Hitstat

04 July 2012

Galatia - Minggu 12 Rabu


Pembacaan Alkitab: Gal. 4:19-20


Seperti telah kita tunjukkan, ayat 19 mewahyukan bahwa beban Paulus bukan melaksanakan pekerjaan kristiani, melainkan agar Kristus terbentuk di dalam orang-orang yang percaya. Melalui pemberitaan Paulus, Kristus telah masuk ke dalam orang-orang Galatia. Tetapi, karena mereka telah tertipu, maka Kristus belum dapat bertumbuh di dalam mereka dan belum terbentuk di dalam mereka. Karena itulah Paulus harus bersusah payah lagi seperti seorang ibu yang bersalin, agar Kristus dapat terbentuk di dalam mereka. Paulus menulis dengan beban untuk menyuplaikan Kristus ke dalam kaum saleh. Ia berbeban agar Kristus terbangun, terbina di dalam mereka. Kitab Galatia mengatakan bahwa Kristus telah dinyatakan di dalam kita dan Dia hidup di dalam kita. Kini kita mengetahui bahwa Kristus masih harus terbentuk di dalam kita.

Sasaran pelayanan kita dalam gereja atau dalam ministri haruslah menyuplaikan Kristus kepada orang lain. Hanya mengatakan kita dapat memberitakan Injil saja itu tidak cukup, sebab kita mungkin memberitakan Injil tanpa menyuplaikan Kristus kepada orang lain. Beban kita haruslah menyuplaikan Kristus kepada orang lain. Sekali lagi saya katakan bahwa hal ini memerlukan susah payah dan penderitaan. Hal ini memerlukan doa, kesabaran, dan kasih sayang. Menurut pengalaman kita, pelayanan yang sedemikian merupakan suatu peperangan, pergumulan. Si licik, musuh Allah, aktif sekali berusaha menghalangi kita atau menyelewengkan kita. Kita tidak mengetahui dari arah mana ia akan menyerang kita selanjutnya. Karena itu, kita harus belajar dari Paulus untuk berbeban menyuplaikan Kristus serta meminta kasih dari kaum saleh, agar hati mereka dapat terjamah.

Ayat 20 menunjukkan bahwa Paulus merasa tidak cukup dengan menyurati kaum beriman Galatia, ia ingin mengunjungi mereka dan tinggal bersama mereka, sebab ia tahu bahwa kehadirannya akan menggenapkan lebih banyak hal daripada tulisannya. Paulus kehabisan akal menghadapi orang-orang Galatia. Ia tidak tahu harus bagaimana menghadapi mereka, dan bagaimana menangani kasus mereka. Di satu pihak, ia menyebut mereka "Orang-orang Galatia yang bodoh", di pihak lain, ia menyebut mereka "saudara-saudara yang kukasihi". Ini menunjukkan betapa Paulus kehabisan akal ketika itu.

Dalam menulis Galatia 4, Paulus penuh dengan kasih sayang dan meminta kasih sayang dari kaum beriman Galatia. Memohon kasih sayang mesra dari orang lain secara wajar adalah suatu hal yang sangat sukar. Berbuat demikian memerlukan kemurnian motivasi. Jika motivasi kita tidak murni, kita harus hati-hati terhadap kasih kita kepada kaum saleh. Berhubungan dalam kasih dengan kaum saleh maupun meminta kasih dari orang lain adalah perkara yang sangat perlu. Namun, kita harus mengakui bahwa permohonan yang sedemikian itu memang sangat sukar, sebab kita mudah menampilkan kasih alamiah – madu. Untuk bersikap murni seperti Paulus dalam Galatia 4 tidaklah mudah. Paulus adalah orang yang telah "digarami". Itulah sebabnya ia dapat memohon kasih mesra dari orang-orang Galatia dengan cara yang demikian murni. Bahkan ia dapat menegur mereka dan menghakimi para penganut agama Yahudi dengan maksud yang murni. Jika kita mencoba mempraktekkan hal ini, kita akan mengetahui betapa sulitnya hal ini. Ketika kita menegur orang lain, kita perlu motivasi yang murni. Ketika kita meminta kasih mesra dari orang lain, kita lebih-lebih harus bermotivasi murni. Dalam kebanyakan situasi kita tidak akan bisa menyuplaikan Kristus kepada orang lain dan menderita sakit bersalin agar Kristus terbentuk di dalam mereka, jika kita tidak dapat meminta kasih mereka.


Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia, Buku 1, Berita 23

No comments: