Hitstat

01 June 2012

Galatia - Minggu 7 Jumat

Pembacaan Alkitab: Rm. 10:14

Iman mempunyai dua aspek: aspek obyektif dan aspek subyektif. Pada aspek obyektifnya, iman adalah apa yang kita percaya; dan pada aspek subyektifnya, iman adalah kepercayaan kita. Jadi iman menunjukkan tindakan percaya dan apa yang kita percayai. Mengenai tindakan percaya, iman bersifat subyektif, tetapi mengenai apa yang kita percaya, iman bersifat obyektif. Ketika kita mendengar halhal yang kita percayai, maka iman itu timbul dalam batin kita. Semakin sering kita mendengar hal-hal yang baik itu, kita akan semakin mengapresiasinya. Dengan spontan apresiasi itu membuat kita percaya terhadap hal-hal tersebut. Karena itu, iman bersifat obyektif juga subyektif. 

Aspek subyektif dari iman mencakup paling sedikit delapan hal. Pertama, iman menyiratkan mendengarkan. Tanpa mendengarkan firman, tidak mungkin ada iman. Iman datang dari pendengaran. Firman yang kita dengar antara lain mencakup: Allah, Kristus, Roh itu, salib, penebusan, keselamatan, pengampunan, dan hayat yang kekal. Firman pun mencakup fakta bahwa Allah telah diproses menjadi Roh pemberi-hayat yang almuhit. Menurut Perjanjian Baru, Injil menerangkan semua perkara ini kepada kita. Bila Injil diberitakan dengan wajar, orang-orang yang mendengarnya akan terharu dan penuh dengan apresiasi. Pendengaran mereka terhadap perkataan-perkataan Injil adalah permulaan percayanya mereka. Kekurangan iman pada orang Kristen dikarenakan mereka sangat miskin dalam hal mendengar. Jika mereka mendengar satu berita yang hidup tentang Allah Tritunggal yang telah melalui proses menjadi Roh pemberi-hayat yang almuhit, pendengaran ini pasti akan menghasilkan iman dalam batin mereka. 

Kedua, iman juga menyiratkan apresiasi. Setelah mendengar firman Injil, suatu perasaan apresiasi timbul dengan spontan di dalam orang-orang yang mendengarnya. Hal ini tidak saja terjadi pada orang-orang yang mendengar Injil untuk kali pertama, juga pada semua orang beriman dalam Kristus. Bila kita mendengar firman dengan tepat, pendengaran ini akan membangkitkan lebih banyak apresiasi terhadap Tuhan. Apresiasi ini diikuti dengan penyeruan, ini adalah hal ketiga yang terkandung dalam aspek subyektif iman itu. Semua orang yang mengapresiasi Tuhan Yesus dengan sendirinya akan berseru kepada nama-Nya.

Keempat, iman mencakup penerimaan. Dengan mengapresiasi Tuhan Yesus dan berseru kepada Dia, dengan spontan pula kita akan menerima Dia. Karena menerima, maka kita memiliki aspek kelima, yakni menyambut. Mungkin juga orang telah menerima sesuatu tanpa menyambutnya. Orang-orang yang mendengar Injil dan mengapresiasi Tuhan Yesus dengan otomatis menyambut dan menerima Dia. 

Keenam, iman mencakup kesatuan dengan Tuhan Yesus. Melalui menerima dan menyambut-Nya, maka kita akan bersatu dengan Dia. Kemudian, ketujuh dan kedelapan, ialah mengambil bagian atas Dia dan menikmati Dia. Iman mengambil bagian dan menikmati apa yang ia terima dan sambut itu. 

Dalam pemberitaan Injil, orang-orang mendengar anugerah Allah. Lalu mereka mengapresiasinya dan berseru kepada Tuhan. Selanjutnya mereka menerima, menyetujui, bersatu, mengambil bagian, dan menikmati anugerah itu, yakni Allah Tritunggal yang telah melalui proses menjadi segala sesuatu kita. Inilah iman. 


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 14