Hitstat

21 May 2011

1 Korintus - Minggu 10 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 3:3-9, 17


Dalam ayat 3 Paulus menyingkapkan tanda kekanak-kanakan yang kedua: iri hati dan perselisihan. Semua perselisihan dan iri hati di antara kita menunjukkan kekanak-kanakan.

Tanda kekanak-kanakan yang ketiga ialah mengagungkan tokoh-tokoh rohani sehingga menyebabkan perpecahan (3:4-5). Dalam ayat 7 Paulus menunjukkan bahwa baik yang menanam maupun yang menyiram tidaklah penting, tetapi Allah yang menumbuhkan, itulah yang terpenting. Jika kita berpaling kepada Allah saja, kita akan diselamatkan dari perpecahan yang diakibatkan oleh pengagungan atas seorang hamba Kristus melebihi hamba Kristus yang lain.

Pada butir ini saya ingin membicarakan lebih lanjut tentang gereja sebagai ladang Allah dan bangunan Allah. Ungkapan "ladang Allah" terutama mengacu kepada pertumbuhan hayat. Bangunan, bait, mengacu kepada sasaran kehendak kekal Allah. Jadi, gereja adalah ladang yang menghasilkan bahan-bahan sehingga Allah bisa mencapai sasaran-Nya untuk memiliki sebuah bangunan. Pertama-tama kita memiliki ladang untuk pertumbuhan hayat, kemudian bangunan bagi penggenapan tujuan kekal Allah.

Dalam 3:17 Paulus berkata bahwa bait Allah itu kudus. Menurut konteksnya, kudus di sini berarti dipisahkan bagi Allah: Bagi orang-orang Korintus dipisahkan bagi Allah berarti mereka tidak lagi Yunani. Jika kita nampak hal ini, itulah tandanya kita telah menerima makanan keras dari ayat 17. Ini membuktikan bahwa kita telah memahami sesuatu secara pengalaman, riil dan dalam.

Menjadi bangunan Allah berarti kita tidak lagi terpecah-belah atau berserakan. Paulus mengetahui bahwa kaum beriman Yunani di Korintus telah terpecah-belah oleh karena kesukaan-kesukaan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa kaum beriman telah berserakan; tertimbun saja tidak, apa lagi terbangun bersama menjadi bait Allah. Saya ulangi, Allah menghendaki sebuah bangunan. Pertama, Ia menghendaki sebidang ladang untuk mempertumbuhkan Kristus, dan kemudian, Ia ingin sebuah bangunan.

Kita tidak perlu meratap, berdoa, atau bertobat secara agamawi, tetapi kita perlu belas kasihan Tuhan untuk nampak visi yang diperlihatkan kepada Paulus. Kita perlu nampak berapa banyak kita masih hidup di dalam kebudayaan, tradisi dan agama kita. Kita perlu nampak bahwa kita masih hidup dalam banyak perkara selain Kristus dan kita tidak benar-benar memperhidupkan Kristus dari hari ke hari. Ya, banyak berita telah kita dengar, tetapi kita belum nampak visinya. O, kita perlu belas kasihan Tuhan agar nampak visi surgawi! Walaupun kita tidak boleh berdoa secara emosional atau berdoa secara agamawi, namun kita perlu berdoa dengan tulus untuk mendapat belas kasihan Tuhan. Marilah kita semua berdoa, "Tuhan, belas kasihanilah aku. Aku perlu nampak visi yang dilihat Paulus. Tuhan berikanlah aku langit yang cerah agar aku boleh nampak wahyu tentang ekonomi-Mu."


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 2, Berita 25

No comments: