Hitstat

12 October 2009

Yohanes Volume 7 - Minggu 3 Selasa

Para prajurit mengundi jubah-Nya
Yohanes 19:23a
Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian—dan jubah-Nya juga mereka ambil.

Ayat Bacaan: Yoh. 1:29; 19:23-24; 1 Yoh. 2:2; 1 Ptr. 3:18.

Ketika mereka selesai menyalibkan Yesus, mereka mengambil jubah-Nya dan membagikan masing-masing satu bagian untuk satu prajurit. Karena jubah-Nya tidak berjahit, maka mereka membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya (Yoh. 19:23-24). Ini bukan kehendak prajurit-prajurit itu sendiri, melainkan berasal dari pengaturan Allah. Hal ini terjadi supaya nubuat dalam Mazmur 22:19 tergenapi. Melalui ini, kita mengetahui bahwa kematian Tuhan adalah rencana yang telah diatur. Jika Allah tidak mempunyai rencana ini, tidak seorang pun dapat menyerahkan hayat Tuhan kepada maut. Semuanya untuk membuktikan bahwa kematian Tuhan bukan karena kehendak manusia, melainkan karena pengaturan Allah.
Setelah hidup tiga puluh tiga setengah tahun di bumi, Kristus mati. Kematian-Nya merupakan kematian yang luar biasa. Kematian-Nya berbeda dengan kematian manusia-manusia lain di muka bumi ini. Pertama, menubuatkan kematian-Nya sebelum saatnya tiba. Kedua, dinubuatkan oleh para nabi beratus-ratus tahun sebelumnya. Ketiga, dalam Perjanjian Lama telah diberikan tanda dalam bentuk lambang mengenai saat dan cara kematian Kristus. Keempat, ketika Kristus mati, Dia berkata, “Sudah selesai!” (Yoh.19:30). Kelima, merupakan peristiwa yang menggambarkan sifat adikodrati dari kematian-Nya. Keenam, Kristus mati sebagai Pengganti bagi semua orang dosa (1 Ptr. 3:18) dan memberikan diri-Nya kepada Allah sebagai kurban untuk dosa seluruh dunia (Yoh. 1:29; 1 Yoh. 2:2).
Inilah gambaran yang hidup mengenai cara kematian Mesias. Ketika Kristus tergantung di atas salib, kedua tangan dan kaki-Nya benar-benar ditusuk. Proses dehidrasi yang terjadi dikarenakan mengalirnya darah dan air, tentu akan menyebabkan lidah-Nya melekat pada langit-langit mulut-Nya dan tulang-tulang-Nya menonjol. Jiwa dan raga-Nya bahkan semua yang ada pada-Nya telah diserahkan-Nya bagi kita. Jika kita senantiasa mengingat kematian Tuhan yang sedemikian, sepatutnyalah kita semakin mengasihi Dia dengan kasih yang senantiasa membara terhadap-Nya. Penebusan darah-Nya dan pengaliran hayat-Nya menyuplai dan menyegarkan kita selamanya.

No comments: