Pembacaan
Alkitab: Gal. 5:10-14
Dalam 5:13 Paulus berkata, “Saudara-saudara, memang kamu
telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan
itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa (daging), melainkan layanilah
seorang akan yang lain oleh kasih.” Surat Kiriman Paulus tidak seperti roti
yang tidak dibalik (Hos. 7:8). Sebaliknya, ia seimbang, pertama-tama ia membahas
satu aspek dari satu perkara, lalu aspek lainnya. Sewaktu Paulus
menulis Kitab Galatia, ia membalik-balik roti itu. Ia bisa bersikap keras, lalu
penuh kasih sayang; adakalanya mengecam, tetapi kemudian sangat lunak. Dalam
masalah kemerdekaan kita nampak keseimbangan Paulus. Di satu aspek, Paulus
mengatakan bahwa kita telah dipanggil untuk merdeka; di pihak lain, ia
mengingatkan kita, jangan menggunakan kemerdekaan ini untuk kehidupan dalam dosa
atau menjadi suatu kesempatan bagi daging. Sementara Paulus mendorong kaum beriman
menikmati kemerdekaan mereka di dalam Kristus, ia juga prihatin kalau-kalau
mereka telah menyalahgunakan atau melecehkan kemerdekaan tersebut. Jika kita terlalu
mengumbar diri kita dalam kemerdekaan kita, kita akan menggunakannya sebagai
kesempatan bagi daging. Kendatipun kita merdeka, kita tetap harus terbatas
dalam menggunakan kemerdekaan kita itu. Kemerdekaan tanpa batas
selalu mengakibatkan pelampiasan daging. Karena itu, kita perlu seimbang. Bebas
tetapi perlu dibatasi. Kemerdekaan dengan batasan membawa kita mengasihi orang
lain dan oleh kasih melayani mereka sebagai hamba.
Ketika Paulus menulis Kitab Galatia, dalam benaknya terkandung banyak
pikiran. Ia menyadari bahwa kaum beriman Galatia yang telah diselewengkan
mungkin kembali kepada kemerdekaan mereka dan kemudian mulai
menyalahgunakannya. Mungkin mereka memiliki sikap: mumpung tidak lagi berada di
bawah kuk apa pun, maka bolehlah melakukan apa saja sesuka mereka. Sikap
semacam itu akan merusak kehidupan gereja. Karena itu, Paulus berpesan kepada orang-orang
Galatia agar tidak menyalahgunakan kemerdekaan mereka. Memang benar mereka
telah dipanggil untuk merdeka, tetapi mereka tidak seharusnya menggunakannya
untuk mengumbar hawa nafsu. Di satu aspek, mereka telah bebas dari kuk perhambaan,
dari hukum Taurat, tetapi di aspek lain, mereka harus tetap memperhatikan orang
lain dan melayani mereka di dalam kasih. Ketika beberapa orang saleh mendengar
berita tentang kemerdekaan ini, khususnya kaum beriman muda, mereka cenderung
membuang setiap kekangan. Mereka mungkin bersikap bahwa mereka tidak perlu lagi
mendengarkan perkataan penatua, sebab mereka sudah merdeka. Inilah artinya
menggunakan kemerdekaan sebagai kesempatan untuk daging. Kita tidak seharusnya
berbuat demikian, hendaklah kita terbatas dalam menggunakan kemerdekaan dan rela
menjadi hamba untuk melayani orang lain. Seperti yang dikatakan Paulus dalam 5:14,
“Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!”
Dalam ayat-ayat yang telah kita bahas dalam berita ini, Paulus
menasihati kita untuk memiliki hidup dan perilaku yang wajar dalam kehidupan
gereja. Ia menunjukkan bahwa kita perlu seimbang dan tidak menjadi roti yang
tidak dibalik. Dalam menyampaikan berita, kita harus membahas kedua sisi dari satu
perkara. Kita harus memperhatikan diri kita sendiri, juga orang lain. Kita
boleh menikmati kemerdekaan yang kita miliki, tetapi tetap terbatas di dalam
kasih demi kebaikan orang lain, agar kehidupan gereja dapat maju ke depan
dengan baik. Selain itu, kita harus belajar untuk tidak berangan-angan lain. Dengan
demikian kita akan memiliki hidup dan perilaku yang wajar dalam kehidupan
gereja.
Sumber: Pelajaran-Hayat Galatia,
Buku 2, Berita 26
No comments:
Post a Comment