Hitstat

29 June 2012

Galatia - Minggu 11 Jumat



Pembacaan Alkitab: Gal. 4:1-6


Umat pilihan Allah terkurung oleh hukum Taurat di bawah pengawalannya (3:23). Kristus lahir di bawah hukum Taurat untuk menebus umat pilihan Allah dari pengawalan hukum Taurat, sehingga mereka boleh menerima keputraan dan menjadi anak-anak Allah. Karena itu, mereka tidak boleh kembali kepada pengawalan hukum Taurat dan berada di bawah perhambaannya, seperti yang dilakukan orang-orang Galatia yang tergoda, tetapi mereka harus tetap dalam status anak Allah untuk menikmati suplai hayat dari Roh itu dalam Kristus.

Berdasarkan wahyu lengkap dari Perjanjian Baru, ekonomi Allah ialah menghasilkan anak-anak. Keputraan merupakan titik inti ekonomi Allah. Ekonomi Allah adalah menyalurkan diri-Nya sendiri ke dalam umat pilihan-Nya, agar mereka menjadi anak-anak-Nya. Penebusan Kristus membuat kita menjadi anak-anak Allah, agar kita dapat menikmati hayat ilahi. Ekonomi Allah tidak membuat kita menjadi pemelihara hukum Taurat, mematuhi perintah-perintah dan ketetapan-ketetapan hukum Taurat yang diberikan hanya untuk tujuan sementara. Ekonomi Allah membuat kita menjadi anak-anak Allah, yang mewarisi berkat janji Allah, yang diberikan untuk tujuan kekal-Nya. Tujuan kekal Allah adalah memiliki banyak anak untuk ekspresi korporat-Nya (Ibr. 2:10; Rm. 8:29). Karena itu, Ia menakdirkan kita menjadi anak-anak-Nya (Ef. 1:5) dan melahirkan kita kembali sebagai anak-anak-Nya (Yoh. 1:12-13). Kita harus tetap dalam keputraan-Nya agar kita bisa menjadi ahli-ahli waris-Nya untuk mewarisi semua yang telah Ia rencanakan bagi ekspresi kekal-Nya. Kita tidak seharusnya menghargai hukum Taurat dan karenanya diselewengkan kepada Yudaisme.

Untuk memberikan satu definisi yang tepat atas keputraan tidaklah mudah. Keputraan mencakup hayat, kematangan, posisi, dan hak. Selaku anak-anak Bapa, kita perlu memiliki hayat Bapa. Tetapi, kita harus maju untuk dimatangkan dalam hayat itu. Hayat dan kematangan memberi kita hak, kuasa, kedudukan untuk mewarisi semua kekayaan Bapa. Menurut Perjanjian Baru, keputraan mencakup hayat, kematangan, posisi, dan hak.

Ayat 4-6 dalam pasal ini membicarakan Allah Tritunggal yang menghasilkan banyak anak untuk penggenapan tujuan kekal-Nya. Allah Bapa mengirimkan Allah Putra untuk menebus kita dari hukum Taurat, sehingga kita bisa diterima menjadi anak; Ia juga mengirim Allah Roh untuk menyalurkan hayat-Nya ke dalam kita, sehingga kita dapat menjadi anak-anak-Nya dalam realitas.

Pada dasarnya, keputraan merupakan masalah hayat. Posisi dan hak tergantung pada hayat. Jika kita ingin menikmati hak keputraan, kita perlu Roh itu. Di luar Roh itu, tidak mungkin kita dilahirkan dari Allah dan mendapatkan hayat ilahi. Setelah kita dilahirkan oleh Roh itu, kita perlu Roh itu untuk bertumbuh dalam hayat. Tanpa Roh itu, kita tidak ada posisi, hak, atau kuasa keputraan. Semua butir penting mengenai keputraan itu tergantung pada Roh itu. Berdasarkan Roh itu, kita memiliki kelahiran ilahi dan hayat ilahi. Melalui Roh itu, kita bertumbuh dewasa. Karena Roh itu, kita memiliki posisi, hak, dan kuasa keputraan. Jadi, tanpa Roh itu keputraan akan sia-sia belaka, hanya sebuah istilah yang kosong. Tetapi, bila Roh itu tiba, keputraan menjadi riil. Kita akan memahami sepenuhnya keputraan Allah dalam hayat, kematangan, posisi, dan hak. Roh keputraan tidak dapat diganti dengan apa pun, sebaliknya setiap perkara, khususnya hukum Taurat, harus diganti dengan Roh keputraan.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 22

No comments: