Hitstat

15 November 2008

Lukas Volume 2 - Minggu 4 Minggu

Bukan Menghakimi Tetapi Mengampuni
Lukas 6:37
Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.

Ayat Bacaan: Luk. 6:37; Yak. 2:13

Menghakimi berarti menyalahkan, mengampuni berarti membebaskan. Jika kita tidak menyalahkan, kita tidak akan disalahkan. Demikian juga, jika kita mengampuni, kita akan diampuni. Jika kita hidup di dalam roh yang rendah hati di bawah pemerintahan Tuhan, kita akan selalu menghakimi diri sendiri, tidak menghakimi orang lain. Sebagai anak-anak Allah, kita akan dihakimi dengan cara kita menghakimi. Jika kita menghakimi dengan keadilan, kita akan dihakimi oleh Tuhan dengan keadilan. Jika kita menghakimi orang lain dengan belas kasihan, kita akan dihakimi oleh Tuhan dengan belas kasihan. Seperti dikatakan dalam Yakobus 2:13, “Belas kasihan akan menang atas penghakiman.”
Dalam khotbahnya tentang pengampunan, C. H. Spurgeon menunjukkan bahwa orang Kristen sulit mengampuni orang lain. Ia mengatakan, kita mungkin mengira bahwa kita telah mengampuni seseorang. Namun, pengampunan kita itu dapat dibandingkan dengan menguburkan seekor anjing mati dengan ekornya tetap kelihatan. Setelah mengampuni seseorang, kita mungkin berkata, “Saudara itu bersalah kepadaku, tetapi aku telah mengampuni dia.” Inilah yang dimaksud dengan membiarkan “ekor anjing” itu kelihatan.
Jika kita benar-benar telah mengampuni seseorang, kita harus juga melupakan kesalahannya. Begitu kita mengampuni seseorang dalam satu perkara, kita tidak boleh menyinggungnya lagi. Setiap kali kita menyinggung satu kesalahan yang sebenarnya telah diampuni, itu berarti kita menarik “ekor anjing” yang telah dikubur itu untuk diperlihatkan kepada orang lain bahwa anjing itu telah dikubur. Jika kita berbuat begitu, itu menunjukkan bahwa kita belum membebaskan orang yang bersalah kepada kita.
Menurut Perjanjian Baru, mengampuni berarti melupakan dan membebaskan. Kita perlu mengampuni kesalahan orang dan membebaskan orang yang bersalah itu. Begitu kita melakukan hal ini, kita tidak boleh membicarakannya lagi. Saudara saudari terkasih, sebelum kita berjumpa dengan Tuhan di depan takhta pengadilan-Nya kelak, marilah kita memegang kesempatan untuk mengampuni kesalahan orang lain agar kelak kita pun beroleh pengampunan dari Tuhan.

No comments: