Hitstat

29 November 2008

Lukas Volume 3 - Minggu 2 Minggu

Menanggulangi Hati Kita Demi Pertumbuhan Benih
Lukas 8:13
Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad.

Ayat Bacaan: Luk. 8:5-13; Yoh. 6:63; Yak. 1:2, 12; 1 Ptr. 1:6

Pengampunan Tuhan atas dosa-dosa kita sungguh ajaib dan indah, karena tidak saja membuat kita mengasihi Dia dan hidup dalam damai sejahtera, tetapi juga menjadikan hati kita sebagai “tanah” bagi pertumbuhan hayat-Nya di dalam kita. Dalam Lukas 8:5-15, pembicaraan Tuhan telah beralih dari masalah pengampunan ke masalah pertumbuhan benih ilahi. Benih ini adalah firman Allah dengan Tuhan sendiri di dalamnya sebagai hayat (Luk. 8:11; Yoh. 6:63). Sang Penabur adalah Tuhan sendiri (Mat. 13:37), dan tanah yang ke atasnya benih itu tertabur adalah hati kita (Mat. 13:19).
Pada waktu Tuhan menaburkan benih firman, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan sebagian jatuh di tanah yang baik. Empat macam tanah tersebut melambangkan empat macam kondisi hati manusia. Tanah yang di pinggir jalan melambangkan hati yang telah menjadi keras karena lalu lintas duniawi, khususnya oleh hal-hal yang berkaitan dengan pencarian nafkah. Karena terlalu disibukkan oleh pekerjaannya, banyak orang hari ini tidak dapat duduk tenang mendengarkan Injil sehingga Iblis dengan mudah mencuri firman dari dalam mereka supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan (Luk. 8:12).
Tanah yang berbatu-batu melambangkan hati yang dangkal, hati yang masih menyimpan dosa-dosa yang tersembunyi, keinginan pribadi, dan rasa iba diri. Akibatnya, walau orang yang demikian senang mendengarkan firman Allah, namun karena tidak berakar, begitu pencobaan datang mereka menjadi murtad (Luk. 8:13). Murtad di sini berarti berkelit atau menyimpang dari jalan iman yang bersumber pada firman Allah kepada hal-hal di luar Allah demi mendapatkan keuntungan pribadi dan demi kepentingan diri sendiri.
Saudara saudari, hati kita mungkin tidak sekeras tanah yang di pinggir jalan, tetapi mungkin pula tidak lebih baik daripada tanah yang berbatu-batu. Kalau kita ingin membiarkan Tuhan bertumbuh di dalam kita, maka kita harus menggali keluar “batu-batu” di dalam kita melalui doa pengakuan dosa yang tuntas. Tanpa penanggulangan yang tuntas demikian, mustahil kita dapat bertahan dari berbagai pencobaan dan ujian (Yak. 1:2, 12; 1 Ptr. 1:6).

No comments: