Hitstat

15 June 2012

Galatia - Minggu 9 Jumat


Pembacaan Alkitab: Kel. 19:4


Pada waktu Allah mengabsahkan janji menjadi perjanjian dalam Kejadian 15, kegelapan meliputi Abraham (ayat 12). Kegelapan itu merupakan suatu petunjuk bahwa umat Allah akan mengalami saat-saat gelap dan kesengsaraan besar sebelum, janji tersebut digenapi. Alkitab mencatat betapa keturunan Abraham pindah ke Mesir dan hidup setidak-tidaknya 400 tahun di bawah tirani orang Mesir. Tahun-tahun itu merupakan suatu periode kegelapan panjang. Kemudian, setelah 400 tahun itu, Allah memimpin mereka keluar dari kegelapan tirani orang Mesir. Allah tidak memperlakukan mereka menurut hukum Taurat, yang belum diberikan-Nya itu, melainkan memperlakukan mereka menurut janji yang dibuat-Nya dengan Abraham leluhur mereka.

Sulitlah kita jumpai sebuah ayat dalam Kitab Keluaran yang menunjukkan maksud hati Allah dalam memimpin bani Israel keluar dari Mesir adalah untuk memberi mereka hukum Taurat. Namun, jelas sekali diterangkan bahwa Allah bermaksud agar mereka melakukan suatu perayaan bagi-Nya. Kata Musa kepada Firaun, "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Biarkanlah umatKu pergi untuk mengadakan perayaan bagi-Ku di padang gurun." (Kel. 5:1). Sudah tentu, Allah juga berencana mewahyukan pola tempat kediaman-Nya kepada mereka.

Hampir-hampir tidak ada petunjuk bahwa Allah bermaksud memberikan hukum Taurat kepada mereka sebelum Keluaran 19. Pada awal pasal ini, Allah mengucapkan kata-kata yang sangat ramah kepada umat itu, "Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku" (Kel. 19:4). Tuhan berkata lebih lanjut kepada mereka, bila mereka sungguh-sungguh mendengarkan firman Tuhan dan berpegang pada perjanjian-Nya, maka mereka akan menjadi harta kesayangan-Nya sendiri dari antara segala bangsa dan menjadi kerajaan imam dan bangsa yang kudus (ayat 5-6). Perkataan Allah sangat ramah dan mesra. Ketika umat itu mendengar apa yang Allah katakan, mereka menjawab, "Segala yang difirmankan TUHAN akan kami lakukan" (ayat 8). Setelah umat itu memberi respon demikian, suasana sekitar Gunung Sinai itu berubah. Suasana mesra berubah menjadi suasana yang mengerikan. Karena ketakutan akan suasana tersebut, umat Israel menyuruh Musa mewakili mereka untuk menjumpai Allah. Di tengah-tengah situasi yang demikianlah Sepuluh Perintah itu diberikan. Karena itu, pada diri Adam ada kejatuhan, pada diri Abraham ada janji, dan pada diri Musa ada hukum Taurat. Pasal 20-23 dari Kitab Keluaran semuanya bertalian dengan hukum Taurat.

Allah menggunakan hukum Taurat sebagai cermin untuk menyingkapkan keadaan umat-Nya. Tetapi setelah umat itu tersingkap, mereka dapat beralih ke tabernakel, imamat, mezbah, dan berbagai kurban. Menurut perlambangan, hal ini merupakan penggenapan janji yang Allah buat bagi Abraham. Kitab Keluaran sebenarnya bukanlah kitab tentang hukum Taurat, melainkan kitab tentang kegenapan janji Allah, kitab tentang Kristus, salib, dan gereja. Memang, ada beberapa pasal yang khusus ditujukan kepada hukum Taurat dan ketetapan-ketetapannya. Tetapi pasal-pasal lainnya menampilkan pola tabernakel dan melukiskan pembangunan tabernakel. Seperti telah kita tunjukkan, pola tabernakel diwahyukan kepada Musa dalam suasana cerah. Setelah pola itu diberikan, tabernakel lalu didirikan. Kemudian, orang-orang yang berada di bawah hukuman hukum Taurat dapat bersekutu dengan Allah melalui imamat dan kurban-kurban persembahan. Persekutuan itu melalui tabernakel, yakni melalui Kristus. Walaupun itu bukan realitas janji Allah kepada Abraham, namun itulah kegenapannya secara simbolis.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 18

No comments: