Hitstat

21 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 3 Kamis

Aku Percaya kepada Allah
Kisah Para Rasul 27:25
Sebab itu tetaplah bersemangat, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku.

Ayat Bacaan: Kis. 27:1-26; Flp. 4:6; Ibr. 3:12

Perkataan Paulus mengenai “aku percaya kepada Allah” adalah alasan baginya untuk tetap bersemangat dan mendorong orang-orang di dalam kapal agar tidak kuatir akan keselamatan mereka (Kis. 27:24-25). Paulus memiliki keyakinan yang penuh bahwa dia akan sampai di Roma untuk bersaksi bagi Tuhan, karena dia percaya kepada Allah bahwa semuanya akan terjadi sesuai firman yang diberikan-Nya (Kis. 27:24).
Percaya kepada Allah tergantung pada percaya kepada firman Allah. Kehidupan orang Kristen tidak lain adalah kehidupan yang memegang erat firman Allah, menempuh hidup berdasarkan firman Allah. Percaya kepada firman Allah berarti: Allah berkata apa, begitulah kita percaya. Kapan saja kita menemui pencobaan atau ujian, kita harus percaya bahwa firman Allah selalu lebih dapat diandalkan daripada perasaan, situasi, dan pengalaman kita. Tidak peduli betapa gelap dan sulitnya keadaan sekeliling, asal kita dengan sepenuhnya percaya kepada Allah dan firman-Nya, maka iman kita akan nampak adanya tangan Sang kekal yang bekerja untuk kita. Iman adalah satu-satunya jalan yang mengubah firman menjadi pengalaman.
Pada suatu kali, Saudara Watchman Nee menghadapi satu masalah yang tidak bisa diatasi dan tidak terpikirkan jalan keluarnya. Saat itu dia teringat firman Tuhan, “Janganlah kamu kuatir tentang apa pun juga” (Flp. 4:6). Setelah berdoa puluhan kali, hatinya tetap tidak merasa damai sejahtera. Ia berpikir, “Apakah ayat ini hanya bisa diberitakan kepada orang lain, tetapi tidak bisa dipraktekkan untuk diri sendiri?” Saat itulah Allah berkata kepadanya, “Aku berkata bahwa janganlah kamu kuatir tentang apa pun juga, maka kamu pasti memiliki damai sejahtera. Sekarang, bagaimana mungkin kamu berkata bahwa kamu tidak memiliki damai sejahtera?” Segera dia melompat dan berkata, “Ya Allah, Engkau berkata bahwa aku memiliki damai sejahtera, aku pasti memiliki damai sejahtera, aku sendiri tidak akan berkata apa-apa lagi.” Demikianlah ia percaya, lalu pulang dan saat itu juga hatinya segera memiliki damai sejahtera. Kita harus membuang semua hati yang jahat dan tidak percaya kepada Allah yang hidup (Ibr. 3:12) dan dengan iman menerima segala janji firman-Nya.

Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat. (2 Kor. 5:7)

No comments: