Hitstat

23 July 2010

Kisah Para Rasul Volume 9 - Minggu 3 Sabtu

Mengucap Syukur Kepada Allah
Kisah Para Rasul 27:35-36
Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan. Semua orang itu kembali bersemangat, dan merekapun makan juga.

Ayat Bacaan: Kis. 27:35-44; 1 Tes. 5:18

Dalam situasi yang masih penuh bahaya dan tidak menentu, Paulus mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah, dan kemudian makan (Kis.27:35). Badai masih berkecamuk, kapal itu bergoyang-goyang, semua orang takut kehilangan nyawa mereka, dan tidak berselera untuk makan. Meskipun demikian, Paulus menyuruh mereka tetap bersema-ngat supaya tenang, dan makan untuk mendapatkan kekuatan yang mereka perlukan. Kemudian, di hadapan mereka semua, ia mempelopori makan se-hingga semua orang itu kembali bersemangat dan mereka pun makan juga.
Di dalam peristiwa ini, kita harus melihat salah satu teladan dari Paulus, yaitu dalam situasi yang paling buruk sekalipun, dia masih tetap dapat mengucap syukur kepada Allah (Kis. 27:35). Saudara saudari, seandainya rangkaian kesulitan dan ketidaknyamanan itu terjadi dalam kehidupan dan pekerjaan kita, bagaimanakah sikap kita? Sering kali sikap kita adalah sedih, kecewa, putus asa, dan merasa semuanya telah berakhir. Banyak orang Kristen yang berkeluh kesah, menggerutu, bersungut-sungut dan berbeban berat seperti ini, tidak ada hati yang mengucap syukur kepada Tuhan.
Dahulu, ada seorang Kristen yang bekerja di stasiun kereta api. Baik pada waktu sehat maupun sakit, suasana lancar atau tidak, ia senantiasa bersyukur kepada Tuhan. Karena itu rekan-rekan sekerjanya menjuluki dia sebagai “periang surga”. Suatu hari, sewaktu dia sedang memperbaiki rel, sebuah kereta api menggilas kakinya sampai patah hingga dia pingsan. Setelah sadar dari pingsannya, kembali orang-orang di sekitarnya mendengar dia memuji syukur kepada Tuhan. Mereka penasaran, bagaimana mungkin dia dapat bersyukur kepada Tuhan setelah kehilangan salah satu kakinya. Orang ini berpaling kepada mereka dan berkata, “Puji syukur kepada Tuhan, saya masih mempunyai sebuah kaki yang baik.” Dalam hal apa kita harus bersyukur? Dalam segala hal (1 Tes. 5:8). Bukan hanya pada waktu senang atau baik, tetapi juga pada waktu susah dan sengsara, kita bersyukur kepada Tuhan. Karena itu, kita harus belajar bersyukur dan berkata seperti syair yang ditulis oleh F. Brook, “Satu yang aku tahu, Allah tak pernah salah.”

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (1 Tes. 5:18)

No comments: