Hitstat

22 June 2012

Galatia - Minggu 10 Jumat


Pembacaan Alkitab: Gal. 3:7, 9


Galatia 3:7 menerangkan, "Jadi, kamu lihat bahwa mereka yang hidup berdasarkan iman, mereka itulah anak-anak Abraham." Melakukan hukum Taurat membuat orang-orang menjadi murid-murid Musa (Yoh. 9:28), pertalian yang tidak ada hubungannya dengan hayat. Iman di dalam Kristus membuat kaum beriman Perjanjian Baru menjadi putra-putra Allah, pertalian yang sepenuhnya berdasarkan hayat. Kita, kaum beriman Perjanjian Baru, dulu terlahir sebagai anak-anak Adam yang jatuh, berada di dalam Adam karena pelanggaran dan di bawah hukum Musa. Tetapi kita telah dilahirkan kembali menjadi anakanak Abraham dan telah dibebaskan dari hukum Musa karena iman dalam Kristus. Kita menjadi anak-anak Abraham bukan karena kelahiran alamiah, melainkan karena iman. Karena itu, kita menjadi anak-anak Abraham berdasarkan prinsip iman, yakni berdasarkan percayanya kita, bukan berdasarkan pekerjaan atau perbuatan kita. Dasar kita untuk menjadi anak-anak Abraham sesungguhnya bukan dari keturunan alamiah. Kita adalah anak-anak Abraham menurut prinsip iman.

Iman adalah refleksi anugerah. Kita dapat juga mengatakan iman itu adalah sebuah foto pemandangan ilahi. Melalui iman yang demikian kita menjadi anak-anak Abraham yang sejati. Tatkala kita percaya kepada Kristus, satu kesatuan yang organik terjadi. Hayat ilahi masuk ke dalam kita, dan kita dilahirkan Allah melalui iman. Ketika iman kita memotret pemandangan ilahi anugerah, ada sesuatu dari sifat rohani yang riil dan nyata (substansial) terinfus ke dalam kita. Walaupun substansi ini bukan bersifat material atau jasmaniah, namun sangat riil. Iman bukanlah takhayul. Iman bersangkutan dengan realitas rohani yang substansial, yakni realitas yang diakui sangat misterius. Realitas ini sebenarnya adalah Allah Tritunggal yang melalui proses itu sendiri. Bila kita menggunakan iman dalam Kristus, dan karenanya kita mengambil foto rohani dari pemandangan ilahi, Allah yang melalui proses itu masuk ke dalam diri kita sebagai hayat kita. Hayat ini adalah hayat yang ilahi, rohani, surgawi, dan suci. Masuknya hayat ini ke dalam kita menyebabkan terjadinya kelahiran rohani. Kelahiran ini melahirkan satu kesatuan yang organik antara kita dengan Allah Tritunggal. Karena Allah telah terlahir ke dalam diri kita, maka kita menjadi anak-anak Allah. Karena itu, kita boleh mengatakan bahwa kita adalah manusia-Allah.

Sekarang kita harus maju bertanya bagaimanakah cara anak-anak Allah juga menjadi anak-anak Abraham. Kristus adalah Anak Allah juga Anak Abraham. Karena kita sekarang berada di dalam Kristus, maka kita adalah anak-anak Allah di satu pihak dan anak-anak Abraham di pihak lainnya. Bagaimana kita dapat menjadi anak-anak Allah? Karena kita berada di dalam Kristus, Anak Allah. Bagaimana kita menjadi anak-anak Abraham? Karena kita juga berada di dalam Kristus, Anak Abraham.

Penyaluran hayat ilahi ke dalam kita adalah satu perkara yang sangat besar maknanya. Penyaluran hayat ilahi tersebut menghasilkan satu kesatuan organik yang menjadikan kita anak-anak Allah juga anak-anak Abraham. Kesatuan organik ini hanya dapat terjadi di dalam Kristus. Di dalam Kristuslah kita menikmati kesatuan organik yang ajaib dengan Allah Tritunggal. Dalam kesatuan ini, di satu aspek kita adalah anak-anak Allah, di aspek lain, kita adalah anak-anak Abraham. Kristus merupakan satu alam lingkungan unik yang di dalam-Nya semua itu terjadi. Ketika kita memasuki alam lingkungan ini, kita menjadi anak-anak Allah dan anak-anak Abraham. Status kita yang sejati ialah di dalam Kristus dan melalui kesatuan yang organik itu, kita adalah anak-anak Allah juga anak-anak Abraham.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 20

No comments: