Hitstat

12 March 2012

2 Korintus - Minggu 25 Senin

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 10:1-6


Dalam 2 Korintus 10:1 Paulus mengatakan, "Aku, Paulus, seorang yang tidak berani bila berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku memperingatkan (menasihati) kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah." Dalam pasal 8 dan 9 rasul dengan gembira berbicara kepada kaum saleh terkasih di Korintus, mendorong mereka memiliki persekutuan dalam pemberian kepada kaum saleh yang kekurangan di Yudea. Segera setelah itu, dia dengan perkataan yang tajam dan tidak menyenangkan menjelaskan kerasulannya, bahkan membela kuasa kerasulannya, dengan harapan melalui ini rasul lebih jelas menyatakan dirinya kepada mereka. Ini diperlukan karena situasi suram dan tidak menentu yang ditimbulkan oleh para rasul agama Yahudi yang palsu (2 Kor. 11:11-15). Pengajaran dan penyebutan para rasul palsu atas diri mereka sendiri telah mengalihkan perhatian kaum beriman Korintus dari pengajaran-pengajaran mendasar para rasul sejati, terutama terhadap pengenalan yang tepat akan kedudukan Paulus sebagai rasul.

Dalam 2 Korintus 10:1 Paulus memberi tahu kita bahwa ia menasihati orang-orang Korintus demi kelemahlembutan dan keramahan Kristus. Tetapi ia tidak memberi tahu kita tujuan dari nasihatnya itu. Ia memberi tahu kita bagaimana ia menasihati, tetapi ia tidak mengatakan mengapa ia menasihati. Lalu, apakah ia membuat kesalahan dalam tulisannya? Tidak, Paulus lebih memperhatikan bagaimana ia menasihati kaum saleh bukan tujuannya menasihati mereka. Ini menunjukkan bahwa cara Paulus menasihati itu lebih penting daripada tujuan nasihatnya. Karena alasan ini, maka Paulus menunjukkan bahwa ia menasihati kaum beriman demi kelemahlembutan dan keramahan Kristus.

Misalnya, jika seorang saudara yang berkhotbah hanya memperhatikan tujuannya dalam berkhotbah, dan tidak memperhatikan cara ia menyampaikan khotbah itu, ini akan menjadi satu kesalahan yang serius. Kita harus belajar dari Paulus untuk lebih memperhatikan cara kita melakukan sesuatu daripada memperhatikan tujuan kita dalam melakukan hal itu. Sebenarnya Allah lebih memperhatikan cara kita melakukan sesuatu daripada memperhatikan tujuan kita, sasaran kita, dalam melakukan hal-hal itu. Namun, banyak orang Kristen pada hari ini yang hampir tidak pernah memperhatikan cara mereka melakukan sesuatu; mereka mengutamakan memperhatikan tujuan, sasaran, dan hasilnya. Ada satu pepatah bahwa tujuan menghalalkan cara. Orang-orang yang menganut pepatah ini tidak memperhatikan cara melakukan sesuatu; mereka hanya memperhatikan tujuan mereka. Konsep ini menyedihkan dan perlu dihakimi.

Orang-orang Kristen mungkin mengira bahwa selama tujuan mereka adalah melakukan satu pekerjaan bagi Tuhan, mereka tidak perlu memperhatikan sarana untuk menggenapkannya. Misalnya, dalam memberitakan Injil mereka mungkin memakai metode-metode atau hiburan-hiburan duniawi. Karena itu, saya ingin menekankan bahwa dalam Alkitab Allah memperlihatkan bahwa Dia lebih memperhatikan cara kita daripada tujuan kita. Sebagai seorang duta besar surgawi, Paulus juga lebih memperhatikan cara melakukan sesuatu daripada tujuannya. Inilah alasannya menggambarkan cara ia menasihati orang-orang Korintus, tetapi ia tidak menyinggung tujuannya. Kiranya kita semua belajar dari dia dalam perkara ini.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 3, Berita 50

No comments: