Hitstat

09 March 2012

2 Korintus - Minggu 24 Jumat

Pembacaan Alkitab: Kel. 16:18


Dari pengkajiannya terhadap Perjanjian Lama, Paulus menyadari bahwa Allah merawat kebutuhan umat-Nya. Allah dapat memberi makan umat-Nya dengan ajaib. Ada lebih dari dua juta orang Israel di padang gurun, di satu tanah yang gersang di mana tidak ada apa pun yang dapat tumbuh. Padang gurun bukanlah satu tempat yang cocok untuk bertani atau beternak. Tetapi selama empat puluh tahun, Allah memberi makan umat-Nya itu dengan menurunkan manna yang ajaib dari langit. Saya tidak yakin ada seseorang yang dapat menjelaskan apakah manna itu atau berasal dari mana manna itu. Tetapi ini adalah satu fakta sejarah bahwa Allah memberi makan umat-Nya dengan manna di padang gurun itu selama empat puluh tahun. Ini benar-benar merupakan suatu mujizat karena lebih dari dua juta orang dapat bertahan hidup di padang gurun untuk jangka waktu yang demikian lama.

Pada hari yang keenam dari setiap minggu, bangsa Israel diizinkan mengumpulkan dua porsi manna untuk persediaan suplai pada hari Sabat. Tetapi pada hari lainnya dari minggu itu, mereka tidak diizinkan mengumpulkan lebih banyak daripada yang mereka perlukan untuk satu hari. Orang-orang yang berusaha menyimpan manna itu, pada keesokan harinya akan menemukan manna itu berulat. Ini menunjukkan bahwa bukanlah prinsip Allah menyuruh umat-Nya menyimpan sesuatu bagi diri mereka sendiri. Menyimpan dengan cara demikian ini didorong oleh keserakahan.

Tidak diragukan lagi, ketika Paulus mempelajari Kitab Suci, pemikiran-pemikiran dan konsepsi-konsepsi dari Kitab Suci ini telah masuk ke dalamnya, terwahyu di dalamnya, dan mengendalikan dia. Akhirnya, pemikiran-pemikiran ini mendorong dia untuk menulis 2 Korintus pasal 8 dan 9. Dalam pasal 8 ia bahkan mendorong orang-orang kudus yang miskin untuk memberi kepada orang-orang kudus yang kekurangan di Yudea. Karena ia memiliki pengetahuan yang dalam tentang ekonomi Allah, maka ia memiliki keberanian untuk meminta orang-orang kudus melakukan hal ini. Dalam pasal ini Paulus seolah-olah berkata, "Kamu tidak perlu memikirkan kemiskinanmu. Berikanlah sesuatu untuk merawat orang-orang kudus yang kekurangan. Sebenarnya, bukan kamu yang memperhatikan kebutuhanmu. Bapamu yang di surga, Dialah yang menyuplai kebutuhanmu. Dialah yang menyuplai manna, dan dengan cara ini juga Dia akan merawat kamu. Aku dapat menjamin kamu bahwa kamu tidak perlu khawatir tentang masa depan. Karena masa depanmu berada di bawah perawatan Bapa, aku mendorong kamu untuk memberikan sesuatu kepada orang-orang kudus yang kekurangan. Bapa akan mengirim manna itu dengan ajaib."

Dengan memakai ilustrasi menabur dan menuai dalam pasal 9, Paulus memperlihatkan bahwa Allah juga memakai hukum alam untuk memberi makan umat-Nya. Menabur dan menuai adalah perkara hukum alam. Sebenarnya memberi itu adalah menabur. Tetapi di manakah kita memperoleh benih untuk dipakai dalam penaburan ini? Benih ini disuplaikan oleh Allah. Sumber benih ini adalah Allah sendiri. Menurut 2 Korintus 9:10, Dia menyuplaikan benih itu dengan limpahnya kepada penabur.

Kita tidak boleh mengira bahwa karena kita menabur benih, maka kita yakin akan memperoleh tuaian yang kaya. Pertumbuhan benih yang ditaburkan tergantung kepada Allah. Jika Dia mengubah cuaca, maka apa yang kita taburkan itu tidak akan menghasilkan apa-apa. Akibatnya, kita tidak akan memiliki makanan apa pun. Karena itu, kita perlu menyembah Tuhan dan berkata, "Tuhan, sekalipun suplaiku sepertinya berasal dari penuaian, tetapi makanan itu sebenarnya diberikan oleh-Mu."


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 49

No comments: