Pembacaan Alkitab: Kel. 19:4
Pada waktu Allah mengabsahkan janji menjadi
perjanjian dalam Kejadian 15, kegelapan meliputi Abraham (ayat 12). Kegelapan
itu merupakan suatu petunjuk bahwa umat Allah akan mengalami saat-saat gelap
dan kesengsaraan besar sebelum, janji tersebut digenapi. Alkitab mencatat
betapa keturunan Abraham pindah ke Mesir dan hidup setidak-tidaknya 400 tahun
di bawah tirani orang Mesir. Tahun-tahun itu merupakan suatu periode kegelapan
panjang. Kemudian, setelah 400 tahun itu, Allah memimpin mereka keluar dari
kegelapan tirani orang Mesir. Allah tidak memperlakukan mereka menurut hukum
Taurat, yang belum diberikan-Nya itu, melainkan memperlakukan mereka menurut
janji yang dibuat-Nya dengan Abraham leluhur mereka.
Sulitlah kita jumpai sebuah ayat dalam
Kitab Keluaran yang menunjukkan maksud hati Allah dalam memimpin bani Israel
keluar dari Mesir adalah untuk memberi mereka hukum Taurat. Namun, jelas sekali
diterangkan bahwa Allah bermaksud agar mereka melakukan suatu perayaan bagi-Nya.
Kata Musa kepada Firaun, "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Biarkanlah
umatKu pergi untuk mengadakan perayaan bagi-Ku di padang gurun." (Kel.
5:1). Sudah tentu, Allah juga berencana mewahyukan pola tempat kediaman-Nya
kepada mereka.
Hampir-hampir tidak ada petunjuk bahwa
Allah bermaksud memberikan hukum Taurat kepada mereka sebelum Keluaran 19. Pada
awal pasal ini, Allah mengucapkan kata-kata yang sangat ramah kepada umat itu,
"Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan
bagaimana Aku mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu
kepada-Ku" (Kel. 19:4). Tuhan berkata lebih lanjut kepada mereka, bila
mereka sungguh-sungguh mendengarkan firman Tuhan dan berpegang pada
perjanjian-Nya, maka mereka akan menjadi harta kesayangan-Nya sendiri dari
antara segala bangsa dan menjadi kerajaan imam dan bangsa yang kudus (ayat
5-6). Perkataan Allah sangat ramah dan mesra. Ketika umat itu mendengar apa
yang Allah katakan, mereka menjawab, "Segala yang difirmankan TUHAN akan kami
lakukan" (ayat 8). Setelah umat itu memberi respon demikian, suasana
sekitar Gunung Sinai itu berubah. Suasana mesra berubah menjadi suasana yang
mengerikan. Karena ketakutan akan suasana tersebut, umat Israel menyuruh Musa
mewakili mereka untuk menjumpai Allah. Di tengah-tengah situasi yang
demikianlah Sepuluh Perintah itu diberikan. Karena itu, pada diri Adam ada
kejatuhan, pada diri Abraham ada janji, dan pada diri Musa ada hukum Taurat.
Pasal 20-23 dari Kitab Keluaran semuanya bertalian dengan hukum Taurat.
Allah menggunakan hukum Taurat sebagai
cermin untuk menyingkapkan keadaan umat-Nya. Tetapi setelah umat itu
tersingkap, mereka dapat beralih ke tabernakel, imamat, mezbah, dan berbagai
kurban. Menurut perlambangan, hal ini merupakan penggenapan janji yang Allah
buat bagi Abraham. Kitab Keluaran sebenarnya bukanlah kitab tentang hukum
Taurat, melainkan kitab tentang kegenapan janji Allah, kitab tentang Kristus,
salib, dan gereja. Memang, ada beberapa pasal yang khusus ditujukan kepada
hukum Taurat dan ketetapan-ketetapannya. Tetapi pasal-pasal lainnya menampilkan
pola tabernakel dan melukiskan pembangunan tabernakel. Seperti telah kita
tunjukkan, pola tabernakel diwahyukan kepada Musa dalam suasana cerah. Setelah
pola itu diberikan, tabernakel lalu didirikan. Kemudian, orang-orang yang
berada di bawah hukuman hukum Taurat dapat bersekutu dengan Allah melalui
imamat dan kurban-kurban persembahan. Persekutuan itu melalui tabernakel, yakni
melalui Kristus. Walaupun itu bukan realitas janji Allah kepada Abraham, namun
itulah kegenapannya secara simbolis.
Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 18
No comments:
Post a Comment