Hitstat

13 July 2008

Markus Volume 6 - Minggu 2 Senin

Memakan Roti yang Melambangkan Hayat Allah
Markus 14:22
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada mereka dan berkata, ”Ambillah, inilah tubuh-Ku.”

Ayat Bacaan: Mrk. 14:22; 1 Kor. 11:24, 26; Yoh. 6:33-35

Apakah cara yang terbaik untuk mengingat Tuhan? Menurut Alkitab, cara terbaik untuk mengingat Tuhan bukanlah dengan merenung atau bermeditasi di tempat yang gelap, sunyi, dan terpencil, melainkan dengan cara memakan Dia. Jalan yang tepat untuk mengingat Tuhan Yesus adalah dengan memakan Dia, makan roti dan minum cawan (1 Kor. 11:24, 26), yang adalah berbagian dan menikmati Tuhan yang telah memberikan diri-Nya sendiri kepada kita melalui kematian penebusan-Nya. Makan roti dan minum cawan adalah mengambil bagian dalam penebusan Tuhan sebagai bagian kita, sebagai hayat dan berkat kita. Ini adalah jalan yang murni untuk mengingat Dia dan memberitakan kematian-Nya.
Ketika kita dalam perjamuan Tuhan melihat atau menerima roti yang telah dipecah-pecahkan, kita wajib merenungkan bagaimana Tuhan telah menjadi daging bagi kita, bagaimana Dia telah mati bagi kita, dan bagaimana tubuh-Nya terkoyak bagi kita serta diberikan kepada kita, sehingga kita mendapatkan hayat-Nya. Dalam Alkitab, roti berkenaan dengan hayat. Tuhan berfirman, bahwa Dia adalah roti hayat yang memberikan hayat kepada dunia (Yoh. 6:33-35). Roti menandakan hayat. Tubuh Tuhan terkoyak untuk diberikan kepada kita sebagai roti, berarti Dia menyerahkan tubuh-Nya demi kita, supaya kita bisa memiliki hayat-Nya. Inilah makna yang dinyatakan oleh roti yang Tuhan pecah-pecahkan di hadapan murid-murid-Nya (Mrk. 14:22).
Puji Tuhan! Bagi kita yang berdosa, tubuh jasmani Tuhan telah terbelah di atas salib sehingga hari ini kita dapat beroleh hayat Allah, hayat yang kekal. Mendapatkan hayat Allah berarti mendapatkan diri Allah sendiri. Dahulu kita terpisah dari Allah, meninggalkan Allah, jauh dari Allah. Tetapi melalui kematian Kristus, sekarang Allah menjadi bagian kita; bukan hanya kita dapat menghampiri Allah, bahkan dapat menikmati Allah sebagai suplai hayat kita. Hal ini jauh lebih ajaib dan lebih bermakna daripada mukjizat-mukjizat yang sering didemonstrasikan oleh beberapa orang yang “berkarunia” dewasa ini. Bayangkan: Allah sendiri beserta segala milik-Nya, menjadi berkat bahagia kita sampai selama-lamanya. O, betapa ajaibnya hal ini!

No comments: