Pembacaan Alkitab: Luk. 15:14-19; 21
Doa baca: “Kata anak itu kepadanya,
‘Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap Bapa, aku tidak layak lagi
disebut anak Bapa.’" (Luk. 15:21)
Allah Sebagai
Harta Milik Kita
Di dalam yobel, terdapat dua
berkat utama yaitu kembali kepada harta milik yang telah kita tinggalkan dan
kedua, kita dibebaskan dari perbudakan dan kembali kepada keluarganya. Seperti
anak yang hilang ketika kembali ke rumah bapanya, ia mendapatkan warisannya
kembali dan kembali kepada keluarganya. Saat anak hilang itu kembali, selain
diberi jubah, cincin, dan sepatu, juga ada lembu tambun yang disembelih untuk memuaskan
rasa lapar anak yang hilang itu. Lembu tambun ini melambangkan Kristus sebagai
suplai hayat yang mengenyangkan rasa lapar kita.
Orang yang sungguh-sungguh mengalami
yobel adalah mereka yang dikenyangkan oleh Tuhan Yesus. Tidak ada seorang pun
yang dapat berada di dalam yobel dengan perut yang kosong. Sebenarnya Tuhan
ingin menjadi harta milik manusia. Jika di dalam alam materi, harta milik yang
dibutuhkan seseorang adalah tanah untuk menghasilkan makanan, dan juga memiliki
sebuah rumah untuk tempat tinggal kita. Ini adalah kebutuhan manusia yang
paling mendasar. Mungkin seseorang masih dapat bertahan hidup ketika tidak
memiliki sandang dan transportasi yang memadai, tetapi ketika tidak memiliki
papan dan pangan. Dalam tahun yobel, pehatiannya bukanlah pada pakaian dan
transportasi, melainkan pada makanan dan rumah. Dalam hal rohani, tanah kita
adalah Allah sendiri, dan rumah kita juga adalah Allah. Seperti ketika Allah memberikan
tanah permai kepada bangsa Israel untuk digarap dan menghasilkan makanan,
demikian juga tanah permai ini melambangkan Allah dalam Kristus menjadi suplai
bagi makanan kita.
Mazmur 90:1 dan Mazmur 16:5
mengatakan bahwa Allah adalah tanah dan tempat tinggal manusia. Untuk itu
setiap hari kita perlu datang kepada firman Tuhan untuk menikmati Dia di dalam firman.
Semakin banyak kita berdoa dan menikmati firman, maka kita akan semakin
mendapatkan Tuhan sebagai kepuasan dan perhentian kita, kita akan memiliki
damai sejahtera yang berasal dari Kristus.
Sumber: Pelajaran-Hayat Lukas, Buku 3, Berita 66
No comments:
Post a Comment