Hitstat

04 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 2 Senin

Dimahkotai duri
Yohanes 19:2a
Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya.

Galatia 3:13a
Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita

Ayat Bacaan: Yoh. 3:16; Mrk. 15:17-19; Kej. 3:17-18; Gal. 3:13

Markus 15:17-18, “Mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruh-Nya di atas kepala-Nya.” Duri adalah lambang kutukan (Kej. 3:17-18). Di kayu salib Tuhan menjadi kutuk menggantikan kita. Ini adalah sebuah penghinaan dan olokan yang diberikan orang dunia kepada Tuhan Yesus. Bukan mahkota mulia, melainkan mahkota yang dianyam dari duri. Tuhan Yesus telah menanggung kutukan demi kita, kepala-Nya bermahkotakan duri. Duri tumbuh karena kutukan terhadap orang yang berdosa. Mahkota duri itu menghunjam kepala yang tidak bercacat. Mengapa harus tertusuk demikian? Tidak lain karena Dia tahu, jika Dia tidak menderita, kitalah yang akan binasa selama-lamanya. Karena itu Ia rela mempersembahkan diri-Nya sebagai kurban, menderita secara badani, memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya.
“Mereka memukul kepala-Nya dengan buluh” (Mrk. 15:19). Kepala Tuhan Yesus dimahkotai duri, ditambah lagi dipukul dengan buluh, bukankah duri itu akan lebih masuk ke dalam daging-Nya? Penderitaan-Nya yang menusuk tulang ini bukan dialami oleh Yesus Kristus yang sebagai Allah. Karena Dia begitu mengasihi manusia, Ia mati sekali untuk dosa-dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar. Dia telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia (1 Ptr. 3:18).
Tatkala berada di atas salib, Juruselamat kita tidak mau minum anggur bercampur empedu (pada zaman dahulu dipakai sebagai pembius) agar Dia tidak merasa sakit. Nyatalah kepada kita bahwa Dia tidak mau melarikan diri dari penderitaan. Dia telah belajar taat dari apa yang telah diderita-Nya. Atas penderitaan yang sedemikian Dia tidak pernah meronta terlebih membalas karena Dia sepenuh hati mengasihi semua orang dosa di dunia. Bahkan sampai pada hari ini kasih-Nya tidak pernah berubah atas kita. Sekali Dia mengasihi, selamanya Dia mengasihi kita. Setiap kali kita mengingat penderitaan yang telah ditanggung-Nya bagi kita, hati kita harus menyembah Dia, bersujud atas kasih karunia yang tiada bandingan. Kasih-Nya yang sedemikian besar telah menyelamatkan kita dari kutukan dan hukuman akibat dosa kita.

No comments: