Hitstat

14 March 2012

2 Korintus - Minggu 25 Rabu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 10:1-6


Siasat-siasat dan pemikiran-pemikiran berada di dalam dan berasal dari pikiran. Di dalam pikiran orang-orang yang tidak taat kepada Allah, siasat-siasat dan pemikiran-pemikiran adalah benteng-benteng yang kuat dari Iblis, musuh Allah. Melalui peperangan rohani, siasat-siasat harus diruntuhkan dan setiap pemikiran harus ditawan untuk menaati Kristus.

Kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia dalam ayat 5 ini mengacu kepada perkara-perkara sombong yang ada di dalam benak yang jatuh, yang menentang pengenalan akan Allah. Perkara-perkara ini harus diruntuhkan dengan senjata-senjata rohani, sehingga pikiran-pikiran itu tidak lagi menghalangi orang mengenal Allah.

Sasaran peperangan rohani ini adalah meruntuhkan benteng-benteng Iblis dalam pikiran manusia yang menentang Allah. Benteng-benteng ini adalah pikiran-pikiran yang sombong, pemikiran-pemikiran yang angkuh, dan imajinasi dalam pikiran manusia. Imajinasi-imajinasi yang angkuh dan pemikiran-pemikiran yang sombong adalah benteng-benteng yang dibangun oleh Iblis dalam pikiran manusia. Ini berlawanan dengan pengenalan akan Allah. Sasaran peperangan kita adalah meruntuhkan benteng-benteng ini. Orang-orang memberontak terhadap Allah karena benteng-benteng ini, yaitu karena siasat-siasat dan pemikiran-pemikiran yang sombong. Karena itu, kita harus berperang melawan hal-hal ini supaya setiap pemikiran dapat ditawan kepada ketaatan Kristus.

Perkataan Paulus dalam 2 Korintus 10:5 mengenai siasat-siasat dan pemikiran-pemikiran sombong yang bangkit melawan pengenalan akan Allah itu dikatakan dengan mengacu kepada pengajaran-pengajaran dari para penganut agama Yahudi. Inilah latar belakang dari apa yang ditulis Paulus dalam ayat ini. Kita telah nampak bahwa Paulus mengatakan bahwa peperangan para rasul adalah untuk merubuhkan benteng-benteng, siasat-siasat, dan pemikiran-pemikiran yang sombong yang bangkit melawan pengenalan akan Allah yang sejati dan tepat dalam Perjanjian Baru. Selain itu, Paulus mengatakan bahwa sasaran dari peperangannya adalah menawan setiap pemikiran kepada ketaatan Kristus. Dalam pikirannya Paulus terutama memikirkan pemikiran-pemikiran yang bersumber dari pengajaran-pengajaran agama Yahudi itu.

Ayat 6 menunjukkan bahwa di antara kaum saleh di Korintus ada beberapa orang yang berada di bawah pengaruh siasat-siasat, pemikiran-pemikiran agama Yahudi yang memberontak. Karena alasan ini, maka Paulus mengatakan bahwa ia siap sedia untuk menghukum setiap kedurhakaan bila ketaatan orang-orang Korintus ini telah penuh. Kedurhakaan dalam ayat ini mengacu kepada apa yang berasal dari pengajaran-pengajaran agama Yahudi. Kesiapan Paulus untuk menghukum kedurhakaan ini memiliki satu syarat, dan syarat ini adalah ketaatan orang-orang Korintus. Mereka perlu terlebih dulu mutlak taat kepada Injil Kristus. Mereka tidak dapat setengah untuk Perjanjian Baru dan setengahnya lagi untuk Perjanjian Lama. Bahkan setengah bagi hukum Taurat itu pun merupakan pemberontakan dan kedurhakaan. Ketika orang-orang Korintus sepenuhnya taat kepada Injil Perjanjian Baru, maka situasinya tepat bagi Paulus untuk menghukum semua kedurhakaan. Situasi di Korintus memberikan satu dasar kepadanya untuk menanggulangi kedurhakaan para penganut agama Yahudi. Inilah penafsiran yang tepat terhadap bagian dari firman ini.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 50

No comments: