Pembacaan
Alkitab: Mrk. 3:7-35
Doa
baca: “Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu
bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai
menghimpit-Nya.” (Mrk. 3:9)
Dalam
melaksanakan ministri Allah kita akan menghadapi masalah, tantangan, dan
halangan. Tuhan menghadapi halangan
dalam pelayanan-Nya. Ketika Ia melaksanakan pelayanan Injil-Nya, Ia menemui
berbagai masalah. Dalam Markus 3:7-12 kita dapati masalah kerumunan orang yang
menghimpit Tuhan. Kerumunan bukanlah penolong bagi ministri hayat yang riil.
Sebaliknya, kerumunan orang paling banyak hanya bisa membantu suatu pergerakan,
tetapi tidaklah membantu ministri dalam hayat.
Dalam 3:7-12
ada dua kata yang bermakna yang digunakan dalam kaitannya dengan orang-orang
yang berkerumun itu: mengimpit (ayat 9-10) dan menyentuh (ayat 10). Ayat 9
mengatakan, “Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya
karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya.” Tuhan
naik ke perahu untuk menghindari impitan orang banyak itu. Impitan orang banyak
itu menghalangi orang-orang yang tulus hati untuk datang kepada Tuhan dan
menyentuh Dia secara langsung. Jika kita berada di antara mereka yang hanya
mengimpit Tuhan, kita tidak akan menerima apa-apa dari Dia. Untuk menerima
sesuatu dari Dia, kita perlu menyentuh-Nya. Karena itu, dalam bagian Injil
Markus ini, kata “mengimpit” dipakai dalam
arti negatif, sedangkan kata “menyentuh” mempunyai
arti positif.
Dalam
perlambangan, perahu kecil yang diminta Tuhan agar dipersiapkan di dekat-Nya
melambangkan gereja. Ministri yang benar adalah ministri di dalam perahu, suatu
ministri yang menyalurkan suplai hayat bukan kepada orang-orang yang menghimpit
Tuhan, melainkan kepada orang-orang yang dengan tulus damba menyentuh-Nya. Apa
yang Tuhan perbuat berkenaan dengan orang banyak itu seharusnya menjadi contoh
bagi kita, dan kita harus mengikuti jejak-Nya. Di sini kita nampak cara Tuhan
berbeda dengan cara manusia. Ia tidak memandang penting kerumunan orang.
Sumber: Pelajaran-Hayat
Markus, Buku 1, Berita 11
No comments:
Post a Comment