Hitstat

14 December 2018

Markus - Minggu 27 Jumat


Pembacaan Alkitab: Gal. 2:11-21
Doa baca: “Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara seiman yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut terhadap saudara-saudara yang bersunat.” (Gal. 2:12)


Memperhidupkan Allah


Karena Surat Yakobus menekankan praktik kristiani yang sempurna, maka banyak orang Kristen memiliki apresiasi yang mendalam terhadap kitab ini. Yakobus menekankan kesempurnaan orang Kristen, dan dia menekankan hal ini dalam praktik, bukan doktrin. Dalam setiap pasal Surat Kiriman ini, dia mengemukakan hal-hal yang berkaitan dengan ibadah. Dalam sejarah gereja sama seperti dalam Alkitab, Yakobus dikenal karena kesalehannya. Dia meluangkan banyak waktu dalam doa, dan dia sangat dihormati dalam waktu yang lampau. Menurut pasal 15 dan 20 dari Kisah Para Rasul dan pasal 2 dari Kitab Galatia, Yakobus sangat dihormati oleh kaum beriman. Bahkan Petrus, rasul terkemuka, berada di bawah pengaruh Yakobus.

Sebelum orang-orang dari kalangan Yakobus datang ke Antiokhia, Petrus berperilaku dengan tepat sebagai seorang saudara dan anggota Tubuh Kristus. Khususnya, dia makan bersama dengan orang bukan Yahudi. Ketika beberapa saudara utusan Yakobus datang, Petrus ketakutan dan mengambil pimpinan untuk berpura-pura, yaitu berlaku sebagai orang Yahudi lagi. Atmosfer rohani di Antiokhia berubah setelah utusan Yakobus datang, dan langit rohani menjadi berawan karena pengaruh Yakobus. Situasi di Antiokhia begitu serius sehingga Paulus menentang Petrus terang-terangan (Gal. 2:11). Teguran Paulus menunjukkan bahwa kita yang percaya ke dalam Kristus seharusnya hanya memiliki satu jenis kehidupan, yaitu memperhidupkan Kristus. Ini bukanlah soal makan dengan orang bukan Yahudi atau tidak makan dengan mereka, melainkan soal disalibkan dengan Kristus dan Kristus hidup dalam kita. Kehidupan kristiani kita bukanlah soal memelihara hukum Taurat atau berbuat baik menurut filsafat manusia, tetapi adalah soal memiliki Allah sebagai hayat dan memperhidupkan Dia. Memperhidupkan hayat Allah tidak lain berarti hidup berdasarkan Allah dan bahkan memperhidupkan Allah itu sendiri.


Sumber: Pelajaran-Hayat Markus, Buku 3, Berita 53

No comments: