Hitstat

12 January 2013

Efesus - Minggu 16 Sabtu


Pembacaan Alkitab: Ef. 3:17-19


Dalam ayat 17 Paulus membicarakan tentang “berakar serta berdasar di dalam kasih.” Kita adalah ladang Allah, bangunan Allah (1 Kor. 3:9). Sebagai ladang Allah, kita perlu berakar agar bertumbuh, dan sebagai bangun­an Allah, kita perlu berdasar agar terbangun. Maka, da­lam ayat 17 Paulus memperhatikan masalah hayat dan pembangunan. Berbicara tentang berakar dan berdasar, Paulus menunjukkan bahwa kita mengalami Kristus un­tuk hayat dan pembangunan. Sebagai orang yang memi­liki Kristus berumah dalam hati kita dan yang dengan kuat memahami dimensi-dimensi Kristus dan mengenal kasih-Nya yang melampaui segala pengetahuan, wajiblah kita memiliki hayat dan pembangunan. Seluruh penga­laman kita atas Kristus seharusnya adalah untuk hal ini.

Paulus secara khusus mengatakan bahwa kita ber­akar dan berdasar di dalam kasih. Untuk mengalami Kristus, kita perlu iman dan kasih (1 Tim. 1:14). Iman memungkinkan kita menerima dan memahami Kristus, sedang kasih memungkinkan kita menikmati Dia. Baik iman maupun kasih bukanlah milik kita; iman dan kasih adalah milik-Nya. Iman-Nya menjadi iman kita, dengan iman ini kita percaya ke dalam-Nya; dan kasih-Nya men­jadi kasih kita, dengan kasih ini kita mengasihi-Nya. Kasih yang di dalamnya kita berakar dan berdasar adalah kasih ilahi yang kita pahami dan kita alami secara riil. Dengan kasih sedemikianlah kita mengasihi Tuhan kita, dan dengan kasih yang sama kita saling mengasihi. Da-lam kasih yang sedemikianlah kita bertumbuh dan ter­bangun dalam hayat. Pemikiran Paulus di sini mengenai hubungan antara pengalaman atas Kristus dengan masa­lah hayat dan pembangunan sungguh dalam sekali.

Semakin kita bertumbuh, kita akan semakin ber­akar. Walaupun hal ini bertentangan dengan konsepsi alamiah kita, namun hal ini sesuai dengan pengalaman kita. Bila Anda memperhatikan pengalaman Anda, Anda akan merasakan bahwa Anda bukan berakar lebih dulu kemudian bertumbuh, melainkan bertumbuh dulu baru berakar. Ketika kita bertumbuh ke atas, kita baru ber­akar ke bawah.

Dalam bagian pertama ayat 19 Paulus berkata: “Dan dapat mengenal kasih Kristus yang melampaui segala pengetahuan” (Tl.). Kasih Kristus melampaui segala penge­tahuan; tetapi kita dapat mengenalnya melalui pengalam­an. Menurut mentalitas kita, kasih Kristus itu melam­paui pengetahuan. Pikiran kita tidak dapat mengenalnya. Tetapi dalam roh kita dapat mengenal kasih Kristus me­lalui pengalaman kita.

Kasih Kristus adalah Kristus sendiri. Kristus tidak terukur, maka kasih-Nya pun tidak terukur. Jangan menganggap kasih Kristus sebagai sesuatu yang dimiliki Kristus. Kasih adalah Kristus. Karena Kristus tidak ter­ukur, maka kasih-Nya melampaui segala pengetahuan; tetapi kita dapat mengetahuinya di dalam roh kita, bukan melalui pengetahuan, melainkan melalui pengalaman. Bila kita bandingkan apa yang telah kita alami atas kasih Kristus yang tidak terukur selama ini dengan semua yang tersedia untuk kita alami, itu seperti membandingkan setitik air hujan dengan samudra. Kristus dalam dimensi­dimensi-Nya yang universal dan kasih-Nya yang tidak terukur ibarat samudra yang luas dan tidak terbatas un­tuk kita alami.


Sumber: Pelajaran-Hayat Efesus, Buku 2, Berita 33

No comments: