahan manusia kita. Meskipun Allah telah mewahyukan diri-Nya kepada kita, namun bila kita tetap tidak berubah, maka pewahyuan diri-Nya tidak akan membawa faedah apa-apa bagi kita. Pewahyuan diri-Nya tergantung pada pengubahan kita. Kita perlu diubah, bukan sekadar nama, tetapi juga manusia kita. Dengan demikian, kita baru bisa menikmati Allah dan minum dari suplai-Nya yang berlimpah. Hasilnya, kita akan menjadi saluran berkat bagi banyak orang.
Pengubahan nama dalam arti pengubahan manusia, juga terlihat pada kasus Yakub dan Petrus. Bagi pencapaian tujuan Allah, nama Yakub diubah menjadi Israel (Kej. 32:27-28); dari “pemegang tumit (Yakub)” diubah menjadi “Pangeran Allah” (Israel). Jika Yakub tetap sebagai seorang yang merebut, ia tidak akan dipakai Allah di dalam pencapaian tujuan ilahi. Yakub harus diubah menjadi pangeran Allah. Demikian pula dengan Petrus. Bagi pembangunan gereja, nama Petrus, yang tadinya Simon, harus diubah menjadi Kefas, artinya “batu” (Yoh. 1:42). Manusia alamiah Petrus adalah lumpur, ia harus diubah menjadi batu, bahkan batu mulia, bagi pembangunan Allah (1 Ptr. 2:5), untuk mencapai tujuan ilahi. Kita perlu mengalami pengubahan yang demikian.

Penerapan:
Menuntut kemajuan rohani secara pribadi tidaklah cukup. Kita perlu menjadi bapa banyak orang yang menghasilkan banyak anak cucu rohani. Karena itu, marilah kita belajar membagikan Injil keselamatan kepada teman-teman kita dan kepada orang-orang di sekitar kita.

Pokok Doa:
Tuhan Yesus, aku ingin menjadi bapa banyak orang yang melahirkan anak-anak rohani. Aku mau belajar membagikan keselamatan-Mu kepada orang-orang di sekitarku. Tuhan, jadikan aku saluran berkat bagi banyak orang.

No comments: